Kenapa orbit planet selalu lengkung? Karena sudut terlalu sukar untuk dijangkau. Sudut hatimu, misalnya.
***
_____________________________Tok tok tok..
"Aku masuk ya!" suara Ara terdengar dari luar pintu ruangan ini.
"Iya."
"Hai," sapa Ara ramah dengan senyuman manis yang tak dibuat-buat.
"Hai, Ra. Kamu ke sini? Kirain sibuk sama sahabat baru kamu," balas gadis itu bernada kesal bercampur kecewa.
Ara mendekatinya, lalu duduk di tepi ranjang. "Bukan masalah sibuk atau engga, Oniel. Cuma tadi kamu ngga masuk sekolah, aku denger kamu sakit. Ya udah aku ke sini. Jenguk kamu."
"Aku nggapapa kok."
"Nggapapa gimana? Orang wajah kamu aja pucet gitu." Ara memegang kening Oniel dengan punggung telapak tangannya. "Tuh kan panas. Kamu belum minum obat ya?"
"Aku ngga butuh obat. Aku ngga mau sembuh."
"Kenapa?"
"Kalau sembuh, aku harus sekolah. Aku ngga suka sekolah. Aku ngga suka liat kamu deket sama orang lain."
Ara diam. Ia pernah membahas ini sebelumnya dengan Oniel dan berakhir dengan perdebatan hebat. Sebenarnya, Ara bisa saja meninggalkan Oniel. Tapi di sisi lain, Ara tak mau menyakiti hati Oniel, apalagi di saat Oniel sakit seperti ini.
"Iya, maaf. Ya udah kamu makan, minum obat, biar cepet sembuh. Nanti aku beliin cupcake durian. Gimana?"
Oniel tersenyum antusias. "Serius?"
"Serius."
"Oke, aku akan sembuh. Besok aku sekolah." Oniel adalah penggila cupcake, terkhusus cupcake durian.
___
"Ra! Woi Ra! Nglamun lo?!" teriak Dhea cukup kencang yang membuyarkan lamunan Ara.
"Eh, apa Dey?" Ara seperti orang linglung yang baru mendapatkan kesadarannya.
"Apa apa, lu gue panggil dari tadi kagak nyaut! Kesambet lu?!" lanjut Dhea dengan suara kencang karena jarak mereka cukup jauh. Dhea sedang bersiap untuk pergi ke rumah Fiony, sedangkan Ara masih diam berdiri di depan kulkas yang terbuka.
"Ayo berangkat, Ra! Pasti Fio sama Mira udah nunggu." Jessi melangkah ke arah pintu rumah ini.
"Iya." Ara mengembalikan cupcake yang ia pegang sedari tadi, lalu menutup pintu kulkas. Ternyata benda manis itu yang membuat Ara teringat kembali dengan masa lalunya yang telah terkubur selama tiga tahun.
Bayangan Oniel tak mau sirna dari kepala Ara. Begitu banyak kenangan bersama yang tak mungkin Ara tepiskan. Tapi Ara berharap, bukan Oniel gadis yang ia lihat tadi. Tapi jika memang itu Oniel, maka Ara harus menjaga jarak dengan siapapun, termasuk Fiony.
...
Kediaman Fiony mendadak menjadi ramai karena kegaduhan para gadis. Seperti yang mereka rencanakan, sore ini akan jadi latihan terakhir sebelum tampil besok.
Mereka duduk melingkar di lantai beralaskan karpet tebal. Fiony berhadapan persis dengan Ara. Sesekali ia melihat wajah Ara, jauh lebih diam dari biasanya. Fiony penasaran sekaligus cemas, tapi ia tak berani bertanya langsung pada Ara. Apalagi ia masih tak mengerti dengan maksud pesan singkat yang Ara kirim tadi siang.