Hatiku tak ingin retak. Lebih baik kau patahkan ia seketika daripada hancur perlahan.
***
________________________"Ra, woy! Bangun! Udeh jam berape nih?!" kesal Dhea sambil menggoyang-goyangkan kaki Ara.
"Tau! Katanya mau sepedaan pagi-pagi. Eh dia malah molor!" tambah Jessi.
Dhea dan Jessi sengaja menginap di rumah Ara semalam. Karena hari ini hari libur dan mereka berencana untuk olahraga pagi ini. Tapi seperti biasa, Ara sangat susah dibangunkan.
"Ra, ade Fiony tuh! Ngapain die kesini?" kata Dhea berakting. Dan seperti perkiraan Dhea, Ara bangun seketika. Tanpa berkata apapun, bola mata Ara bergerak di penjuru ruangan, mencari sosok yang namanya disebut Dhea tadi.
Dhea tersenyum, ternyata menyebut nama Fiony menjadi jurus baru yang ampuh untuk membangunkan Ara. "Nyari apaan lo? Dah sono mandi." Dhea mendorong pelan pundak Ara.
Ara menoleh ke Dhea, melihat wajah licik sahabatnya itu. Kini Ara tahu, Dhea baru saja mengerjainya. "Ck!" decak Ara sambil turun dari tempat tidur lalu berjalan ke arah kamar mandi di sudut ruangan.
***
Tiga gadis terlihat sedang mengayuh santai sepeda masing-masing. Mereka hanya berkeliling sekitar kompleks rumah Ara. Hingga tiba di depan rumah Fiony, Ara menoleh ke arah kiri atas, tepatnya ke arah balkon rumah Fiony.
Sungguh kebetulan yang mendebarkan, netra Ara menangkap seorang gadis sedang merentangkan tangannya di balkon, khas orang bangun tidur yang baru menghirup udara pagi. "Dia? Baru bangun? Kebo juga ternyata!" gumam Ara tak mengalihkan pandangannya dari Fiony.
Kemudi tak lagi menjadi fokus Ara, hingga ujung gagang setir sepedanya menyentuh bagian depan sepeda Dhea.
"Eh eh! Ra, Ra... Ngapain deket-deket gue!"
Brak!
"Aduh!"
Sepeda Dhea dan Ara jatuh, sedangkan Jessi berhasil menghindar.
"Aduh pantat gue. Lu bisa naik sepeda kagak sih, Ra?" keluh Dhea dengan posisi sudah mendarat di aspal dan tertimpa sepedanya sendiri.
Ara pun sama, mereka sama-sama kesakitan karena badan yang bertumbukan langsung dengan jalan. Di sisi lain, Fiony seketika memfokuskan pandangan ke sumber kegaduhan di depan rumahnya. Ia memicingkan mata, "Ara?" ucapnya terkejut saat melihat dua gadis duduk di tengah jalan.
Fiony segera menuruni tangga rumahnya. Ia berlari menuju depan rumah. Seperti dugaannya, mereka adalah Ara, Dhea dan Jessi. "Kalian kenapa?" tanya polos Fiony yang masih mengenakan piyama lengan pendek.
"Abis atraksi," jawab Dhea asal sambil membenarkan posisi sepedanya. Begitu juga dengan Ara.
"Ini rumah lo?" tanya Jessi pada Fiony.
"Iya."
"Gede juga," gumam Jessi pelan. Memang, rumah Fiony tampak lebih besar daripada rumah Ara yang masih satu deret dengan bangunan ini.
"Ra, lu kenape sih? Kenape lu nyenggol nyenggol gue?" protes Dhea.
"Ya sorry, ngga fokus tadi."
"Giliran lewat depan rumah Fio aje lu kagak fokus. Pantat gue nih kepentok aspal, untung kagak tepos," balas Dhea dengan nada kocaknya yang tentu saja membuat Fiony menahan tawa.
Sedari tadi Ara tak melihat ke arah Fiony. Ia hanya sibuk membersihkan celana triningnya.
"Kamu nggapapa, Ra?" tanya Fiony yang membuat Ara menoleh padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/222280663-288-k795458.jpg)