Bagian 12

5.7K 668 25
                                    

“Jadi Fajri butuh dua sampai tiga hari perawatan di rumah sakit dulu, Mbak.”

Nela berbicara dengan suara pelan. Takut jika tiba-tiba teman kantornya keluar ruangan tanpa peringatan dan mendengar gaya bicaranya. Karena kalau di kantor, dia akan memanggil atasannya itu dengan panggilan ‘Ibu’. Tapi jika di luar, dia akan memanggil seperti panggilannya sehari-hari karena Yulia adalah kakak sepupunya. Anak dari kakak tertua Mamanya.

Setelah wisuda Nela bekerja di perusahaan milik keluarga Soraya. Karena dia memulai karir nya dari bawah, Nela merahasiakan identitasnya sebagai salah satu anggota keluarga pemilik perusahaan. Dia ingin bekerja dengan nyaman tanpa gangguan karena jati dirinya. Lebih kurang sudah tiga tahun lamanya Nela bekerja. Dia mampu merahasiakan jati dirinya dengan baik.

Nela berdiri di depan kamar rawat inap teman kantornya, Fajri. Laki-laki itu mengalami kecelakaan ketika sedang di perjalanan kembali ke kantor setelah meeting dengan klien diluar. Nela dan dua teman kantornya yang lain sengaja datang untuk melihat keadaan laki-laki itu saat jam makan siang. Sekalian mengambil berkas penting yang ada pada Fajri.

Luka kecelakaan yang cukup serius ternyata. Tapi apa dia sudah sadar sekarang?

“Fajri udah sadar. Dia butuh waktu untuk menyembuhkan kakinya yang luka dan terkilir karena tertimpa motor. Dokter bilang, Fajri akan baik-baik aja. Berkas yang ada di Fajri tadi juga udah di tangan kami.”

Syukurlah. Kalian jangan sampai telat kembali ke kantor.

“Iya, Mbak.”

Nela memasukkan ponselnya ke saku blazer yang dikenakannya. Tanpa bisa dicegah matanya melirik ke sekitar lorong. Seketika perhatiannya tertuju kepada dua orang yang tentunya terlihat sangat familiar. Sepasang suami istri itu terlihat didepan kamar rawat VIP. Nela menyipitkan matanya, mencoba meyakinkan bahwa matanya memang tidak salah lihat. Dua orang itu adalah sepasang suami istri yang dikenalinya.

Sang suami merangkul istrinya yang mengenakan pakaian pasien dengan tangan yang bersiap untuk membuka pintu. Sementara sang istri memegang tiang infus dan berjalan dengan perlahan.

Nela merasakan suhu disekelilingnya tiba-tiba berubah menjadi dingin. Dadanya terasa sesak ketika melihat Soraya berada dirumah sakit dengan kondisi seperti itu. Dan bukan dia yang menemaninya, tapi pria yang jelas sudah memberi rasa sakit untuk mereka.

Kenapa Mama berbohong? Untuk pertanyaan yang satu ini, Nela tidak habis pikir dengan kemungkinan akan jawabannya. Soraya disini, dikota yang sama dengannya. Bahkan untuk sekedar menjawab panggilannya saja tidak Soraya lakukan.

Menutupi kesakitan yang dialaminya dari Nela atau Soraya memang tidak pernah ke luar kota? Nela tidak bisa menduga-duga karena dia butuh jawabannya.

Dengan penuh kesadaran, Nela melangkahkan kakinya ketika pasangan itu sudah tidak terlihat. Dia mendorong pintu yang sedikit terbuka dengan perlahan. Matanya menangkap punggung Randi yang membelakangi pintu. Pria itu sedang membantu Soraya berbaring di tempat tidur.

Nela mengambil ponselnya kembali dan menghubungi nomor Mamanya. Sayangnya Nela harus bisa menahan rasa perih dihatinya ketika panggilan pertamanya sengaja tidak diangkat. Dering ponsel terdengar dengan jelas dari kamar itu.

Sekarang dia tahu, Soraya bukan sibuk tapi menghindari dirinya. Tapi, apa alasannya?

Ketika akan mencoba menghubungi untuk kedua kalinya, Nela menghentikan gerakan jempol tangannya saat suara Randi terdengar. “Jangan mengabaikan panggilan dari Lala lagi. Hubungi dia. Lala perlu tahu kamu ada disini.”

Suara Randi terdengar serak dan juga tegas. Nela merasakan darahnya berdesir mendengarnya. Panggilan untuknya tetap tidak akan pernah berubah. Lala. Hanya Randi yang memanggilnya dengan panggilan itu.

Perfect love Deal [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang