Bagian 16

5.4K 617 21
                                    

Bapak dua anak sekaligus suami Vivian yang beberapa bulan lalu sudah berhasil menghamili istrinya untuk yang kedua kali itu mengajak, tidak, lebih tepatnya memaksa Kiki untuk pulang lebih awal. Alasannya adalah Raksa sudah merindukan istri dan anak-anaknya. Karena dia kini berstatus menumpang, bagaimana pun Kiki terpaksa mengiyakan.

Padahal Kiki tadinya ingin menemui Nela dulu sebelum dia pulang. Seharian kemarin dia tidak bertemu dengan Nela karena gadis itu tidak ingin ditemui. Entah kenapa alasannya. Mungkin karena dia membutuhkan waktu sendiri.

Tapi ketika tahu Nela lah yang mendatanginya saat pagi menjelang siang seperti ini, Kiki seperti ketiban durian runtuh. Dengan wajah yang berseri-seri dan bibir yang mengeluarkan bunyi siulan kecil, dia melangkahkan kakinya mendekati Nela yang sudah menunggunya di lobi hotel.

Kiki segera mendudukkan badan nya di sebelah Nela. Membuat gadis itu segera mengangkat kepala ketika menyadari keberadaannya.

“Aku pikir gak bisa bertemu kamu dulu sebelum pulang. Untung lah kamu kesini sebelum calon suami kamu ini dipaksa pulang oleh bapak dua anak yang rindu keluarganya.”

Nela mengernyitkan kening. “Memangnya gak jadi berangkat sore?”

“Raksa mengajak untuk pulang lebih awal. Aku kan nebeng dia, jadi terpaksa ikut saja.” Kiki menunduk untuk melihat jam di tangannya. Masih perlu beberapa menit lagi untuk tepat jam setengah sebelas. “Aku rasa kita bisa makan siang bersama dulu. Raksa pasti bisa nunggu.”

Nela menggelengkan kepala tidak setuju. Lagi pula dia cuma butuh waktu sebentar untuk bicara dengan Kiki. “Masih terlalu awal untuk makan siang, Bang.” Dia memperbaiki posisi duduknya agar bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki di sampingnya. “Ada yang ingin aku bicarakan dengan Abang. Gak lama.”

Kiki menghela nafas kecewa. “Begini lah kalau cinta di halang jarak. Serba susah. Tapi sepertinya aku bisa pulang dengan bus. Aku akan minta Raksa untuk pulang duluan agar aku bisa lebih lama lagi bersama kamu. Tunggu bentar!”

Nela menghentikan Kiki ketika laki-laki itu sudah mengeluarkan ponselnya. “Lebih baik Abang pulang dengan Bang Raksa daripada naik bus. Aku yakin Bang Raksa bisa nunggu sebentar saja. Lagi pula aku gak akan lama. Aku benar-benar gak bisa lama.”

“Kamu gak akan lama dan Raksa memang akan menunggu sebentar. Tapi aku nya yang gak mau cuma bertemu sebentar. Kemaren seharian kamu juga gak mau ditemui," protes Kiki. "Butuh lima hari baru kita bisa bertemu lagi. Nanti kalau kangen gimana, La?”

Nela berdecak. Walau nyatanya dia tidak bisa menahan wajahnya untuk tidak memerah. Laki-laki ini bisa saja membalas perkataannya dengan kalimat gombalan yang anehnya tidak membuat Nela muak. “Jangan terlalu banyak menggombal.”

Kiki tersenyum-senyum. Tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Menggombali calon istri gak apa-apa. Siapa tau bisa membuat kamu semakin susah lepas dariku, La.”

“Aku serius, Bang,” protes Nela. Kalau seperti ini terus, bisa-bisa dia berubah pikiran dengan apa yang ingin dibicarakannya bersama Kiki.

“Aku juga serius ingin menikahi kamu.”

“Aku pulang nih?” Nela kini mengancam.

“Kamu kalau ngambek tetap cantik ya, La? Eits, jangan pulang dulu dong,” cegah Kiki ketika Nela sudah berdiri. Gadis itu benr-benar serius ternyata. Dia menarik tangan Nela sehingga gadis itu kembali duduk. “Oke, sekarang aku akan serius. Kamu mau membicarakan tentang apa?”

Nela melirik sekitar. “Gimana kalau kita pindah tempat dulu?”

Lobi hotel memang tidak sesuai untuk tempat mereka bicara. Selain karena tatapan pegawai hotel yang jelas sudah mengenal Kiki, tamu hotel yang berlalu lalang jelas saja mengganggu. Kiki mau saja membawa Nela ke dalam kamar agar bisa bicara berdua dengan leluasa. Hanya saja nanti akan ada setan yang ikut serta dengan mereka. Sebaiknya tidak dulu untuk sekarang.

Perfect love Deal [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang