Bagian 3

8.6K 781 16
                                    

Dengan bibir yang tersenyum geli, Kiki memperhatikan gadis yang kini tengah mengerucutkan bibir itu. Masih sama seperti sebelumnya, Nela ternyata menolak lagi kedatangan dan ajakan darinya. Tapi ada juga yang tidak pernah berubah. Nela tidak akan menolak jika Mama nya yang sudah memberi perintah.

Tadi Nela memasuki ruang tamu rumahnya dengan wajah masam dan juga kesal. Mengabaikan tatapan tak enak Soraya kepada Kiki atas prilaku anaknya.

Mata Nela menatapnya tajam, yang hanya dibalas Kiki dengan wajah tanpa dosa andalannya. Kiki rasa, apapun yang dilakukannya sekarang bukanlah hal yang salah. Mengingat semua anggota keluarga mereka mengetahui bahwa Kiki dan Nela adalah pasangan kekasih.

Semarah apapun Nela saat ini, mungkin hingga beberapa jam kedepan, Kiki tidak peduli. Setidaknya apa yang diinginkannya hingga jauh-jauh datang kesini bisa tercapai. Walaupun ini masih jauh dari apa yang diharapkannya.

Setelah makan siang dan melaksanakan sholat zuhur, Kiki dan Nela kini sedang berpamitan dengan Soraya. Hal yang mampu membuat Nela kesal adalah semangat yang diperlihatkan oleh Mama nya. Soraya dengan senang hati membiarkan Kiki membawanya keluar kota untuk dua hari satu malam. Walau Nela sudah menolak pergi ketika hanya berdua dengan Mama nya di kamar tadi.

Soraya sendiri yang memilihkan gaun untuk dikenakan Nela ke acara resepsi nanti malam. Soraya juga yang menyiapkan pakaian santai Nela untuk dua hari ini, termasuk pakaian dalam. Sementara Nela hanya menelungkup diatas tempat tidur dengan tatapan yang mengikuti setiap pergerakan Soraya.

Harusnya Nela tidak pulang saja tadi ketika Soraya memintanya pulang. Setidaknya dia tadi bertanya dulu alasan kenapa dia diminta pulang. Jika tahu bahwa Kiki yang datang, Nela mungkin akan dengan mudah memberikan seribu alasan. Dia bahkan sama sekali tidak berpikir bahwa Kiki akan nekat menjemput tanpa persetujuan darinya.

Salahnya juga yang tidak memberi tanggapan atas pesan yang dikirimkan Kiki. Jadi seakan dia memberi harapan kepada laki-laki itu untuk menemaninya ke resepsi pernikahan.

“Harusnya kamu senang dong, Mama kasih ijin pergi keluar kota dengan pacarmu. Tapi ingat jangan macam-macam. Mama percaya Nak Kiki tapi tidak percaya kamu. Nak Kiki jangan diapa-apain.”

Kiki sudah berdiri didekat mobilnya yang hanya berjarak beberapa langkah dari Soraya dan Nela. Matanya menatap Soraya sekilas sebelum beralih kepada Nela yang kini tengah melototi Soraya. Bibir Nela bergerak seakan menggumamkan kata-kata acak tanpa terdengar suara sama sekali.

“Mama gak takut kalau ternyata aku yang diapa-apain sama laki-laki ini?” tanya Nela kepada Soraya walaupun matanya kini sudah tertuju kepada Kiki. Nela kesal karena Kiki kini seakan mengejek dirinya dengan sudut bibir yang terangkat itu.

“Panggil yang sopan, Nela,” tegur Soraya sambil menjentikkan jarinya bibir bawah Nela tanpa pandang ampun. “Kalau itu bisa membuat kalian menikah lebih awal sepertinya Mama akan mencoba ikhlas walau tidak terlalu rela.”

Nela beristighfar dan mengurut dadanya pasrah. Walaupun bercanda, tetap saja apa yang dikatakan Mama nya itu adalah hal terlarang. Mama seakan memberi lampu hijau kepada Kiki. Dan sekarang Nela semakin ragu untuk ikut dengan bujang lapuk yang kini sedang mengambil alih tas jinjing dari tangannya.

Sementara itu Kiki pun mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Soraya. Kalau sudah dikasih lampu hijau begitu, takutnya Kiki tergoda untuk mempraktekkannya. Bisa-bisa, dia malah malah menjalankan mobilnya ke salah satu hotel, mungkin hotel milik Raksa dan—

Untuk menghindari pikiran nakalnya yang kini seakan menguji kekuatan iman nya, Kiki segera mengambil alih tas jinjing Nela dan memasukkannya ke dalam mobil di kursi penumpang dengan gugup. Setelahnya dia kembali menatap Nela dan Soraya yang sepertinya masih belum selesai berbincang.

Perfect love Deal [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang