Aku tak mau mengejar di belakangmu. Aku hanya ingin berjalan di sampingmu.
***
__________________________________"Ra, lo yakin mau pulang sendiri? Pinggang lo ngga sakit abis kejengklang tadi?" tanya Dhea sepulang sekolah.
"Kepleset, bukan kejengklang. Iya gue bisa pulang sendiri. Gue duluan ya," jawab Ara lalu memajukan mobilnya.
Di dalam mobil, Ara sesekali melirik jaket Fiony di sampingnya. "Gue kembaliin besok aja apa ya?" gumamnya pada diri sendiri. Karena Ara masih belum tahu di mana Fiony tinggal.
Ara baru memasuki kompleks perumahan. Tepat di depan salah satu rumah, Ara melihat seekor anak kucing di tengah jalan. Ia menghentikan mobil, keluar dari mobil, dan menghampiri anak kucing itu. "Kamu lagi? Kok masih jalan ke tengah sih? Nanti bisa ketabrak," kata Ara pada anak kucing itu. Lalu membawanya ke tepi jalan.
"Neng? Neng yang kemarin, kan?" tanya seorang pria paruh baya pada Ara.
"Eh Bapak? Bapak tinggal di sini?" tanya Ara masih mengingat pria itu, yang tidak lain adalah sopir Fiony.
"Nama saya Ujang, Neng. Ini bukan rumah saya, tapi rumah majikan. Saya teh supir. Eneng baru pulang sekolah ya? Seragamnya sama kayak Mbak Fio. Satu sekolah ya, Neng?" tanya Ujang ramah.
"Fio? Fiony maksudnya?"
"Nah. Betul. Kenal kan, Neng?"
"Fiony yang rambutnya segini?" tanya Ara menaruh telapak tangan di setengah lengan.
"Betul, Neng."
"Yang ada tahi lalatnya di sini?" Ara menunjuk bawah mata kirinya.
"Betul lagi, Neng."
"Oh.." Ara semakin yakin, dunia memang tak sebesar yang dibicarakan. Kebetulan yang sudah dirancang semesta, ternyata Fiony adalah tetangganya. Jarak rumah mereka hanya berselang beberapa rumah saja.
"Neng? Kok ngelamun?"
"Eh iya, Pak. Ya udah, saya pulang dulu ya, Pak."
"Mangga mangga..." Ujang mengangguk beberapa kali.
Ara melajukan mobilnya. Ia berencana untuk langsung mencuci dan mengembalikan jaket Fiony hari ini juga.
***
.Hampir pukul tujuh malam. Ara berjalan ke luar rumah dengan membawa sebuah tas yang berisi jaket milik Fiony. Tanpa rasa takut, Ara melangkah dengan sesekali menggerakkan tangan sesuai alunan musik yang menggema di telinganya.
Setelah sampai di depan rumah Fiony, Ara melihat seorang wanita yang akan menutup pagar rumah. "Tunggu!" serunya.
"Iya? Ada apa Mbak?" balas asisten rumah tangga kediaman Fiony.
"Fiony ada?"
"Ada. Temannya Non Fio ya? Mau saya panggilin Non Fiony-nya?"
"Ngga usah, saya titip ini buat Fiony, ya. Terima kasih," ujar Ara lalu sopan. Lalu pulang tanpa berpesan apapun untuk Fiony.
Ara kembali ke rumah. Ia melakukan rutinitasnya sebelum tidur. Mendengarkan sekaligus menikmati musik dengan cara mengikuti alunannya. Ara dengan lihai meliuk-liukkan tubuhnya. Tidak ada batas waktu, kecuali teriakan sang ibu yang memaksanya untuk mematikan musik.
***
.Pagi ini Fiony sengaja berangkat lebih awal. Ia langsung menuju ruang musik dan duduk di depan piano. Jari lentiknya mulai menari perlahan, mencoba setiap nada sambil memejamkan mata.