11. Panic Attack

11K 1K 11
                                    

Setelah Jennie tidak menangis lagi, Lalisa memerintahkan kepada bodyguard nya untuk dengan cepat menyiapkan mobil agar mereka pulang. Dan kini mereka berdua berada di mansion Manoban.

Seorang dokter pribadi keluarga Manoban sedang memeriksa kondisi Jennie. Tangisan gadis itu sudah berhenti, tetapi ia masih saja tersedu-sedu. Lalisa memegang erat tangan Jennie. Marcho, Dara dan Ella juga berada disana. Namun orang tua Jennie belum juga datang, padahal orang kepercayaan Marcho sudah memberitahu mereka jika Jennie sedang sakit.

"Sepertinya penyakit panic attack nya datang saat orang itu membentak nya" ucap sang dokter yang baru saja selesai memeriksa Jennie.

"Pasti dia membentak nona Jennie dengan tiba-tiba, membuat nona Jennie terkejut dan langsung panik"

Lisa menghela nafas kasar. Ia merasa tidak bisa menjaga dan melindungi Jennie dengan baik. Jika saja pada saat itu ia datang lebih awal, pasti Jennie tidak akan seperti ini. Lisa mengelus lembut rambut Jennie yang sedang menutup matanya merasakan betapa lembut nya jari Lisa yang mengelusnya.

"Apakah itu akan berlangsung lama?" tanya Marcho yang duduk di samping kasur.

"Terus saja membuat nya merasa aman dan tenang, itu akan membuat rasa paniknya hilang. Dan untuk beberapa hari kedepan, tolong jangan membiarkan nya berada ditengah keramaian, itu akan membuat rasa panik nya bertambah karena kebisingan" jawab sang dokter panjang lebar.

"Oh iya, dia tidak perlu meminum obat. Nona Jennie hanya perlu memperbanyak istirahat dan kalian sebagai keluarga nya harus memberinya ketenangan" sambung nya.

"Baiklah, kami mengerti" ucap Marcho.

"Kalau begitu, saya pamit untuk kembali ke rumah sakit, tuan Manoban" ucapnya pamit.

"Silahkan"

Dokter itu keluar dari kamar Lisa. Saat baru saja keluar, ia berpapasan dengan sepasang suami istri yang berjalan tergesa-gesa dengan wajah khawatir nya.

Orang tua dari Jennie baru saja tiba disana. Ia diberi tahu salah satu maid yang ada disana jika Jennie sedang diperiksa dikamar Lisa. Setelah ditunjukkan dimana kamar Lisa berada, keduanya langsung saja berlari ke kamar yang luas itu.

"Jennie-ya" ucap Krystal yang langsung memeluk tubuh anak semata wayangnya itu.

"Gwaenchana?"

Jennie mengangguk lemah, ia membalas pelukan sang ibu. Air mata Krystal jatuh begitu saja. Ia terus saja menciumi kening Jennie.

"Sebenarnya apa yang terjadi, tuan?" tanya Hanbin.

"Lalisa bilang jika ada seorang laki-laki yang membentak nya. Dan sahabat Jennie bilang jika laki-laki itu membentak Jennie karena Jennie menolak cintanya. Lalu karena di bentak, dokter kami bilang kalau penyakit panic attack Jennie kambuh" jawab Marcho. Pandangan nya tak beralih dari Jennie yang terbaring lemah.

"Lisa-ya, siapa laki-laki itu?" tanya Hanbin pada Lisa.

"Aku juga tidak terlalu mengenal nya aboji. Aku hanya tau jika dia adalah kapten basket di sekolah kami"

"Kamu tidak tau namanya?" tanya Marcho pula dan dijawab gelengan oleh Lisa.

Dua orang bodyguard yang membawa Taehyung pergi tadi datang. Mereka berdua membungkuk hormat kepada keluarga Manoban dan orang tua Jennie.

"Permisi tuan, kami ingin memberitahu jika anak laki-laki itu sudah dibawa ke rumah sakit dan di rawat disana" ucap salah satu nya.

"Ke rumah sakit?" tanya Marcho heran. Bodyguard itu mengangguk.

"Aku memukulnya, haraboji"

Sontak semua orang yang berada di sana melihat ke arah Lisa yang tertunduk. Ia tau betul jika kakeknya akan marah kalau ia melakukan kekerasan kepada orang lain. Tapi ia tidak ada pilihan lain selain menghantam laki-laki yang sudah berani menyakiti gadisnya itu. Lisa harus memberi pelajaran kepada Taehyung.

"Kamu memukul nya?"

Lisa mengangguk lemah.

"Lalu dia masuk ke rumah sakit karena pukulan mu?"

Lagi-lagi Lalisa mengangguk. Marcho hanya bisa menghela nafasnya kasar. Ia tau jika Lalisa adalah orang yang emosional jika orang yang ia sayangi disakiti. Mengusap wajah nya frustasi. Lantas Marcho berdiri menghampiri Lalisa.

"Tegakkan kepala mu!" ucap nya tegas.

Lalisa langsung saja mendongakkan kepalanya. Dengan ragu ia melihat langsung mata sang kakek.

"Kamu tau itu salah bukan?"

"Maafkan Lisa, haraboji" ucap Lisa lirih.

Dara membawa Ella untuk keluar dari sana. Krystal masih saja memeluk tubuh Jennie, dan Hanbin mengelus punggung sang anak. Dara kembali masuk kedalam kamar itu setelah mengantar Ella ke kamar nya.

"Ini untuk pertama kalinya kamu melakukan itu Lisa"

"Lisa tidak tau harus melakukan apa lagi selain menghajar nya, haraboji.."

Marcho memutar badannya menghadap kedua Bodyguard yang masih berada di sana.

"Urus semua keperluan anak itu, dan pastikan jika ia mendapat pengobatan yang terbaik" ucap Marcho kepada mereka berdua. Kedua laki-laki bertubuh besar itu mengangguk patuh. Lalu Marcho keluar dari dari sana tanpa sepatah katapun. Sedangkan Lisa kembali menundukkan kepalanya.

Dara menghampiri Lisa yang duduk di tepi kasur nya. Ia memeluk tubuh Lisa. Lalisa tidak membalas pelukannya, tetapi ia tidak menolaknya.

"Gwaenchana" ucap dara, mengusap-usap punggung Lisa.

My cold fiancé (Jenlisa)メ HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang