Bab 26

64 11 0
                                    

"Kau tidak berpikir bahwa Emilia Gagarina akan marah ketika mengetahui hal ini?" ucap suara seorang perempuan di belakangnya.

Martina membelakkan mata, mencoba menebak siapa orang ini.

Ketika ia menoleh, tampaklah seorang gadis dengan rambut hitam panjang dalam gaya kuncir kuda setengah dan mata amber yang becahaya keemasan. Siapa lagi kalau bukan Indamira Fillion.

"Agaknya, kau senang membuatku terkejut," dengus Martina.

"Kenapa? Aku mengganggu rencanamu?"

"Rencana apa?"

"Baiklah, aku bergabung," Indamira duduk di salah satu kursi yang ada di meja bundar itu.

"Dengan sifatmu yang menjengkelkan, aku ragu jika kau benar-benar anggota keluarga Fillion," cerca Martina.

"Warna mataku menunjukkan bahwa aku adalah seorang Fillion. Apa lagi yang kurang?" Indamira melahap cupcake yang ia bawa berpindah dari mejanya tadi. "Kembali ke masalah awal. Kau tidak takut Madam Gagarina mengajakmu berduel ketika dia sudah sembuh nanti?"

"Aku tidak merasa melakukan kesalahan apa pun."

"Oh, ya ampun, Profesor Coldman nampaknya sedang kesulitan karena tangannya yang patah belum sembuh sepenuhnya."

Martina terlonjak oleh ucapan Indamira, lantas berlari menuju meja prasmanan untuk membantu Adalbaro membawakan makanan mereka berdua.

***

Linette permisi meninggalkan meja terlebih dahulu karena ada urusan lain yang harus ia selesaikan. Lima menit kemudian, Jørgen dan Michelle beranjak untuk melanjutkan kencan mereka, meninggalkan Lorinda bersama Yewberry seorang.

"Jadi, Martina Riario itu teman sekamarmu?" tanya Yewberry pada Lorinda.

"Ya, begitulah."

"Dia begitu overprotektif terhadapmu. Apakah kau suka diperlakukan seperti itu?"

"Tentu saja aku tidak suka."

"Lalu, tempo hari, kenapa kau membiarkannya menarik tanganmu dengan kasar seperti itu?"

"Dia tidak kasar meskipun kelihatannya seperti itu," Lorinda berusaha membela Martina.

Yewberry menuangkan teh dari teko keramik untuk Lorinda, dan Lorinda meminumnya denga nikmat.

***

Pagi harinya, ketika anak-anak kelas satu harus melaksanakan pelajaran olahraga, mereka bersorak gembira karena Linette Willow yanh ditugaskan untuk menggantikan Shebiba yang masih mengalami kelumpuhan.

"Berapa lama Shebiba akan mengalami keasadaran dalam kelumpuhan, Miss?" tanya Andre Coprada.

"Kira-kira tiga bulan sejak dia terkena mantra kutukan itu," jawab Linette. "Itu mantra keluarga Nilda. Aku baru melihatnya dalam seumur hidupku."

"Kuharap kelumpuhan itu terjadi seumur hidup agar kita tidak perlu bertemu dengan si Jalang itu lagi," celetuk Lorinda.

"Jika itu terjadi," sahut Blanco, "maka sepupuku akan ditahan di Teronko seumur hidupnya."

***

Awal pekan dibuka dengan pelajaran ilmu hitam, sedikit menyenangkan bagi Martina dan kawan-kawannya.

"Jadi," ucap Camden, "hari ini, kita akan mempelajari sesuatu yang tidak akan diajarkan oleh Miss Linette Willow kepada kalian, yakni melawan ilmu hitam menggunakan ilmu hitam."

"Wow," Martina tersenyum, "attractive!"

"Tapi, Pak," ujar Rudella, "apakah itu legal?"

"Dalam keadaan dan alasan tertentu, ya, itu legal," jawab Camden. "Aku mengajarkan ini atas permintaan dari Madam Gagarina. Aku tidak tahu kenapa, tetapi, kurasa tidak ada ruginya jika kalian mempelajari hal ini."

Para murid masih tidak mengerti. Sedangkan Camden telah menyiapkan beberapa benda di mejanya.

"Seperti yang bisa kalian lihat," Camden mulai menjelaskan, "aku sudah menyiapkan beberapa benda, dan semua ini akan kugunakan untuk membuat sebuah jimat."

"Tetapi, Anda sudah mengajarkan cara membuat jimat saat kami masih kelas satu, Pak," kata Cartez.

"Kali ini berbeda," ungkap Camden. "Jimat yang kalian buat tahun lalu adalah untuk menjadi kebal terhadap senjata tajam. Sedangkan jimat kali ini dibuat sebagai anti guna-guna."

"Anti guna-guna?" Berna mengerutkan kening.

"Ya, tidak ada ruginya mempelajari ini, 'kan?" Camden menatap seluruh muridnya.

"Tentu saja!" seru Martina riang, "Tidak ada ilmu yang benar-benar tidak berguna!"

"Jadi, kalian harus memiliki sebuah botol kecil sebagai wadahnya," Camden menunjukkan sebuah botol yang sangat kecil, mungkin hanya mampu menampung cairan sebanyak 2,5ml. "Lalu, kalian masukkan potongan rambut dari orang kalian sayangi ke dalamnya. Sedikit saja! Kapasitasnya sangat terbatas."

Mereka bisa melihat Camden memasukkan helaian halus rambut berwarna pirang keemasan dan cokelat gelap ke dalam botol tersebut.

"Aku memasukkan rambut dari dua orang yang kusayangi," Camden menjelaskan, "karena maksimal kita bisa memasukkan rambut dari tiga orang."

Kemudian Camden menyuntikkan cairan merah ke dalam botol tersebut sambil mengucapkan "Sapa-sapa sing nyilakani aku, sapa sira, sapa rika, bakale cilaka", dan menutupnya rapat-rapat.

"Perlindungan dengan kasih sayang seharusnya merupakan ilmu putih," ujar Camden, "tetapi, yang menjadikan jimat ini tergolong sebagai jimat hitam adalah bahan terakhir tadi, yakni darah centaur." Camden meraih spidol dan menulis mantra tadi di papan tulis. "Kalian wajib menghafal mantra ini! Terutama para wanita."

Para murid segera mencatat mantra tersebut di buku mereka.

"Setelah jadi, tinggal kalian modifikasi sehingga jimat ini menjadi aksesoris yang bisa kalian gunakan ke mana pun kalian pergi," kata Camden.

***

Pada siang harinya, ketika Emilia Gagarina kembali menuju ruangannya setelah mengajar anak-anak kelas satu, ia mendapati pintu ruangannya telah berhias rangkaian bunga, lonceng-lonceng bulat kecil, dan plang kecil bertuliskan namanya; Emilia Gagarina.

Terdiam dalam posisi mendongak di atas kursi rodanya, Emilia pun tersenyum.

"Aku bahkan lupa jika beberapa hari yang lalu aku berulang tahun," gumamnya pada diri sendiri.

Air matanya berlinang, bertanya-tanya mungkinkah ini adalah hadiah ulanh tahun dari seseorang.

"Bagaimana mungkin ada orang yang mengingat ulang tahunku, sedangkan aku sendiri bahkan tidak mengingatnya?"

-Ema Puspita Loka-

Halo, terima kasih untuk pembaca setia yang selalu vote dan komen... 🥰🥰🥰

SIHIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang