Bagian 18

5.2K 591 45
                                    

Dulu bagi teman-temannya Nela adalah anak yang sangat manja. Hingga hal yang sangat mudah dan masih bisa dikatakan ringan untuk diatasi oleh anak seusianya, Nela bahkan masih menggunakan kedua orang tuanya untuk membantu. Sedikit-sedikit menyebut Mama dan Papa jika ada yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Tapi itu tidak berlangsung lama setelah Nela mulai mengerti bagaimana kehidupan yang dijalaninya. Bahwa kelahirannya ternyata tidak terlalu diharapkan oleh keluarga Papanya.

Kakek Nela dari pihak Papanya menginginkan cucu laki-laki. Karena pemikirannya yang terlalu kuno dengan mengatakan bahwa perlunya anak laki-laki untuk menurunkan nama keluarga besar.

Randi satu-satunya anak laki-laki dari keturunan Papanya. Jadi Randi yang diharapkan untuk memberikan anak laki-laki agar menurunkan nama Fakhtur bagi keturunan selanjutnya. Lalu ketika banyak desakan, tanda tanya, pemikiran buruk dari keluarga mereka tentang Soraya yang belum hamil juga, pertengkaran sering kali terjadi di antara suami istri itu. Nela yang menjadi orang terdekat keduanya lah yang menyaksikan itu.

Mamanya terlalu sibuk dengan butik sementara Papa nya sibuk memperjuangkan nasib pemakai jasanya. Lalu apa yang dipikirkan oleh seorang anak yang bahkan belum remaja tapi sudah merasakan perubahan yang begitu besar di dalam keluarganya? Selain dia berpikir bahwa sebenarnya kelahirannya seperti tidak diinginkan atau kenyataan bahwa kedua orang tuanya seperti menjauh darinya?

Kedua orang tuanya memang tidak pernah menyesali bahwa nyatanya anak mereka adalah perempuan. Tapi karena sering mendengar pertengkaran tentang anak di antara kedua orang tuanya, jelas membuatnya menyesali dirinya sendiri. Andai saja dia terlahir laki-laki, pasti kehidupan orang tuanya akan lebih baik.

Mulai beranjak remaja, Nela lebih sering menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Rumah seakan bukan tempat yang nyaman lagi. Dia seperti di tekan keadaan untuk cepat dewasa sehingga tidak perlu mengharapkan kedua orang tuanya. Soraya dan Randi sebagai sumber keuangannya. Kasih sayang mereka yang kadang ada dan tidak seperti tidak diperlukan lagi.

Nela sering melarikan diri ke rumah Nenek, Ibu dari Mamanya ketika tidak sanggup berada di rumah. Disana dia diajarkan untuk mandiri. Wanita tua itu yang mengajarkannya bahwa kehidupan tidak akan pernah berjalan dengan mulus. Pasti akan banyak kerikil yang mengganggu sebagai bentuk cobaan hidup.

Dan dalam hubungan antara Papa dan Mama Nela, kerikil itu berbentuk sangat indah, tinggi dan juga anggun. Dia seorang wanita yang sebaya dengan Randi. Tidak sekali dua kali Nela melihat Randi sering menemui wanita itu. Selain di firma hukum yang di bangun Randi, Nela lebih sering melihat Randi bertemu dengan wanita itu di kafe yang sama.

Puncaknya adalah malam itu. Soraya sedang berada di luar kota, sibuk dengan butiknya yang sedang mengalami masalah. Bi Sumi dan Pak Joni sore harinya pulang kampung karena ada saudara mereka yang meninggal dunia.

Nela yang awalnya ingin menginap di tempat Vivian, pada akhirnya memilih pulang ke rumah sebelum tengah malam. Kepalanya sedikit pusing. Jadi kamar Vivian jelas bukan tempat yang tepat untuknya menginap karena banyak suara yang terdengar dari kamar sebelah.

Dengan mata kepalanya sendiri, Nela melihat Randi merangkul seorang wanita yang jelas bukan Mamanya masuk ke dalam kamar. Dia hanya tertegun melihatnya. Jantungnya berdetak kencang ketika menyadari bahwa wanita itu bukan orang asing. Wajahnya sangat Nela kenali. Wanita itu yang sebelumnya sering dilihat Nela tengah bersama dengan Papanya.

Nela mengedor-ngedor pintu kamar Mamanya yang terkunci dari dalam. Tidak lupa berteriak untuk meminta Papanya dan wanita itu untuk keluar. Dia tidak akan membiarkan apapun yang terjadi di dalam sana. Dia sudah dewasa. Ketika melihat pria dan wanita berada dalam satu kamar yang sama, hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu, apa yang mereka lakukan.

Perfect love Deal [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang