Bagaimana mungkin, senyum semanis itu bisa membuat luka sepahit ini?
***
________________________________Senja mulai menipis dengan cahaya kuning kemerahan di ufuk barat. Fiony menatap sebentar cahaya itu saat berjalan menuju tenda. Hanya sekilas, lalu kembali melihat gadis di depannya.
"Oniel, tunggu," pinta Fiony.
Langkah Oniel terhenti. Tapi ia tak menoleh ke belakang. Gadis itu hanya diam di tempat hingga Fiony berjalan ke arahnya.
"Apa luka itu ada hubungannya sama Ara?" tanya Fiony yang sudah berdiri di samping kiri Oniel. Luka di tubuh Oniel yang Fiony lihat tadi persis seperti yang pernah di ceritakan Ara padanya waktu itu.
Oniel menoleh. "Kamu yakin ingin tau tentang ini?"
Fiony mengangguk cepat.
"Kenapa? Kenapa kamu ingin tau?"
Fiony mengangkat kedua bahunya. "Aku ngga tau kenapa. Emangnya harus ada alasan?"
Oniel diam. Sesaat kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan Fiony yang masih berdiri di tempat. Ini adalah pertama kalinya Oniel bertemu gadis seperti Fiony. Entah apa yang ada di pikiran Fiony, hingga seperti tak ada rasa takut dalam hidupnya. "Dia bodoh atau apa?" gumam Oniel sambil berjalan ke arah lain, bukan ke tenda.
"Dia mau kemana?" Fiony berniat mengikuti Oniel. Baru beberapa langkah, seseorang memanggilnya dari kejauhan.
"PIO! MAU KEMANE LU?" teriak Dhea berlari ke arah Fiony. "Mau masuk hutan lu ya?"
"Eng-engga, itu tadi..." Bahkan Fiony baru sadar jika ia akan memasuki hutan ketika Dhea menghentikannya tadi.
"Ara mane?"
"Masih mandi kayaknya."
"Tuh anak mandi apa berendem sih? Lama amat. Sekarang lu ke tenda deh, jemur handuk lo di belakang tenda. Gue udah bikin jemuran ala-ala. Abis itu bantuin gue ambil makanan ye," kata Dhea lalu berjalan ke arah tenda dapur di sebelah tenda panitia.
Fiony melihat ke arah hutan. "Oniel tadi masuk kesana. Apa dia baik-baik aja?" gumam Fiony. Dengan suasana yang mulai gelap, akan sangat berbahaya jika ke hutan seorang diri. Fiony khawatir, gadis ini merasa harus menyusul Oniel sekarang.
"Fio?" panggil seseorang dari belakang.
Fiony menoleh. "Ara?"
Ara membuang napas lega. Akhirnya ia menemukan Fiony dalam keadaan baik-baik saja. "Oniel mana?"
Fiony hanya menjawab dengan menunjuk arah hutan dengan jarinya.
"Hutan?"
"Iya. Dia masuk ke hutan barusan. Kita susul yuk?" ajak Fiony.
"Tapi ini udah gelap, Fio."
"Makanya itu, Ra. Kamu ngga khawatir dia di sana sendirian? Kalau dia kenapa-kenapa gimana?"
Ara berpikir sejenak sebelum berkata, "Nanti kalau pas mau makan malem dia ngga balik, baru kita cari."
Mereka berdua berjalan ke arah tenda dan menggantungkan pakaian basah di tali jemuran dadakan yang buat Dhea tadi. Belakang tenda ini seolah menarik Fiony agar melangkah lebih, masuk ke dalam hutan.
"Fio, ayo bantu Dey sama Jessi dulu." Ara mengajak Fiony untuk membantu kedua rekannya mengambil makan malam dari tenda dapur. Sedangkan Fiony hanya mengangguk, ia harus menahan diri untuk tidak masuk ke hutan. Meski sebenarnya ia khawatir dengan Oniel.
![](https://img.wattpad.com/cover/222280663-288-k795458.jpg)