ミEpilog★彡

5.7K 525 418
                                    

17 july 2020














꧁༺M e m o r i z e ༻꧂
















Hari itu, ketika cakrawala menjingga dengan apik, Ia menegakkan diri disela-sela insan yang berlalu lalang di pesisir. Normal. Berpikir dirinya adalah salah satu dari manusia normal yang hidup dengan berbagai pahit manis hidup didalamnya, namun sayang.... Ia seolah merasa tak memiliki alasan untuk dicintai, bahkan otak yang berlogika itu nihil akan memori.

"Ini dimana?"

Ujarnya tanpa menunda langkah meski perasaan aneh ini mengganjal isi hati. Tak satupun dari puluhan orang-orang itu yang menganggap keberadaannya berarti walau sedetik.

Tap.... Tap.... Tap....

Dibalik puluhan suara langkah, sontak hanya ada satu langkah yang istimewa disini, suara langkah yang terdengar keras dan berat hingga membuncahkan rasa mengganjal hingga bertukar menjadi debaran tak wajar enggan berhenti. Halusinasi? Ia berusaha mensugesti dengan embel-embel itu

Tap.... Tap.... Tap....

Tapi kenapa suara itu seolah nyata? Bergema tepat dibelakangnya, benarkah seseorang tengah mengikutinya sekarang? Gelisah ini... Bersikukuh ia agar tidak terpancing, berpikir dibuntuti sebagai situasi yang mengerikan, justru rasanya ia jauh akan perasaan takut. Berbalik. Tekanan penasaran justru menyambangi, membikin dilema tak logis yang harus ia alami.

Haruskah ia berbalik? Tidak... Nuraninya mendorong untuk segera pergi namun....

"Inget gue?"

Deg

Dirinya kontan berhenti. Menitik ada bisikan yang menyulut Indra pendengar agar lebih peka nan teliti. Familiar. Terpikirlah kemungkinan yang memperkuat jika suara itu tidak asing, tapi siapa? Tepat saat ia berhenti, Suara langkah itu juga menghilang begitu saja

"Dalam hitungan ketiga.... Lo akan berbalik"

Netra sipitnya membulat, kalimat itu... Juga sama sekali tak asing. Tapi saat kalimat itu terucap, mengapa ia menelisik sesuatu yang salah telah berlaku? Namun kini ia tak larat menumpuk penasaran, 'berbalik sekali saja tidak apa-apa kan?' fikirnya membenarkan rasa ingin


1

2

3



Benar saja dugaannya, seorang laki-laki bermuka datar tengah berdiri sembari mengunci pandang nihil kedipan. Disaat segelintir orang meneruskan tapak kaki, dunia seolah berhenti untuknya. Hanya ada dia.... Dan laki-laki itu yang berhenti dalam posisi berhadapan, sejenak ia berpikir cukup jauh jarak yang terjalin, tak ada seberkas rasa saat ia menatapnya. Namun seketika segalanya jadi tak logis... Sebab kaki jenjang si gadis melangkah maju bukan atas kemauannya sendiri.

Ia terhenyak. Tubuh.... Hati... Mengapa ia tak mampu mengendalikannya dan terus berjalan kearah laki-laki itu, apa dia magnet atau semacamnya? Ia tampak tak peduli saat ia mengambil arah yang berlawanan dengan puluhan insan lain. Hembus angin datang menerpa keduanya, bahkan saat gadis itu sampai dihadapannya, terpaan angin tak berhenti menyapu Surai hitam masing-masing.

Terasa tangan kanan sang gadis terulur tanpa perintah, ditambah kedua ujung bibir sang gadis meninggi membentuk sebuah pelangi terbalik, meyakini hal ini tak benar ia sungguh dibawah kendali. Gadis itu bergumam hal konyol apa yang ia hadapi? Tak puas pada senyum, lisan itupun terbuka sedikit demi sedikit, seolah si gadis akan mengujarkan sesuatu

Memorize | Sunghoon | ENHYPEN ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang