Bab 36

49 5 2
                                    

"Ayah tentunya bisa melakukan sesuatu, 'kan?" begitulah Viola mendesak ayahnya yang kini meracik obat rahasia leluhur mereka di ruang kerjanya.

"Tidak semudah itu, Viola," Ayahnya berkeras, "dibutuhkan bukti-bukti kuat dan kesaksian kepala sekolah Sihira. Tapi tenang saja, Adalbaro telah mendiskusikan masalah ini dengan Imperius Fillion dan Amadeus Galaxy juga. Kami akan tetap melakukan yang terbaik, meskipun," Mr. Loka ragu-ragu.

"Meskipun apa, Ayah?" tanya Viola, sedikit takut.

"Ketua Dewan Sihir Agung adalah Blueberry Darkage," kata Mr. Loka.

"Seorang Darkage?!" pekik Viola.

"Kakak laki-laki dari pria yang membuat onar di sekolahmu."

"Dan merugikan teman-temanku, Ayah!"

***

Setelah Emilia kembali menemani Lorinda, Adalbaro memberikan troli kepada Laras dan meminta Laras mengembalikan semua peralatan makan yang kotor ke dapur. Sedangkan Adalbaro sendiri memiliki hal lain untuk dilakukan.

Ketika melintasi koridor, ia melihat seekor kuda hitam di dekat gerbang Sihira, dengan seseorang yang tergeletak begitu saja di tanah. Dalam remang-remang cahaya lampu minyak pada gerbang, dari posisinya yang jauh dari sosok itu, Adalbaro berusaha mengenali seonggok tubuh tak berdaya tersebut, dan terbelalak ketika menyadari bahwa jubah yang melekat pada sosok itu bukanlah sekedar merah, melainkan crimson. Dan dugaannya diperkuat dengan adanya seekor ular sanca yang meliuk-liuk mendekatinya.

"Martina!" serunya sambil berlari menuju gadis berambut merah burgundy gelap tersebut.

Adalbaro menjatuhkan dirinya ke tanah, meraih tubuh Martina yang dingin dan membiru.

"Martina, apa yang terjadi padamu?" Adalbaro membawa Martina dalam dekapannya, menepuk pipi gadis itu perlahan, dan memeriksa denyut nadinya.

Merasa tak memiliki pilihan lain, Adalbaro membawa Martina ke ruangan pribadinya.

Carlotta sedang mendorong kursi roda Emilia di koridor, dan mereka melihat Adalbaro menggendong Martina dengan tergesa-gesa. Emilia meminta Carlotta memacu kursi rodanya dengan cepat untuk mengejar mereka. Carlotta menurut saja karena Lamia juga merayap dengan tergesa-gesa di belakang Adalbaro.

"Profesor Coldman, ada apa ini?" sergah Emilia begitu Adalbaro membaringkan Martina di salah satu sofa di ruangan pribadinya.

"Dia sudah terbaring di tanah ketika aku menemukannya," jawab Adalbaro. "Tidak bergerak, tidak merespon. Benar-benar kehilangan kesadarannya."

"Saya dan Lamia permisi," ucap Carlotta sambil membawa Lamia kembali ke asrama Hitam.

Emilia meraih tas milik Martina yang diletakkan oleh Adalbaro di sofa yang lain. Emilia memeriksa isi tas itu, mendapati berbagai macam kantong, dan lega karena botol berisi darah Priapus tidak hilang atau terjatuh.

"Kerja bagus, Martina," Emilia mengecup tangan kanan Martina yang sedang tak sadarkan diri.

***

"Dengarkan aku," ujar Indamira pada Lorinda, "bahkan pria itu tidak berusaha meminta pass-card pada Profesor Coldman. Apa yang kau harapkan darinya? Ayolah, Lorinda, sebelum semuanya terlalu jauh, berhentilah."

"Ini kehidupanku, pilihanku," begitulah jawaban dari bibir Lorinda.

"Lorinda, aku tahu, kau tidak akan percaya jika kami mengatakan bahwa dia bukanlah pria baik," sahut Emma yang hanya duduk di ambang pintu kamar Lorinda, tidak berani masuk, "karena dia selalu menampakkan yang baik-baik di hadapanmu. Membuatmu merasa istimewa, tetapi, Lorinda, jangan konyol."

SIHIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang