Curious 5

2.7K 320 49
                                    

Kamu nokturnal ya? Berkeliaran saat malam. Karena aku sering melihatmu dalam tidurku.

***
.

"Samlekoom!" teriak seorang gadis yang baru masuk ke ruang UKS.

Seketika Fiony berdiri, menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat seorang siswi masuk dan mendekat padanya.

"Bu Puci mana?" tanya siswi itu menyebut nama staff yang biasa berjaga di UKS.

"Bu Puci?" Fiony bingung.

"Iye. Bu Puci yang biasa jaga di sini. Mana orangnya?"

Fiony menggeleng pelan. "Ngga tau. Dari tadi di sini ngga ada yang jaga," jawabnya.

"Oh.." Gadis itu lalu mencari sesuatu lemari obat. Seolah sudah sangat akrab dengan ruangan ini.

Sementara Fiony hanya memperhatikan gadis itu. Fiony tahu dia adalah anak kelas sepuluh, karena merasa pernah melihatnya di lapangan saat penerimaan siswa baru. Gadis itu terlihat jauh dari kata lembut, dan sepertinya sangat cuek. Dia berambut sebahu dan memakai dua gelang hitam di tangan kirinya.

"Kayak preman," gumam Fiony pelan.

"Hah? Apa? Lo ngomong sama gue?" tanya gadis itu sambil tetap mencari obat di lemari kaca.

"Hah? Engga."

Tiba-tiba tirai bilik terbuka dan memunculkan Ara yang telah selesai dengan urusannya. Ara mendengar percakapan Fiony dengan seseorang, tapi ia tak peduli. Ara hanya melihat gadis itu dari belakang.

Tapi tunggu, sepertinya Ara familiar dengan penampilan gadis itu. "Drun?" sapa Ara.

Gadis yang dipanggil Drun itu pun menoleh. "Lah? Neng Jahra Khaulah? Ngapain lo di situ?"

"Ngga ngapa-ngapain. Lo sendiri ngapain?"

"Nyari minyak kayu putih. Tapi kok kagak ade sih?"

"Mana gue tau," jawab Ara lalu berjalan ke arah Fiony.

"Kalian kenal?" tanya Fiony pelan ke Ara.

"Dia Badrun. Anak kelas sebelah. Sepupu gue," jawab Ara melewati Fiony. Ia berniat mengambil bajunya yang sepertinya sudah kering.

"Buset! Kipas angin lu seragamin? Kagak sekalian lu ajak die upacara?" celetuk sepupu Ara itu.

Tapi Ara tetap lah Ara. Dia tak menjawab hal yang tak penting menurutnya. Ara mengambil bajunya, lalu kembali ke bilik tadi.

"Lu temen sekelasnya die?" tanyanya pada Fiony sambil menunjuk bilik Ara.

Fiony mengangguk. "Aku Fiony. Kamu sepupu Ara?"

"Iye. Gue Vivi. Biasa dipanggil Badrun. Gue kelas 10 Mipa-B, kita tetanggaan." Vivi dengan ramah menjawab perkenalan Fiony.

"Wah, sekelas sama Chika dong?" Fiony menyebut nama teman pertamanya di sekolah ini.

Vivi mengangguk. "Lo kenal sama anak sok pinter itu?" tanya Vivi dengan nada tak suka.

Alis Fiony berkerut. "Sok pinter?"

"Iye. Dia itu sok pinter banget. Songong. Ya udah, gue duluan ye. Udah ketemu minyak kayu putihnye."

Fiony melihat Vivi keluar ruangan. "Ara sama sepupunya beda banget," gumam gadis ayu itu. Memang, Vivi lebih terbuka, lebih ceplas-ceplos, jauh berbeda dengan Ara yang terkesan tak peduli dengan sekitarnya.

Tapi apa yang dibilang Vivi tadi? Chika sok pintar? Sombong? Fiony tak mau langsung percaya. Karena setahu Fiony, Chika adalah gadis yang ramah. Chika adalah orang pertama yang Fiony kenal saat menjadi siswa baru di sekolah ini beberapa hari yang lalu. Dan sepertinya, Chika bukan gadis seperti yang Vivi katakan.

CURIOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang