Bagian 23

6.8K 674 51
                                    

“Makasih karena udah mengangkat panggilanku, Fer. Aku ingin tau keadaanmu. Kamu baik-baik aja kan?”

Kiki menggerakkan kakinya dua langkah ke arah jendela kamarnya. Dia memandangi halaman samping rumahnya sebelum mendudukkan badan di jendela. Udara malam langsung terasa di kulitnya.

“Pulang lah, Lia. Kembali kepada suamimu. Aku memang gak tau apa yang terjadi di antara kalian. Hanya saja aku pikir kalian berdua butuh bicara. Aku juga laki-laki Lia. Aku tau bagaimana kekalutan Bang Hendra ketika mencarimu.” Kiki mengabaikan pertanyaan Lia.

“Aku gak bisa, Fer.”

Suara isak tangis Lia membuat Kiki mengusap keningnya. Jika bukan karena pesan Lia yang mengatakan akan mendatangi rumahnya agar bisa bertemu, mungkin Kiki tidak akan mengangkat panggilannya. Bisa-bisa masalah akan semakin memburuk jika orang tuanya tahu hal ini.

“Kalau begitu tolong jangan membawa ku ke dalam masalah rumah tanggamu lagi. Aku bisa mentolerir prilaku suamimu satu kali ini. Jadi aku gak ingin ada yang kedua kalinya, Lia.”

Hanya isak tangis dan helaan nafas sebelum suara Lia terdengar lagi. “Hanya kamu yang bisa membantuku. Aku gak sanggup lagi dengannya.”

Kiki menghela nafas jenuh. “Mungkin aku bisa membantu disaat kamu kesulitan sebagai seorang teman. Meskipun sudah pasti gak banyak yang bisa aku bantu karena ada batasannya, Lia. Dan masalah rumah tanggamu bukan kapasitas seorang teman apalagi laki-laki yang memiliki masa lalu denganmu untuk ikut campur. Tolong mengertilah. Aku mohon.”

“Jangan memohon kepadaku, Fer.”

“Kalau begitu, turuti permintaanku. Pulang lah dan selesaikan masalahmu. Jangan menyeretku lagi.”

“Katakan padaku, Fer. Apa dia menamparmu?”

Setelah memejamkan matanya sejenak, Kiki sedikit menunduk. Memperhatikan tangan kirinya yang berada di atas paha. “Ya, dia melakukannya. Begitu lah kekalutan suamimu karena kamu pergi dari rumah dan mengatakan hal konyol tentang kita kepadanya.”

“Sakit kan, Fer? Aku juga kesakitan. Dengan tangan yang besar itu dia juga menamparku. Hanya karena aku datang ke kantornya untuk melabrak selingkuhannya. Dia berselingkuh dengan sekretarisnya. Sudah gak ada lagi yang bisa aku pertahankan dari pernikahan itu.”

Kiki melebarkan matanya. Jika dirinya yang dipukul Hendra, itu masih terlihat wajar dan jantan mengingat laki-laki memang sering menyelesaikan masalah dengan perkelahian. Tapi jelas berbeda jika yang ditamparnya adalah seorang perempuan yang bahkan menyandang status sebagai istrinya.

Dan tentang perselingkuhan Hendra, Kiki memang tidak habis pikir. Hanya saja dia menyadari bahwa tidak semua laki-laki di dunia ini bisa setia. Dia bukannya ingin memaklumi atau menganggap enteng apa yang dilakukan Hendra. Itu jelas sangat salah mengingat Hendra memiliki seorang istri.

Hanya saja bukan kapasitasnya untuk ikut campur dengan hal itu. Hendra adalah pria dewasa, bahkan lebih dewasa dibandingkan dengannya. Jadi Hendra jelas lebih tahu apa dampak dari hal yang dilakukannya.

“Bang Hendra menamparmu? Apa itu hari dimana kamu menemui Vivian?” tanya Kiki prihatin.

“Ya! Jadi jangan memaksaku untuk pulang, Fer. Aku gak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ketika aku hanya berdua dengannya saja. Aku takut jika dia memukul ku lagi.”

“Lia,” panggil Kiki. “Jika memang itu yang kamu takutkan, maka jangan pulang ke rumah suamimu dulu. Pulang lah ke rumah Mamamu atau hubungi adikmu. Minta perlindungan dari mereka selama kamu menyelesaikan masalah rumah tanggamu. Meskipun Papamu dulu sudah menyerahkanmu kepada Bang Hendra, bukan berarti Mamamu dan Restu tidak lagi memiliki hak atas dirimu. Apalagi dengan kondisi dimana suamimu tidak lagi menjaga amanah dari Papamu seperti sekarang ini.”

Perfect love Deal [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang