Epilog

18.8K 697 53
                                    

“Maaf, Om. Apa tidak bisa dalam tahun ini saja?” Wajah Kiki sudah berubah kecut. Ulang tahun Nela yang ke dua puluh tujuh? Itu jelas masih lama. Padahal dia menginginkan pernikahan dalam waktu cepat.

Mata Nela yang melebar memandangi wajah Papanya. “Papa serius?" bisik Nela. "Tapi itu kan masih lama, Pa? Padahal aku sudah membahas tentang resign dengan Om dan Mbak Yulia."

Randi terkekeh. Tangannya menepuk-nepuk bahu putrinya itu. “Papa bercanda, La. Ternyata kamu benar-benar serius mau menikah. Jika Nak Kiki dan Lala sudah merencanakan tanggalnya, Om akan menyetujuinya.”

Tujuh bulan setelah terapi kejut yang diberikan Randi, tepatnya hari ini Kiki dan Nela resmi menikah. Itu memang terlalu jauh dari rencana sebab keluarga besar Kiki mengalami musibah dan kemalangan. Kedua orang tua Vivian mengalami kecelakaan dan meninggal dunia sehingga mereka sepakat untuk menunda acara pernikahan.

Meskipun Vivian tidak masalah jika Kiki dan Nela tetap melangsungkan pernikahan sesuai dengan yang mereka rencanakan, tapi dari pihak keluarga Kiki dan Nela yang keberatan. Termasuk kedua calon pengantin. Rasanya tidak nyaman melangsungkan pernikahan di tengah suasana duka.

Pesta pernikahan mereka diadakan dua kali. Pertama di kota kelahiran Nela yang bertepatan dengan hari akad nikah. Dan satu minggu setelahnya di kota kelahiran Kiki. Dan malam ini, baru satu pesta yang berlangsung dengan baik dan tanpa hambatan.

Kiki memandangi langit malam dari jendela kamar hotel. Sengaja mereka menginap untuk menikmati malam pertama disini. Sebab jika di rumah Nela, Reno terlalu lengket dengan gadis itu dan mungkin akan meminta tidur bersama mereka.

Akhir-akhir ini Reno sedikit posesif jika menyangkut Nela. Ketika ada Kiki, anak itu akan menahan Nela untuk tetap didekatnya. Seakan-akan anak itu berpikir bahwa jika dia lengah maka Kiki akan merebut perhatian Nela darinya.

Selain itu ada beberapa anggota keluarga Nela yang menginap. Sehingga Randi dan Soraya mengungsikan kedua pasangan pengantin baru itu ke tempat yang lebih baik agar bisa menikmati waktu berdua tanpa ada gangguan.

Kiki mengalihkan perhatian ke arah pintu kamar mandi. Bunyi suara air terdengar meski samar-samar sekali. Istrinya itu terlalu malu ketika diajak untuk menghemat air dengan mandi berdua. Padahal nanti Kiki juga bisa melihat tubuh istrinya itu.

Tidak apa-apa, batin Kiki. Memang seperti itu lah gadis perawan bukan? Tandanya Nela memang tidak pernah mengumbar-ngumbar aurat sana sini sehingga membayangkan laki-laki melihatnya dengan pakaian dalam pun gadis itu belum sanggup.

Tangan Kiki menyentuh dadanya. Detak jantungnya kencang sekali sejak mereka berdua masuk ke dalam kamar. Bahkan ketika dia lebih dulu mandi, detaknya masih sama. Apalagi ketika dia mengingat bahwa keberadaan setan tidak ada artinya malam ini karena dia tengah bersama istri sahnya sekarang. Hal itu membuat Kiki tidak sabar untuk bermesraan.

Kiki tersenyum ketika pintu kamar mandi mulai terbuka. Gerakan yang sebenarnya cepat namun seakan berlangsung lama dalam tatapan Kiki. Tapi senyum itu menghilang dalam sekejap ketika melihat Nela keluar dengan memakai bathrobe.

“Kenapa gak pakai yang tadi?” Pertanyaan Kiki lebih terdengar seperti sebuah protes.

Vivian memberikan satu kotak yang ukurannya tidak terlalu besar kepada Kiki. Katanya sebagai kado pernikahan awal. Dengan bibir yang menyeringai, Vivian berkata,“minta Nela pakai setelah mandi, Bang. Aku jamin Abang akan suka.”

Dan ketika pasangan pengantin baru itu membukanya, wajah mereka langsung memerah. Gaun tidur tipis berwarna merah menyala yang mampu membuat Nela mengomel-ngomel sementara Kiki membayangkan sesuatu yang menyenangkan. Nela sempat menolak, namun Kiki terus membujuk istrinya sehingga dengan berat hati Nela membawanya ke kamar mandi.

Sayangnya apa yang Kiki lihat sekarang tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan.

“Aku mau pakai piama aja, Bang.”

Kiki berjalan mendekati istrinya yang kini mencengkram tali bathrobe dengan erat. “Kalau begitu gak usah pakai apapun, La. Lagi pula nanti dibuka juga.”

“Abang!” tahan Nela ketika suaminya semakin mengurangi jarak diantara mereka. Kedua tangan Nela menahan dada Kiki yang tidak tertutupi pakaian. “Aku telat.”

Kiki terkekeh. “Belum aku apa-apain kenapa udah telat aja?”

“Bukan itu, Bang. Harusnya aku udah selesai datang bulan sebelum kita menikah. Tapi sepertinya karena sedikit stres dengan semua persiapan, jadi telat dari jadwalnya,” jelas Nela.

“Lalu?” Kiki menatap istrinya bingung.

“Dan baru aja datang. Aku menstruasi, maaf.”

Kiki meringis. “Masalah besar ternyata. Sangat-sangat besar,” gumamnya. “Enggak apa-apa, La. Lagi pula kamu istriku sekarang. Kita bisa malam pertama setelah kamu menstruasi nanti. Tapi cium-cium sedikit boleh kan?”

Nela menahan Kiki lagi. “Tapi bukan cuma itu masalahnya.”

“Apa lagi?” tanya Kiki dengan nada tidak sabar. Kenapa ribet sekali padahal dia hanya ingin mencium istrinya?

Nela meringis. “Aku gak bawa pembalut. Tolong belikan ya, Bang?” Tangan Nela segera beralih untuk bergelayut di lengan suaminya. Dia menatap suaminya dengan senyum yang tersungging di bibirnya. “Sayang istri kan ya?”

Malam pertama Kiki yang seharusnya diisi dengan kegiatan penuh keringat ternyata harus dimulai dengan mencari pembalut. Ini gara-gara Raksa yang sebelum ini sudah merecokinya dengan gambaran kegiatan panas malam pertama sehingga kecewa dengan apa yang dia dapatkan malam ini. Dan juga, laki-laki dan pembalut sebenarnya bukan lah kombinasi yang cocok.

Tidak apa-apa! Demi istrinya kan?

😊😊😊

Tied in Love

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tied in Love

Araya Maharani menyadari rasa ketertarikan kepada sepupunya, Aditya Dewangga. Pemuda tampan yang sayangnya memiliki sikap yang buruk sehingga dipindahkan ke sekolah yang sama dengannya. Cintanya yang bersambut membuat Araya lepas kendali. Semua yang dilakukannya bersama Dewa seakan benar. Sehingga dia lupa dengan norma dan ajaran agama. Satu kesalahan yang mereka lakukan merubah jalan masa depan yang Araya impikan.

Sayangnya ketika dia membutuhkan Dewa, pemuda itu tidak ada disisinya. Pemuda itu menghancurkan hati dan kepercayaannya. Ketika itu Araya berpikir bahwa kebaikan Dewa kepadanya selama ini hanya semu semata. Dia sudah tertipu oleh rasa cintanya yang sepertinya tidak pernah berbalas. Karena itu lah Araya memilih pergi. Menanggung kesalahan mereka sendirian.

Tapi setelah keduanya bertemu kembali, apakah Araya masih bisa berpegang pada prasangkanya selama ini? Apakah dia bisa mengelak padahal dia sadar sudah terikat terlalu jauh kepada Dewa?

Perfect love Deal [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang