Perfect love Deal [Tamat]

Bagian 25

Tidak ada yang bisa menebak bagaimana dan kapan seseorang akan kembali ke sisi Tuhannya. Dengan cara yang baik atau tidak baik maupun cepat atau lambat. Disertai dengan rasa sakit berkepanjangan terlebih dulu atau tidak. Hanya Tuhan yang mengetahui semua itu.

Air mata Nela masih belum berhenti mengalir sejak Reno bersama dengannya. Ada rasa perih dan sedih dihatinya ketika melihat Reno menangis hingga kini masih terisak kecil di dalam pelukannya. Anak itu tidak bisa bertemu dengan Mama dan Papa kandungnya lagi meskipun saat ini dia masih berpikir bahwa Randi adalah Papanya.

Terlalu sulit untuk memberi tahu anak yang bahkan belum berusia enam tahun itu tentang alasan dia tidak akan bisa bertemu dengan Mamanya lagi. Karena kata meninggal dunia jelas masih sulit untuk dicerna oleh anak seusianya.

Tari dan Radhit —Papa kandung Reno— memutuskan untuk mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan perjalanan mereka di dunia ini. Entah apa yang ada di dalam pikiran keduanya sehingga memilih untuk mengakhiri hidup bersama dengan meminum racun nyamuk sebelum menggantung diri. Pilihan buruk yang berakhir menyakiti keluarga mereka, terutama anak laki-laki yang masih berusia lima tahun.

Ada beberapa orang perwakilan keluarga Radhit yang datang melayat. Dengan mewakilkan Radhit mereka meminta maaf atas apa yang terjadi. Tidak banyak hal yang mereka ketahui selain bahwa istri Radhit ternyata sudah mengetahui perselingkuhan suaminya dengan Tari sejak beberapa bulan lalu.

Namun wanita itu mempertahankan pernikahan mengingat putrinya dan Radhit melangsungkan pernikahan beberapa minggu yang lalu. Wanita itu tidak ingin keluarganya dipandang buruk oleh besannya sehingga memilih diam sebelum mengambil tindakan beberapa hari belakangan. Hal yang mungkin mendorong Radhit dan Tari untuk mengakhiri hidup mereka.

Nela sebenarnya tidak ingin menyalahkan diri karena apa yang dilakukan Tari adalah pilihan wanita itu sendiri. Hanya saja dengan kejadian ini dia sedikit kepikiran dan merasa bersalah. Apa ini mungkin termasuk salahnya? Karena dia sudah memberikan pilihan sulit untuk Tari?

Padahal Nela tidak memiliki niat buruk dengan permintaan itu. Seperti yang Papanya katakan, Tari harus diberi sedikit pelajaran agar bisa berubah. Nyatanya cinta wanita itu memang sudah membutakannya sehingga melupakan anaknya sendiri dan memilih untuk mengakhiri hidup bersama kekasihnya.

Tangan Nela menepuk-nepuk punggung Reno dengan lembut. Seketika bayangan dirinya dulu —disaat Randi dan Soraya sibuk bekerja— tiba-tiba berputar dikepalanya. Betapa kesepiannya dia saat itu meskipun sudah berusia sepuluh tahun lebih.

Tapi bagaimana dengan anak ini? Jika dulu Nela masih bisa melihat kedua orang tuanya, tapi tidak dengan Reno. Bahkan anak pertama Tari, Mala sepertinya memiliki keengganan untuk merawat adiknya sendiri. Tiara pun terlalu muda untuk mengurusi Reno sendirian sementara dia juga masih kuliah.

Nela mengeratkan pelukannya kepada tubuh Reno ketika isakan anak itu sudah mulai berkurang. Anak laki-laki yang dulu pernah melihat Nela dengan wajah yang ketakutan itu kini memeluk tubuhnya dengan erat. Reno duduk dengan menumpu lututnya diatas paha Nela. Kedua tangan anak itu melingkari leher Nela. Sementara kepalanya dibenamkan di antara bahu dan leher Nela.

Gerakan tangan seseorang ketika mengusap air mata yang mengalir di wajahnya membuat Nela tersentak. Dia mengerjapkan mata agar bisa melihat dengan jelas ketika pandangannya mulai mengabur kembali. Dia tersenyum tipis ketika matanya dengan jelas menangkap keberadaan Kiki.

Kiki mendudukkan badannya ke atas karpet, tepat di hadapan Nela. Dia memandangi wajah yang dirindukannya itu dengan lekat. “Gimana bisa menenangkan orang lain sementara kamu butuh ditenangkan juga?”

Nela menatap Kiki dengan intens. Menahan diri untuk tidak menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan laki-laki itu. Betapa dia sangat merindukan laki-laki ini. “Aku gak bisa lagi untuk berpura-pura kuat sementara aku juga merasa sedih. Abang udah lama sampai?”