Bab 31

56 7 0
                                    

Emilia Gagarina menggerakkan kursi rodanya dengan susah payah, sampai akhirnya Adalbaro menyambar dorongannya.

"Kau tahu tanganmu patah semua, tidak mungkin menggerakkan kursi roda," ujar Adalbaro dengan dingin. "Lagipula, kau mau ke mana dengan keadaan seperti ini?"

"Aku ingin ke pusat perbelanjaan Zero Mile," jawab Emilia, "karena sudah lama aku tidak berjalan-jalan."

"Setidaknya kau bisa meminta bantuanku, alih-alih kesusahan sendiri seperti ini," Adalbaro mendorong kursi roda Emilia keluar dari gerbang sekolah.

"Terima kasih," Emilia tersenyum, kendati Adalbaro tidak dapat melihatnya. "Terima kasih hadiahnya juga."

"Bagaimana kau tahu jika akulah yang memberimu hiasan pintu itu?"

"Kau baru saja mengatakannya."

"Apa?"

"Aku hanya mengatakan terima kasih atas hadiahnya. Aku tidak bilang kalau hadiah yang kumaksud adalah hiasan pintu. Aku hanya memastikan, dan ternyata benar, gantungan pintu yang indah itu adalah hadiah darimu."

"Sama-sama," Adalbaro tertawa kecil.

***

Lorinda juga berjalan-jalan di Zero Mile bersama Yewberry. Mereka berkeliling, melihat-lihat apakah ada sesuatu yang menarik. Aksesoris, buku-buku, kebutuhan sehari-hari, camilan, apa pun ada di sana. Kedai-kedai berjajar rapi.

Ketika Yewberry melihat Adalbaro mendorong Emilia tak jauh dari mereka, Yewberry memerintahkan pada Lorinda untuk bersembunyi sampai kedua orang itu tidak lagi berada di dekat mereka.

Lorinda menurut, tidak membantah sedikit pun. Ia memasuki sebuah toko bunga untuk menghindari Adalbaro dan Emilia, tetapi Adalbaro justru masuk ke sana. Lorinda melepaskan jubahnya, melipatnya, dan memeluknya rapat-rapat. Di balik rak-rak berisi pot-pot dan bunga-bunga belukar, Lorinda bersembunyi sambil mengintip apa yang dibeli oleh Adalbaro. Seikat bunga tulip kuning dan seikat bunga tulip biru.

Lorinda pernah belajar tentang filosofi bunga, tetapi tak dapat mengingatnya dalam waktu yang lama. Ditambah lagi dengan berbagai sumber yang mengatakan makna yang berbeda, membuat Lorinda akhirnya kehilangan minat untuk mempelajari makna bunga dengan lebih dalam. Hasilnya, Lorinda tidak bisa menebak untuk siapa bunga-bunga itu dibeli oleh Adalbaro, dan apa artinya.

***

Martina dan Berna mendekatkan diri pada jeruji besi Carlotta, melihat bagaimana Lamia bergelayut manja pada gadis bermata kuning itu.

"Kalau aku tidak salah menebak," celetuk Carlotta, "Lamia sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya."

"Hah?" Martina mengerutkan kening.

"Ketika aku jatuh cinta untuk pertama kalinya pada teman sekelasku ketika SMP, aku juga memeluk-meluk Lamia dengan manja seperti ini."

"Kau yakin jika dia hanya meniru apa yang kau lakukan ketika jatuh cinta?" Martina terlihat tidak yakin.

"Ya, tentu saja. Kami terikat secara batin lebih dari apa pun, karena kami lahir bersamaan."

"Tapi, dia tidak bersikap seperti itu sebelum sampai di sekolah ini."

"Apakah kalian berpapasan dengan orang lain selama melakukan perjalanan ke sini?" tanya Carlotta.

"Ya, dengan dua orang," Berna mengangguk.

"Siapa?" tanya Carlotta lagi.

"Madam Gagarina dan Yewberry Darkage," jawab Martina. Rahangnya mengeras. "Sepertinya, aku sudah menyimpulkan sesuatu. Berna, kurasa kau akan setuju."

SIHIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang