Cintaku sebanyak tetes hujan malam ini. Tapi itu tak berarti, karena kau lebih memilih berteduh.
***
___________________________________"ONIEL BERENTI!" teriak Vivi dari jarak beberapa meter di depan Oniel.
Seketika Oniel menghentikan ayunan kayu yang telah diarahkannya ke tangan Ara. Oniel diam, memastikan bahwa apa yang ia lihat bukan lah ilusi. "Dia lagi?" gumamnya tak menyangka jika Vivi akan menjadi pengacau untuk kesekian kalinya. Apalagi ditambah beberapa gadis di belakang Vivi yang sudah pasti sama merepotkannya dengan Vivi.
Detik itu juga, pandangan Oniel menghitam. Kepalanya terasa berat dengan keringat dingin yang tiba-tiba memenuhi tubuhnya. Oniel tahu ia akan pingsan, ia berusaha menopang tubuhnya sendiri, tapi..
Bugh!
Sebuah benda cukup berat mendarat tepat di kepalanya. "Vivi, kamu..." gumam Oniel tergantung karena tubuhnya terlebih dulu ambruk tanpa hambatan menyentuh tanah.
Di sisi lain, Ara masih bertahan dengan genggaman tangannya di lengan Fiony. Beruntung Vivi dan kawan-kawannya datang untuk menolong.
"Gimana nih, Drun? Pakek tali?" tanya Olla ada Vivi.
"Kelamaan, langsung tarik aje," ucap Vivi lalu mengambil posisi tengkurap di sebelah Ara untuk meraih tangan kiri Fiony. "La, lo pegangin Jahra. Git, lo pegangin gue," kata Vivi cepat.
"Oke!" jawab Gita dan Olla bersamaan.
"Terus gue ngapain?" tanya Chika.
"Lu minggir. Bantu doa aje," balas Vivi. Lalu meminta Fiony agar menangkap tangannya. "Lu pegangan yang kuat ye?" pinta Vivi.
Fiony mengangguk.
"Oke, Guys. Tarik, satu dua tiga!" Vivi memberi komando yang dieksekusi dengan baik oleh Ara, Olla, dan Gita. Perlahan tapi pasti, Fiony berhasil keluar dari jurang ini.
"Jangan berdiri di pinggir, ntar nyemplung lagi lu ke sono," kata Vivi menarik Ara dan Fiony agar menjauh dari bibir jurang.
"Thanks, kalian datang di waktu yang tepat," ujar Ara sambil membersihkan tubuhnya dari tanah yang menempel.
"Iye. Lagian lu berdua ngapa bisa di sini sih?" tanya Vivi heran.
"Tadi pas gue ke sini, Fio udah di situ." Ara menunjuk tepi jurang tadi.
"Guys. Dia... pingsan?" Chika menunjuk Oniel yang tergeletak di tanah. Seketika mereka menoleh ke arah gadis itu.
Gita dan Chika menghampiri Oniel. Tapi Vivi diam di tempat, ia baru sadar jika sepatunya lepas sebelah. "Sepatu gue tadi... nyemplung ke sono?!" kata Vivi setelah mengingat saat-saat lemparannya tepat sasaran tadi. Sepatunya terpantul dan jatuh ke dalam jurang.
"Ikhlasin aje, Ngab!" Olla menepuk pundak Vivi lalu berjalan ke arah Gita dan Chika.
Gita membalik tubuh Oniel dan melihat keadaannya. "Dia pingsan. Gimana? Kita gotong aja?" tanya Gita setelah melihat keadaan Oniel.
"Ngelempar orang jahat ke jurang, dosa kagak?" celetuk Vivi yang mendapat jitakan kepala oleh Chika.
Tak!
"Aduh. Kok lu jitak gue?" sewot Vivi.
"Makanya kalo ngomong itu dipikir dulu!" balas Chika.
"Dipikir? Lu kata ngerjain soal mat." Vivi masih saja membalas.
"Udah udah, lu berdua berantem mulu! Ini gimana urusannya?" lerai Gita.
"Kita bawa ke tenda darurat," balas Ara sambil memijat perlahan lengannya yang terasa sakit karena beberapa lama menahan Fiony tadi.