Seluruh murid di kelas itu bertepuk tangan, begitu juga dengan guru mereka. Ujian yang hanya di lakukan dalam waktu 3 tiga hari itu akhirnya terlaksanakan. Wajah mereka berseri-seri karena akan menyambut hari libur panjang.
"Well, done!" ucap Seulgi. Lalisa menyunggingkan senyum tipis menanggapi ucapan sahabat nya itu, ia menyandang tas nya di bahu sebelah kanan.
"Ayo kita pulang" ajak Lisa, di angguki Seulgi dan Amber.
Mereka bertiga keluar dari kelas itu, dan seperti biasa; menjemput kekasih masing-masing ke kelas nya, kecuali Amber. Jennie dengan riang gembira melompat kedalam pelukan Lisa. Hanya ada beberapa orang di sana, sehingga membuat Jennie berani memeluk tubuh Lisa.
"Bagaimana?" tanya Lisa, mata nya menelisik setiap senti wajah Jennie.
"Mudah, aku mengikuti cara jawab mu, dan itu berhasil!" jawab nya.
"Gadis pintar" ucap Lisa, mengacak gemas rambut Jennie.
"Tentu saja"
Chaeyoung keluar dari kelas, ia langsung menghampiri Lisa dan Jennie.
"Lisa, aku dan kekasih ku akan ikut berlibur bersama kalian"
"Hm, lebih ramai lebih seru" ucap Lisa mengiyakan.
"Ah, iya. Lisa, Jisoo bilang dia tidak bisa ikut bersama kita" ujar Amber. Sontak Chaeyoung ketawa, membuat Lisa, Seulgi, dan Amber bingung.
"Ya! Jisoo yang kalian maksud itu adalah Kekasih ku, tau!"
"Eoh, benarkah?" tanya Seulgi.
"Iya"
"Ternyata benar, dunia ini sempit sekali" ucap Seulgi.
Irene terkekeh, sedikit berjinjit untuk mencium pipi sang pujaan hati. Blush. Pipi Seulgi memerah kuat, terlebih lagi telinga nya yang putih kini menjadi berwarna merah muda.
"Ya!! tidak bisakah kalian sehari saja untuk tidak bermesraan di dekat ku?!" tanya Amber kesal. Hatinya terasa iri melihat kedua teman nya sudah memiliki seorang wanita.
"Makanya, cari pacar sana!" ledek Lisa. Dikecupnya bibir Jennie, membuat Amber bertambah kesal. Laki-laki itu berlalu dari sana tanpa pamit, sedangkan orang yang ditinggal tertawa senang.
***
Sedari tadi pelukan Lisa di perut Jennie tidak terlepas. Terus saja mengendus leher Jennie, mengganggu sang tunangan yang sedang mencari dress piyama.
Harum tubuh Jennie sungguh candu untuk Lisa. Bau yang persis samanya dengan bau harum bayi. Lisa menyukai bayi, apalagi bayi yang sekarang berada didalam pelukan nya.
"Oppa, lepas dulu pelukan nya" pinta Jennie.
"Why?" Lisa bertanya dengan lirih di ceruk leher Jennie.
"Aku harus memakai baju dulu"
Benar saja, sekarang Jennie hanya memakai bra dan celana dalam yang tertutupi bathrobe bermerek Chanel.
"Aku tidak mau"
"Ayolah oppa.."
"Baby.. aku menginginkan mu.."
Jennie mencoba mencerna ucapan Lisa yang akhirnya ia mengerti. Tersenyum lembut, kemudian Jennie berbalik untuk menatap wajah Lisa yang memeluk nya dari belakang.
"Apakah aku boleh menolak?"
Lisa menggeleng cepat. Ia sangat menginginkan Jennie saat ini. Entah kenapa semenjak bersama Jennie, birahi nya terus saja naik.
"Kenapa?"
"Karena kamu harus melayani suami mu ini"
Jennie terkekeh geli mendengar ucapan Lisa. "Aku pikir kita belum menikah, jadi aku tidak memiliki suami sekarang ini" goda Jennie.
Mendengar itu Lisa merengek dengan menghentak-hentakkan kaki nya seperti anak kecil.
"Baby... Come on.."
"Oppa ingin makan apa malam ini?"
"Memakan mu"
"Aku bukan makanan" bantah Jennie.
"Aku tidak peduli"
Langsung saja Lisa menghentakkan bibir nya ke bibir Jennie. Menghasilkan suara hantukan gigi yang sedikit kuat. Jennie mengaduh sakit karena perlakuan agresif Lisa.
Meraup bibir mungil tunangan nya dengan rakus, walau ia tau bibir itu hanya untuk nya dan miliknya. Jennie mencoba mengimbangi ciuman Lisa.
Tangan yang memiliki jari-jari panjang itu tak tinggal diam, meremas lembut payudara Jennie.
"Ahh.. oppa, please stop!"
"Ah, wae?.." tanya Lisa memelas.
"Aku capek, honey" Jennie berucap lembut.
Lisa menghela pasrah, ia tidak bisa memaksa kehendak nya sendiri. Dengan tenaga yang kuat, langsung saja Lisa mengangkat tubuh mungil itu. Menjatuhkan nya dengan pelan ke atas ranjang.
"Kalau begitu, kamu tidak boleh memakai baju mu" Lihatlah, dia punya banyak cara agar dapat tetap melihat tubuh polos Jennie malam ini.
"Bagaimana jika aku kedinginan?"
"Aku akan memeluk mu, sayang"
Jennie terkekeh. Kenapa semakin lama, tunangan nya ini semakin mesum? Apa sekuat itu efek tubuh seksi Jennie terhadap hormon Lisa? Entahlah, Jennie tidak tau, yang tau hanya Lisa dan tuhan.
"Baiklah, jika itu mau mu"
Lisa tentu saja tersenyum senang. Tidak di beri jatah, tapi ia masih dapat diberi suguhan payudara Jennie yang hanya tertutupi bra; tepat di depan matanya, malam ini.
Lisa membenarkan posisi tidur nya. Setelah merasa nyaman, ia merentangkan kedua tangannya; mengisyaratkan Jennie untuk masuk kedalam dekapan hangat nya.
Dengan senang hati Jennie naik ke atas tubuh Lisa dan memeluk tubuh yang terdapat banyak otot itu tanpa membuka handuk kimono nya terlebih dahulu.
Suara detak jantung Lisa yang sangat kuat, terdengar oleh Jennie dari atas dada kiri Lisa. Jennie tersenyum senang karena merasa bangga bahwa hanya dialah orang yang bisa membuat jantung Lisa dua kali lebih cepat berdetak dari biasanya.
"Oppa, bagaimana jika liburan nanti kita membawa Ella juga?" usul Jennie.
"Aku pikir itu adalah ide yang buruk"
"Wae?"
"Tidak ada anak kecil yang akan ikut bersama kita nanti selain Ella, ia tidak akan mendapatkan teman bermain. Lagi pula, mengurus anak kecil saat liburan itu sangat susah"
Sontak karena itu Jennie mengangkat kepalanya, menatap wajah Lisa yang ada di atas kepalanya.
"Oppa, siapa bilang mengurus anak kecil saat liburan itu susah? Jika melakukan nya dengan hati yang tulus, maka siapapun tidak akan merasa kesusahan. Coba saja oppa bayangkan jika nanti kita sudah punya anak dan pergi berliburan, apa oppa akan meninggalkan anak kita di rumah saja sedangkan kita pergi berliburan?"
Oke, Lisa salah bicara dan membuat ia harus mendengar ceramah Jennie saat ini. Ia merutuki dirinya sendiri di dalam hati.
"Tentu saja tidak, aku tidak akan setega itu dengan darah daging ku sendiri"
"Lalu, kenapa oppa bilang kalau mengurus Ella saat liburan itu sangat susah?" tanya Jennie, tak ketinggalan mata kucing nya yang menatap tajam.
"Ah.. Okey-okey, oppa salah. Forgive me, baby..."
Lalisa harus cepat-cepat mengakui kesalahannya sebelum telinga nya panas karena mendengar ceramah dari nya.
Wajah Jennie kembali berubah menjadi seperti bayi yang menggemaskan. Ia mengangguk tanda menyetujui permintaan maaf Lisa.
Makin hari makin ga mood buat mikirin jalan cerita selanjutnya.
Otak gw seketika ngeblank setiap kali mau ngetik lanjutan:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My cold fiancé (Jenlisa)メ HIATUS
FantasíaLahir menjadi seorang yang memiliki kelainan pada kelamin dan berasal dari keluarga kaya raya yang memiliki tradisi yang sangat aneh. Lalisa harus mengikuti tradisi keluarga nya itu. CHAPTER NYA TERACAK-ACAK KARENA WATTPAD GUE EROR!! Don't be a ghos...