Jika kau selalu menghindar, jangan salahkan aku bila semakin ingin tahu tentangmu.
***
___________________________________________
.
Malam akan terasa lebih singkat jika dilalui dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan. Seperti Ara saat ini, gadis lincah itu sedang menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik.
"Ra, tidur! Besok kan sekolah," tegur seseorang dari balik pintu kamarnya.
"Iya, Mi." Ara segera mematikan musik favoritnya lalu melihat jam di atas meja. "Jam 10. Oke tidur."
Sebelum tidur Ara membersihkan diri karena terlalu berkeringat. Ya walaupun hanya menggosok gigi dan mencuci muka. Baginya, keringat di badan bisa diatasi dengan cara berganti baju.
"Rame banget hp gue, tumben." Ara mengecek ponsel sebelum mengistirahatkan badannya. Rupanya pesan singkat tapi berkali-kali yang dikirim oleh Dhea dan Jessi di grup chat line mereka bertiga.
"Fiony anak komplek sini? Emang iya? Ngaco nih!" gumam Ara setelah membaca chat dari Dhea.
Rupanya Fiony adalah tetangga beda blok dengan Ara, namun masih satu kompleks. Begitu pendiam dan misteriusnya Fiony, bahkan Ara tak menyadari jika rumah mereka berdekatan.
"Bodo amat. Ngapain kalian ngepoin dia? Kenal juga engga," kata Ara sembari mengetik hal yang sama di ponselnya. Itulah kalimat terakhir Ara sebelum benar-benar terlelap.
***
Pagi ini, jam olahraga yang mengharuskan siswa kelas 10-MIPA-1 menghabiskan waktu di lapangan. Terlihat beberapa orang memainkan bola basket sambil menunggu guru datang. Di tengah lapangan, seorang gadis berambut pendek begitu lihai memainkan bola dan menarik perhatian Jessi.
"Si Flo jago banget mainnya," ujar Jessi yang pasti didengar Ara dan Dhea. Kini mereka bertiga duduk di tribun samping kanan lapangan basket ini.
"Biasa aja. Tukang pamer," balas Ara singkat lalu melihat ke arah lain. Ara memang tak menyukai jika dirinya menjadi pusat perhatian. Tapi ia lebih tak suka dengan manusia yang sengaja ingin diperhatikan banyak orang, Flora contohnya. Gadis tomboi yang sering dibahas Jessi.
"Ra, lu kan jago main basket. Duel sono sama Flo," tantang Dhea.
"Kurang kerjaan banget." Jawaban Ara yang sudah diduga Dhea sebelumnya.
Ara melihat ke arah lain, tepatnya ke seberang lapangan. Pandangannya terhenti saat melihat Fiony yang tampak berbeda dengan kunciran rambutnya. Dari sisi ini, Fiony terlihat sangat cantik. Rambut panjang tak lagi menutupi bagian samping wajahnya.
Tiba-tiba...
"Bolanye!" teriak Dhea saat melihat bola basket yang dilempar Flora terbang terlalu jauh dari jangkauan pemain lain.
Pandangan Ara seketika mengikuti arah bola itu, hingga benda bundar itu mendarat di kepala seseorang.
Dug!
"Aw!" Pekik seorang gadis yang seketika membangkitkan Ara dari duduknya.
Flora datang memastikan korban lemparannya baik-baik saja. Dari kejauhan, Ara melihat Flora mengusap kepala gadis itu, yang tidak lain adalah Fiony. Alis Ara menyatu saat matanya melihat pemandangan ini. Ada perasaan tak suka yang diam-diam menghampiri.
"Ra, lu kenape?" suara Dhea membuyarkan fokus Ara.
"Hah? Ngga, ngga kenapa-kenapa," balas Ara salah tingkah karena baru menyadari jika ia sendiri yang berdiri, sedangkan Dhea dan Jessi masih di posisi yang sama sejak tadi.