Jangan memperhatikanku, karena tatapan itu membuatku hampir mencintaimu.
***
______________________________Berendam air hangat saat pikiran lelah memang sangat menenangkan. Di ruangan serba putih ini, Fiony mengistirahatkan tubuhnya dalam bathtub dengan tumpukan busa di permukaan. Gadis berkulit putih itu memejamkan mata, berusaha mengurai semua benang kusut dalam kepalanya.
Fiony membuka mata setelah membuang napas panjang. "Kenapa Oniel sampai senekat itu?" ucapnya pelan.
Fiony tahu, Oniel memang mempunyai kepribadian yang sangat unik, mungkin bisa dibilang nekat. Tapi dibalik semua itu, Oniel pasti memiliki alasan kuat. "Sebenernya, apa hubungan dia dengan Ara?" Fiony masih belum berhenti memikirkannya.
Fiony masih ingat betul bagaimana cara Oniel menatapnya tadi. Oniel sangat serius saat mengatakan,
"Sebaiknya kamu menjauh dari dia."
Bahkan tanpa menyebutkan nama, Fiony paham jika dia yang dimaksud Oniel adalah Ara.
"Ara... Sepertinya ada yang kamu sembunyikan tentang Oniel," gumam Fiony menerka-nerka.
Menyebut nama Ara, Fiony kembali teringat apa yang ia lakukan tadi di dalam mobil Ara. Seketika pipinya memerah, seolah ada buah tomat bersarang di dalamnya.
Entah apa yang membuat Fiony menjadi seberani itu tadi. Seolah ada angin yang mendorongnya untuk mengecup pipi Ara.
Sebelum ini, ia sering mencium pipi perempuan, seperti adik dan ibunya. Tapi rasanya berbeda dengan siang tadi."Kenapa aku deg-degan abis cium Ara?" gumamnya tak mengerti dengan perasaannya sendiri.
Ia bingung, tapi senang.
Ia senang, tapi malu-malu.
Fiony mengulum senyum di bibir tipisnya. "Aaa maluu... Gimana besok pas ketemu Ara? Aaa...," rengeknya manja sambil memukul-mukul permukaan air.
***
Malam ini, Ara berlatih seperti biasa. Ia menari dengan alunan musik yang menggema memenuhi kamarnya. Beberapa menit cukup untuk menguras keringat. Setidaknya Ara tak ingin gerakannya menjadi kaku karena jarang berlatih akhir-akhir ini.
"Udara segar!" ucapnya sembari berjalan ke arah balkon kamar. Ara membuka pintu balkon dan berdiri melihat langit malam dari sana.
Pandangan Ara turun dan terhenti pada seseorang yang sedang berdiri di depan pagar rumahnya. "Siapa?" gumam Ara bertanya-tanya.
Ara memicingkan mata, memfokuskan pandangan ke orang itu. "Dia!"
Ara menutup pintu balkon dan segera berlari ke luar kamar. Gadis itu menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
"Oniel!" pekiknya begitu membuka pagar rumah ini. Ya, Ara yakin bahwa Oniel lah yang dilihatnya tadi.
"Ada apa, Non?" tanya Pak Heri, security rumah ini yang baru keluar dari posnya.
"Bapak liat cewek yang tadi berdiri di sini, Pak?" tanya Ara masih ngos-ngosan karena habis berlari.
"Cewek? Engga tuh, Non. Emangnya Non Ara liat ada cewek disitu tadi?"
"Iya, Pak. Tadi saya di balkon, trus liat ada cewek depan pager. Makanya saya ke sini."
"Tapi saya ngga liat siapa-siapa dari tadi, Non. Waduh, kok saya jadi merinding sih, Non? Non Ara jangan nakut-nakutin saya dong," kata Pak Heri memegangi tengkuk lehernya.