Jarak dan rindu sudah cukup mengganggu. Jangan kau tambahkan dia di antara kita.
***
_______________________________Duduk di bangku paling pojok membuat Fiony tak bisa untuk terus fokus ke depan. Selalu ada godaan bagi siapa saja yang duduk di bangku ini. Mulai dari suara guru yang tak sampai, tulisan tiba-tiba menjadi buram, hingga angin sepoi-sepoi yang merayu mata untuk terpejam.
"Hai," sapa siswi yang baru saja resmi menjadi penghuni kelas ini.
Fiony menoleh ke arah teman barunya itu. "Hai," balas Fiony berusaha santai. Meski sebenarnya ia masih terbayang-bayang akan cerita tentang Oniel kemarin.
Oniel tersenyum sekilas lalu mengalihkan pandangan ke arah guru di depan kelas. Tentu saja sikap Oniel ini membuat Fiony bertanya-tanya. "Aneh," gumam Fiony pelan.
Oniel tak lagi menoleh ke arah Fiony untuk beberapa menit kemudian. Hingga...
"Nih," kata Oniel sambil memberikan selembar kertas pada Fiony.
Fiony pun menerima kertas itu lalu membacanya.
"Kamu pernah melihat langit dari jarak lebih dekat?" gumam Fiony membaca isi surat singkat itu.
Fiony kembali menoleh pada Oniel untuk menanyakan apa maksud pertanyaan itu. Tapi Oniel justru terlihat fokus mencatat apa yang sedang dijelaskan guru di depan.
Fiony memutuskan untuk membalas tulisan Oniel dengan tulisan juga.
"Maksudnya?"
Satu kata telah Fiony tulis di atas kertas yang sama. Lalu ia mengembalikan kertas itu pada pemiliknya. Oniel menerima dan membacanya sekilas, lalu tersenyum tipis. Tanpa menoleh, tanpa bicara, Oniel kembali fokus melihat papan tulis di depan sana.
Fiony sedikit kesal melihat tingkah aneh Oniel ini. Tapi apa boleh buat, berbicara lebih banyak akan membuatnya mendapat teguran dari guru. Fiony mencoba masa bodoh, ia tak lagi melihat ke arah Oniel.
Di sisi lain, Oniel tahu bahwa Fiony sedang dilanda rasa penasaran karena sikapnya tadi. Sengaja, Oniel memang berniat melakukannya dengan sangat sengaja. Karena sedari tadi ia menangkap basah Ara yang mencuri pandang ke arah Fiony. Oniel yakin, pasti ada sesuatu antara Ara dan Fiony. Entah apa itu, yang jelas Oniel tak suka melihatnya.
"Apa kamu benar-benar lupa sama aku, Ra?" gumam Oniel saat lagi-lagi ia melihat Ara yang sedang memperhatikan Fiony. Cemburu, bisa dibilang begitu. Satu kata yang tepat untuk mewakilkan perasaan Oniel detik ini.
...
Bel istirahat berbunyi.
Tiba-tiba Fiony teringat bahwa ia harus mengembalikan buku milik Chika. Gadis cantik itupun bergegas pergi ke kelas sebelah.
Di sisi lain, Oniel memerhatikan Fiony dengan seksama. Padahal ia tadi menebak jika Fiony akan menghabiskan waktu istirahat dengan Ara, tapi dugaannya salah. Oniel mengikuti Fiony, rupanya gadis itu masuk ke kelas lain dan keluar setelah beberapa menit.
Oniel masih mengikuti Fiony dari belakang. Hingga langkah Fiony menuntunnya ke suatu ruangan yang begitu sunyi. Oniel melihat Fiony masuk ke ruang musik ini dan duduk di depan piano hitam. Oniel masih mengintip dari balik pintu sambil mendengarkan alunan musik yang dimainkan Fiony.
Mata dan telinga Oniel begitu seksama memperhatikan. Baru kali ini Oniel bertemu dengan gadis seperti Fiony. Gadis yang menghabiskan waktu istirahat hanya dengan bermain piano. Aneh.
"Apa ini yang bikin Ara tertarik ke dia?" gumam Oniel saat teringat bagaimana cara Ara memandang Fiony tadi.
Beberapa menit hingga bel masuk berbunyi dan membuat Fiony bangkit dari duduknya. Seketika Oniel meninggalkan tempat itu dan berjalan cepat ke arah kelasnya. Oniel sengaja menunggu Fiony di depan kelas dari arah yang berlawanan dengan arah ruang musik. Begitu melihat Fiony berjalan masuk ke kelas, dengan sengaja Oniel menabraknya.