Bagian 20

6.7K 611 19
                                    

Tangan Kiki refleks memegang bagian kiri wajahnya yang terasa panas. Gigi dan rahangnya mulai terasa ngilu ketika dia menggerakkannya perlahan. Sudah mulai terasa darah di dalam mulutnya yang mungkin berasal dari gusinya. Sudut bibirnya bahkan terasa perih karena ada sedikit robekan disana.

“Sialan!”

Kiki mengumpat dengan wajah yang terlihat marah. Hilang sudah sikap ramah yang ditunjukkannya tadi.  Dia tidak tahu apa kesalahan yang di lakukan nya sehingga dia harus menerima perlakuan seperti ini. Pukulan dari kepalan tangan Hendra yang besar benar-benar terasa menyakitkan.

Dia mendorong tubuh Hendra hingga laki-laki itu hanya mundur beberapa langkah. Walau dari postur tubuh dia jelas kalah, tapi tidak membuatnya gentar. Dia membalas tatapan tajam Hendra dengan sama persis.

“Apa maksud lo tiba-tiba memukul gue seperti ini?” teriak Kiki kesal.

Bagaimana dia tidak kesal jika wajah tampannya bisa saja membengkak atau lebih parahnya membiru. Jika saja Nela menghubunginya, maka menemui gadis itu di akhir pekan ini dengan wajah yang terluka jelas tidak terlihat keren sama sekali.

Kiki adalah pribadi yang tidak menyukai hal yang seperti ini. Menyelesaikan masalah dengan membuat masalah. Dia tidak suka berkelahi jika bukan karena sesuatu yang tidak jelas penyebabnya.

Jika saja dia tidak menahan diri, mungkin dia tidak akan mendorong Hendra. Melainkan membalas pukulan laki-laki itu hingga berakhir membuat keributan. Tapi Kiki jelas tidak akan melakukan itu. Banyak pasang mata pegawainya yang mungkin akan melihat jika dia dan Hendra benar-benar berkelahi secara jantan.

Hendra mencengkram kerah kemeja Kiki dengan kuat. Hal yang mampu membuat tubuh Kiki tertarik ke arahnya. “Dimana lo sembunyikan istri gue, hah?”

“Lo bego atau tolol?” Kiki menyentak kedua tangan Hendra sehingga terlepas dari pakaiannya. Dua kancing pakaiannya yang bagian atas bahkan terlepas dan berjatuhan di lantai. Menimbulkan dua kali dentingan pelan. “Pikir dong, Bang! Untuk apa gue sembunyikan istri lo? Datang-datang langsung menuduh orang sembarangan.”

“Brengsek! Gue tau dia sering kesini untuk bertemu lo. Lo kalian ada main di belakang gue kan?”

Tangan Hendra sekali lagi terangkat menuju wajah Kiki. Tapi tangan itu tidak mengenai wajahnya karena Kiki bisa menahannya. Dengan tangan kirinya yang menganggur, Kiki melayangkan pukulan ke perut Hendra.

Pukulan tangan kiri Kiki tidak terlalu kuat memang, tapi cukup bisa membuat Hendra mendesis kesakitan. Kiki masih berbaik hati untuk tidak memukul wajah Hendra. Bisa-bisa wajah laki-laki itu terlihat semakin menyeramkan karena ulahnya.

“Gue dan bini lo gak ada hubungan apa-apa. Dia yang nemuin gue kesini kenapa gue yang bersalah? Harusnya lo larang dia waktu minta ijin untuk kesini. Sialan! Gue bukan laki-laki yang suka pacari istri orang.”

Hendra berkacak pinggang. “Kalau gue tau dia kesini untuk menemui lo, gue tidak akan memberi ijin. Lo pikir gue membiarkan istri gue bertemu selingkuhannya?”

Selingkuhan? Ya ampun, gelar yang buruk untuk laki-laki tampan seperti dirinya. Kiki jelas tidak bisa menerima jika dia di sebut dengan panggilan itu.

“Gue bukan selingkuhan istri lo, sialan! Gue tau lo sedang marah tapi gak begini caranya, Bang. Apa susahnya lo bicara baik-baik?”

Walau kesal dan marah, Kiki mencoba untuk melunakkan suaranya. Karena jika ada perseteruan di antara dua orang, jika keduanya sama-sama keras dan tidak ada yang mengalah, jelas masalah tidak akan pernah bisa di selesaikan. Dan untungnya Kiki memiliki stok kesabaran yang jumlahnya lumayan banyak.

Perfect love Deal [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang