"Dari mana saja kau?!" gertak Martina ketika Lorinda baru memasuki kamar mereka tiga puluh menit sebelum makan malam dimulai. "Kau membuatku khawatir!"
Aroma mawar yang menguar dari tubuh Lorinda tidak membuat Martina tenang. Ia tetap menatap nyalang pada gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.
"Aku hanya ke kantin," jawab Lorinda dengan polos.
"Bersama siapa?" tanya Martina lagi.
"Y-Yewberry," jawab Lorinda, tersendat-sendat.
"Untuk apa? Kau mengenalnya?"
"Dia hanya menanyakan beberapa hal sederhana kepadaku."
Martina tidak menanggapi lagi. Tidak ingin tahu terlalu jauh, meskipun diam-diam dia penasaran kenapa orang itu seperti memiliki minat terhadap Lorinda.
***
Ketika makan malam berlangsung, Martina sedikit mual karena berbagai macam bau bercampur di sekitar meja makannya. Ia menoleh pada Adalbaro yang berada di meja khusus guru, dan sepertinya Adalbaro memahami keadaan Martina yang baru beradaptasi dengan kemampuan baru pada hidungnya.
Tiba-tiba, menu yang datang ke seluruh meja makan adalah kari ayam, yang tentu saja menguarkan bau santan yang sangat kuat pada indera penciuman Martina. Meskipun menu untuk Martina adalah sup merah, tetap saja, aroma santan begitu mendominasi. Martina limbung dan terjatuh dari kursinya. Karena alerginya, Martina begitu sensitif dan sentimen terhadap kelapa. Lorinda dan Ignacio yang duduk di sampingnya berusaha menolong agar ia bisa duduk di kursinya lagi, tetapi yang terjadi justru Martina menarik lengan Lorinda hingga Lorinda ikut terperosok ke bawah meja.
Melihat keributan di deret Abu-Abu, Adalbaro dan Yewberry sama-sama bergegas menghampiri anak-anak itu.
"Lorinda!" Yewberry membantu Lorinda bangkit, menyebabkan aromanya menampar indera penciuman Martina.
"Bangsat!" umpat Martina sambil menenggelamkan wajahnya pada lengan gaun berwarna ballet slipper-nya.
"Martina!" Adalbaro membopong tubuh Martina, "Kau mau kembali ke asrama saja?"
"Ya, Profesor," Martina mengangguk, "untuk makananku, suruh saja seorang peri dapur membawakannya ke asramaku."
Adalbaro membawa Martina ke asrama Abu-Abu dengan menuntunnya perlahan.
"Tidakkah Anda ingin muntah?" tanya Martina sambil duduk di sofa ruang tengah asrama Abu-Abu.
"Tentu saja," jawab Adalbaro. "Dia memakai parfum beraroma sandalwood, tetapi bau badan aslinya seperti kaos kaki yang belum dicuci."
"Saya benar-benar tersiksa di sana," Martina memegang perutnya yang mual. "Bau santan di mana-mana, lalu ditambah dengan bau kaos kaki busuk. Sangat menjijikkan!"
"Mau kutemani sampai supmu datang?"
"Tidak perlu. Anda kembali saja ke aula. Madam Emilia pasti bertanya-tanya kenapa Anda pergi begitu lama," ujar Martina dengan nada aneh.
"Apa maksudmu?"
"Tidak bermaksud apa-apa. Anda kembali saja ke aula."
***
Di aula, keadaan baik-baik saja. Bahkan anak-anak Abu-Abu bersuka ria karena mendapatkan sebotol red wine dari Yewberry. Mereka diijinkan meminum wine karena keesokan harinya mereka libur sampai hari Minggu, sehingga tidak ada kekhawatiran akan terjadi apa pun saat jam sekolah.
"Untuk kesembuhan Martina!" Santiago mengajak anak-anak yang lebih muda untuk bersulang.
Tentu saja, bisa dipastikan, di meja asrama Putih juga sedang diadakan acara minun rootbeer, yang mana Jørgen dan Siobhan pasti turut serta.
***
Carlotta sendirian dan kesepian di penjara bawah tanah. Ia harus menunggu acara di aula selesai untuk mendapatkan makanan dari Blanco yang memang dipercaya oleh Carlos untuk hal itu.
Blanco datang dengan seporsi spaghetti dan segelas jus apukat yang ia ambil dari dapur. Selain itu, Blanco juga membawakan beberapa buku dari perpustakaan dan sebuah lampu minyak yang minyaknya telah diisi ulang.
"Bagaimana kabar teman-teman kita di atas sana?" tanya Carlotta sambil melahap spaghetti-nya.
"Aku tidak terlalu tahu banyak hal. Tapi, kelihatannya, semuanya berjalan baik-baik saja," jawab Blanco.
"Kau yakin?"
"Tidak juga."
"Katakan."
Blanco menceritakan kejadian saat makan malam, termasuk tentang Adalbaro dan Yewberry yang sampai turun tangan, karena memang bagian itulah yang penting.
"Kau membawa rokok?" tanya Carlotta.
"Tentu saja."
"Baguslah. Banyak yang harus kita bicarakan."
***
Hingga jam malam tiba, baik sup merah maupun teman sekamarnya tidak juga muncul, dan itu membuat Martina sedikit khawatir. Ia menanti dengan tidak tenang di atas ranjangnya.
Martina tidak melakukan apa pun hingga akhirnya tertidur begitu saja, mengabaikan rasa lapar karena makanannya tidak segera datang.
***
"Selamat malam, Emilia," ucap Adalbaro sebelum meninggalkan ruangan Emilia karena sudah selesai memeriksa guru ramalan tersebut.
"Selamat malam, Profesor," balas Emilia, "dan jangan datang setelah makan malam lagi, kumohon."
"Memangnya kenapa?" Adalbaro mengernyit penuh tanda tanya.
"Terlalu banyak kesalahan persepsi di kepala orang-orang mengenai kita," Emilia tersenyum pahit, "jangan membuat mereka salah paham lagi tentang hubungan kita."
"Hubungan kita," ucap Adalbaro lirih. "Ada apa dengan hubungan kita? Aku tidak merasa ada yang salah."
Lantas Adalbaro meninggalkan ruangan Emilia, berjalan cepat menuju ruangannya sendiri.
Setiap pekan, ada tiga hari libur, yakni Jumat sampai Minggu, namun, tak sekalipun Adalbaro berniat meninggalkan Sihira, sebab tak ada keluarga untuk dikunjungi setelah ia sebatang kara dua puluh tahun lalu.
Tetapi, kali ini, ia sangat merindukan rumah tempatnya menghabiskan masa kecil. Ia berniat untuk pulang.
Jika Adalbaro berniat melakukan sesuatu, maka ia akan benar-benar melakukannya.
***
Pagi harinya, ketika Martina membuka mata, barulah ia melihat Lorinda tertidur dengan pulas di seberangnya. Selain aroma mawar, Martina mencium samar-samar bau ular dan terjingkat kaget karenanya.
"Ada apa?" Lorinda yang mendengar derit berisik dari ranjang Martina pun ikut terbangun.
"Ular?" Martina tidak yakin, "Apakah ada ular yang masuk ke kamar kita? Kau mencium bau ular?"
"Tidak ada bau apa pun selain bau badanmu yang masam karena keringat dan air liur!" seru Lorinda. "Mandilah duluan, baru setelah itu aku yang mandi, dan kita bisa ke aula untuk sarapan. Aku tidak sabar menikmati makanan pada hari libur karena disediakan dalam bentuk prasmanan."
Setelah mereka berdua siap, mereka pergi ke aula untuk menikmati sarapan prasmanan. Apa yang membuat hari libur di Sihira menyenangkan adalah mereka bisa sarapan sampai jam sebelas siang, dan makanan yang dihidangkan disiapkan dalam bentuk prasmanan. Mereka juga bebas mau duduk di mana bersama siapa.
Biasanya, para saudara dan sepupu akan berkumpul, begitu juga Berna yang berkumpul bersama Lorinda, dan Martina yang berkumpul dengan sepupunya yang bernama Lana Litmanen. Mereka berkumpul berempat, karena mereka tidak memiliki sanak saudara lain lagi. Fillion telah berkumpul dengan Loka, Henning, dan Malek. Sedangkan Coprada sudah berkumpul dengan Galaxy, dan Cactee. Sementara itu, Jørgen memilih untuk bergabung dengan Jimmy bersama Baszak. Lalu, yang lain berkelompok sesuai dengan kenalan dan kekerabatan mereka juga.
Mengingat kebiasaan semacam itu, bisa terlihat perbedaannya hari ini. Carlos Nilda tidak nampak, karena Carlotta juga tidak akan muncul di sana.
-Ema Puspita Loka-
Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya ya... terima kasih... ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
SIHIRA
FantasyApa yang akan terjadi ketika seorang gadis yang biasanya hidup normal tiba-tiba harus berkecimpung dengan dunia sihir, apalagi menjadi korban? Lorinda Castillian menjadi siswi Sihira di kerajaan sihir Taika, dan akan mengalami banyak hal di luar ken...