Hari-harinya seakan mulai tidak sama lagi. Apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya seakan tidak sama lagi seperti sebelumnya. Nela merasakan perubahan itu cukup jelas hingga mampu membuatnya tidak tenang. Dan itu cukup meresahkannya mengingat Nela tidak pernah membayangkan jika dirinya akan berada diposisi ini.
Hanya dengan kalimat pengandaian dari Vivian dua bulan yang lalu. Kemudian dipadukan dengan sikap Kiki yang terlihat seakan membenarkannya membuat Nela seperti dibeberkan fakta tentang perasaan Kiki kepadanya. Hal yang membuat perasaannya jadi tak karuan.
Nela merasa asing dengan respon tubuhnya sendiri jika itu berkaitan dengan Kiki. Otaknya seakan dipenuhi tentang laki-laki itu. Aliran listrik yang terasa ditubuhnya ketika tak sengaja bersentuhan. Jangan lupakan dengan perutnya yang seakan dipenuhi oleh kupu-kupu yang berterbangan.
Demi apapun, Nela yakin perasaan asing ini pasti hanya sesaat. Dia yakin bahwa dirinya belum jatuh cinta kepada Kiki. Dan tentunya dia ingin kembali menjadi dirinya yang dulu.
“Lo ada masalah? Apa calon dokter itu begitu berarti sehingga membuat lo terlihat seperti seorang gadis yang gagal move on?” Pertanyaan Nadia mengembalikan Nela ke dunia nyata setelah pemikirannya berkelana kesana kemari.
Nela menghela nafas lelah. Matanya yang tadi menunduk dan memperhatikan segelas minuman kesukaannya yang masih penuh beralih kepada wajah Nadia. Dia mendengus ketika lagi-lagi Nadia menyeringai dan terlihat menikmati raut wajahnya yang masam. Sama seperti saat terakhir kali mereka bertemu, sekitar tiga hari yang lalu.
Melihat wajah Nela seperti ini, tidak sulit bagi Nadia menebak jika sahabatnya ini sedang dilanda masalah. Hanya saja, sangat sulit untuk mengetahui masalah apa yang mendatangi gadis itu. Bahkan jika ditanya pun, Nadia belum tentu mendapatkan jawaban yang memuaskan.
“Mendapatkan laki-laki baru sangat mudah sehingga gue gak akan gagal move on hanya gara-gara putus dengannya, Nad,” ucap Nela tak terima. Laki-laki di dunia ini bukan hanya mantan pacarnya yang calon dokter itu sehingga mampu membuatnya menyedihkan setelah berpisah.
“Lalu kenapa? Sepertinya ini udah kesekian kalinya gue bertanya. Tapi lo masih gak mau memberi tau.”
“Ada hal yang mengganggu gue.”
“Iya gue tau itu. Kalau bukan karena lo terlihat memiliki masalah, gue gak akan bertanya. Tentang laki-laki, kerjaan atau memang masalah keluarga?” desak Nadia.
“Hmm… laki-laki?” jawabnya dengan nada yang seakan tidak yakin.
Nadia mencondongkan wajahnya, tertarik. “Apa ada laki-laki baru yang menarik perhatian lo? Laki-laki yang membuat jantung lo berdetak kencang? Sejak kapan? Apa dia mahasiswa lagi? Mahasiswa semester berapa?”
Nela berdecak. “Masalah gue memang terkait dengan laki-laki. Tapi bukan seperti yang lo bayangkan seperti sekarang,” ucap Nela kesal. Kemudian dia menyipitkan matanya. “Jadi, seperti itu pikiran lo saat gue terlihat sedang banyak pikiran? Bahwa masalah gue selalu berkaitan dengan brondong?”
Kepala Nadia mengangguk, membenarkan ucapan Nela. “Kalau bukan itu, memangnya apa lagi?”
“Sepertinya gue akan gila, Nad,” gumam Nela. Dia melipat tangannya diatas meja. Kepalanya bergerak turun dengan dagu yang menumpu diatas tangannya.
Nadia mengangguk-angguk. “Terakhir kali, mantan lo bilang kalau lo sakit. Dan gue baru tau, ada orang gila yang sadar kalau dirinya gila. Bukankah itu sedikit aneh?”
“Lo tau Nad?” tanya Nela dengan lirih.
“Apa?”
Rasanya Nela ingin menyiram wajah Nadia agar tidak menampilkan ekspresi yang mampu membuatnya makan hati seperti sekarang. “Gue baru sadar kalau lo ternyata sangat menyebalkan!”
![](https://img.wattpad.com/cover/241418983-288-k545934.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love Deal [Tamat]
RomanceNela rasa sejak Mama nya mengetahui sahabat gadis itu bahagia dengan suami dan anak kembar, membuat Mama ingin Nela segera menikah. Sehingga dengan terpaksa Nela menerima kesepakatan yang diajukan oleh Kiki untuk menghindari dirinya dari segala hal...