Curious 15

2.3K 268 73
                                    

Kamu adalah alasan untukku tetap tersenyum di saat matematika dan fisika berduet mesra.

***
______________________________

Pagi hari yang menyibukkan seluruh siswa kelas sepuluh. Mereka harus bersiap lebih awal dari jam sekolah biasanya. Hari ini sekolah mewajibkan siswanya untuk datang tanpa membawa kendaraan sendiri. Anak-anak itu harus diantar dan dijemput tiga hari dari sekarang.

"Kenapa aku ngga boleh ikut sih, Ce?" protes Freya begitu turun dari mobil. Baru saja ia, Fiony, dan kedua orang tuanya sampai di depan sekolah.

"Soalnya kamu masih kecil," balas Fiony sambil menurunkan tas ransel besar dari bagasi mobil.

"Biar Papi aja, Ce," ucap seorang pria yang tidak lain adalah ayah Fiony dan Freya.

"Iya, Pi."

"Mi, aku ikut Ce Fio ya? Boleh kan?" rengek Freya sekali lagi, kali ini pada ibu tercintanya, Shani.

"Engga. Ce Fio kan ikut kegiatan sekolah. Isinya anak SMA semua, Sayang. Lagian kan besok kamu harus balik ke asrama," tolak Shani pada putri bungsunya itu.

"Ah males banget jadi anak SMP. Ngga seru! Taun depan aku langsung SMA aja ya, Mi! Sekolahnya di sini aja, biar samaan kayak Ce Fio."

Alis Fiony terangkat saat mendengar permintaan aneh adiknya. "Baru juga empat bulan jadi anak SMP, udah mau pindah ke SMA aja," ucapnya tak habis pikir dengan Freya.

Mereka berjalan masuk ke lapangan sekolah tempat para siswa berkumpul. Shani dan suaminya menunggu di tepi lapangan, tapi Freya sudah berlari menghampiri Fiony.

"Anak siape nih?" tanya Dhea melihat Freya berdiri di antaranya dan Fiony.

"Gue bukan anak-anak tau," protes Freya.

"Trus apaan? Nenek-nenek?" balas Dhea cepat.

"Dia adik aku, Dey," ucap Fiony lalu melihat ke arah Freya. "Kamu balik sana, itu ditunggu Mami Papi." Fiony menunjuk kedua orang tuanya di tepi lapangan.

"Bentar, Ce. Aku nunggu seseorang," balas Freya lalu melihat ke sana ke mari seolah sedang mencari sesuatu.

"Hah? Nunggu siapa?" Fiony penasaran. Tapi Freya diam dan masih mengamati sekitar.

"Adik lo kenape sih, Pio? Kesambet ye?" celetuk Dhea.

Tiba-tiba mata Freya menangkap seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Nah itu dia!" seru Freya menunjuk gadis yang sedang berjalan ke arah mereka.

Fiony mengikuti arah jari telunjuk adiknya. "Ara?"

"Ngapain lo nungguin Ara?" tanya Jessi bingung.

Ara sampai dan berdiri di depan Dhea. Kini anggota kelompok mereka hanya kurang satu orang, Oniel.

"Kok lo di sini?" tanya Ara pada Freya.

"Kan nganterin pacar," balas Freya melingkarkan tangannya pada lengan Fiony. Gadis itu masih menyebut Fiony sebagai pacarnya di depan Ara.

Ara membuang napas malas karena Ara tahu jika Freya adalah adik Fiony. Dua hari lalu, malam saat pertama kali Ara bertemu Freya, Fiony langsung memberitahukan bahwa Freya adalah adiknya.

"Masih aja," balas Ara cuek.

"Kamu nunggu Ara? Kenapa, Frey?" tanya Fiony yang membuat Ara penasaran.

"Mau nitipin Ce Fio," balas Freya sekenanya.

"Hah? Emangnya Cece barang dititip-titipin?"

Freya tak memperdulikan protes dari kakaknya. Ia menatap langsung ke dua bola mata Ara. "Kakak sekelompok sama Ce Fio kan? Pokoknya kakak harus jagain Ce Fio. Jangan sampe Ce Fio kenapa-kenapa. Oke?"

CURIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang