Annoyed then Pleased?

1.8K 214 18
                                    

Aroma khas buku langsung masuk kedalam indera penciuman Haechan begitu ia membuka pintu kaca yang merupakan akses masuknya kedalam toko buku. Dulu Haechan sering sekali berkunjung ke tempat ini hanya untuk membaca komik yang tiap edisinya terbit setiap minggu karena selain gratis, Haechan jadi tidak perlu menghabiskan waktu seharian penuh di rumah besar yang hanya diisikan oleh para maids dan beberapa supir serta penjaga rumahnya.

Kaki panjang pria manis itu melangkah ke rak yang dituju, kemudian mengambil asal salah satu buku dan membawanya ke spot baca favorit yang berada di pojok ruangan persis didekat jendela. Hari ini cuaca sangat cerah, tidak terlalu panas tapi tidak mendung juga. Angin sepoi yang masuk melalui celah ventilasi udara semakin menambah kenyamanan untuknya berlama disini. Lembaran buku terus berganti sampai tidak terasa jemarinya sudah menyentuh part terakhir dari buku yang ia pegang.

Haechan kemudian menutup buku itu dan hendak kembali ke rak penyimpanan sebelum
sebuah jemari menahan tangannya yang berayun. Kepalanya menoleh dan sedikit terkejut begitu yang ia lihat adalah Mark Lee dengan kacamata bulat khas miliknya.

"Ugh, Mark hyung?"

Mark tersenyum tipis, sudah lama sekali tidak mendengar namanya dipanggil oleh pria manis itu,"Tumben sekali kesini. Apakah kau merasa kesepian lagi?"

Haechan merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang diberikan Mark. Pria itu masih sama, dan Haechan benci mengakui kalau apa yang ditanyakan olehnya memiliki jawaban iya.

"Santai saja, aku hanya bercanda", Mark merapikan anak rambut Haechan yang sedikit berantakan,"Kenapa sendiri? Jaehyun hyung kemana?"

Haechan menghela nafas,"Jae hyung sedang kuliah, kenapa bertanya?"

"Tidak apa-apa", Mark mengulum senyum sebelum melanjutkan perkataannya,"Ingin ke cafe? Aku dengar ada menu baru disana"

Haechan menghela nafas, nampak mempertimbangkan ajakan Mark sebelum akhirnya setuju, hitung-hitung membunuh waktu sendirinya. Toh Jaehyun sedang kuliah, dan rumahnya sepi karena Johnny belum pulang bekerja.

***

"Woah", Haechan berkali-kali menyerukan suaranya ketika potongan kue coklat itu masuk ke dalam mulut. Ini adalah kue yang sesuai seleranya, dan fakta bahwa kue ini adalah menu baru di Cafe tempat biasa ia berkunjung membuat Haechan merasa lebih bahagia.

Pria manis itu terlalu sibuk dengan kue coklat dihadapannya sampai tidak sadar kalau mata elang Mark menatapnya tanpa kedip. Bahkan mungkin Haechan tidak sadar kalau pria itu merindukannya lebih dari apapun.

Ck, telat sekali.

"Sejak kapan Mark hyung tahu kalau kue ini ada di Cafe?", Haechan mengalihkan atensinya pada Mark yang sedang bertopang dagu di kursinya.

"Satu bulan yang lalu? Entah, yang jelas ketika aku berkunjung kesini dan melihat ada kue ini di daftar menu"

Haechan mengangguk paham,"Ternyata kau masih sering kesini ya"

"Hanya ketika aku merindukannu"

Haechan terbatuk mendengar jawaban Mark. Apaan sih, mengapa dia tiba-tiba bicara seperti itu? Bahkan terlihat tanpa rasa bersalah sedikitpun, seolah berakhirnya hubungan mereka itu bukan atas keinginan Mark.

"Aku merindukanmu, Haechan", Mark mengulang perkataannya. Ia sedikit yakin dengan perasaan Haechan yang masih ada untuknya.

"Kau bicara apa sih", sahut Haechan setelah berhasil meredakan rasa terkejutnya,"Kau sudah berpacaran dengan Renjun. Apa masih belum cukup?"

"Bu-bukan begitu. Hanya saja aku merasa kalau perasaanku padamu lebih besar daripada untuknya. Aku menyesal Haechan"

"Ya, kau harus menyesal atas apa yang kau lakukan padaku", Haechan tersenyum sangat manis sekali,"Tapi sebaiknya simpan penyesalan itu cukup untukmu, dan berikan lebih banyak cinta pada Renjun karena sekarang kita tidak memiliki hubungan apapun lagi"

The sun and his happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang