Bab 28

63 13 0
                                    

Martina menahan dirinya agar tidak muntah begitu sampai di toilet. Setelah merasa sedikit lebih baik -karena bau pengharum toilet lebih enak daripada bau badan Yewberry-, Martina berjalan pelan untuk keluar dari toilet, berniat kembali ke aula.

"Untukmu," seseorang menyodorkan sapu tangan yang telah dibubuhi minyak mawar ketika ia melangkah keluar dari toilet.

"Anda mengikutiku?" tanya Martina.

"Aku adalah satu-satunya orang yang tahu seberapa buruknya bau pria itu," jawab orang yang ternyata adalah Adalbaro, "jadi, kalau bukan aku yang mengasihanimu, siapa lagi?"

"Terima kasih," Martina menerima sapu tangan itu sambil tersenyum.

"Mau kembali ke aula?" tanya Adalbaro.

"Ya, hanya karena saya menyukai buah anggur," jawab Martina sambil melangkah pelan menuju aula.

"Kau sudah sempat meminum minuman tadi?"

"Bagaimana mungkin saya sanggup menelan sesuatu sedangkan orang itu ada di sekitar saya," Martina mendengus geli bercampur jijik.

"Kusarankan padamu untuk menukar botol milik anak-anak perempuan dengan milik anak-anak lelaki. Jika anak-anak lelaki tidak mau bertukar, bawa saja milikmu pergi, lalu buang."

Martina menatap Adalbaro dengan tajam tanpa menghentikan langkahnya sama sekali.

"Ya, aku memikirkan apa yang kau pikirkan," celetuk Adalbaro ketika menyadari Martina menatapnya dengan tajam.

Ketika kembali duduk di tempat mereka masing-masing, Martina berusaha menukarkan botolnya kepada Ignacio.

"Bukankah kau sangat menyukai crimson?" Ignacio menatap Martina dengan tatapan aneh, "Bahkan fanatik!"

"Tidak mau bertukar ya sudah," sembur Martina.

Ketika makan malam usai, Martina mengambil nampan di tangan Blanco dan dengan senang hati menggantikan pemuda berambut pirang platinum tersebut mengantarkan makanan kepada Carlotta.

Dengan langkah mantap, Martina menyusuri jalan gelap menuju rubanah, dan mendapat sambutan hangat dari gadis bermata mirip ular tersebut.

"Hai, Martina!" sambut Carlotta, "Di mana, Blanco?"

"Aku menyuruhnya istirahat, biarkan aku saja yang mengantar makananmu," jawab Martina, "lagipula, aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu."

"Apa?" Carlotta meraih burger dan melahapnya.

"Menurutmu, kenapa Yewberry memberikan minuman pada anak-anak asrama Abu-Abu? Dan dia membungkus botolnya dengan warna-warna identitas kami."

"Aku tidak tahu," Carlotta menggeleng. "Tapi, aku curiga dia merencanakan sesuatu. Kau meminum milikmu?"

"Tidak. Profesor Coldman menyuruhku bertukar dengan anak lelaki, tetapi tidak ada yang mau. Jadi, aku tetap membawanya. Profesor menyuruhku membuangnya," Martina menunjukkan botolnya pada Carlotta.

"Coba kau panggilkan temanmu itu," pinta Carlotta, "Berna MacDougal. Ya, dia."

Martina tidak paham apa maksud Carlotta, tetapi Martina tetap melakukan apa yang diminta oleh Carlotta. Setelah berkeliling sekolah dan menemukan Berna berduaan dengan Santiago, tanpa ampun lagi, Martina menarik lengan sahabatnya itu menuju rubanah.

"Dia orang yang tepat, kurasa," ujar Carlotta begitu Berna sudah sampai di hadapannya. "Kudengar, Berna MacDougal adalah penyihir putih paling hebat di angkatannya, jadi mungkin dia bisa mendeteksi sesuatu dalam minuman itu."

"Apa?" Berna tidak mengerti apa-apa.

Martina menyodorkan botolnya. Carlotta meminta Berna mengendus isinya, dan melarang Berna meminumnya.

SIHIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang