Haechan meremat jaketnya begitu iris matanya menangkap sosok yang selama ini mati-matian ia hindari. Entah ya, rasanya sangat sakit melihat dia baik-baik saja bersama pasangannya yang baru sementara Haechan masih terbelenggu dengan perasaannya.
Haechan menghela nafas, ia harus terlihat baik-baik saja agar Jaemin tidak merasa bersalah terhadapnya. Karena biar bagaimanapun Jaemin tidak salah, cowok manis itu hanya memanggil Haechan dan Jaehyun yang kebetulan berada satu lokasi dengan tempat ia dan Jeno melakukan double date bersama Mark dan pasangannya.
"Kau baik-baik saja?", Jaehyun memandang Haechan khawatir. Tapi sedetik kemudian senyum tipisnya terbit begitu melihat Haechan mengangguk perlahan.
"Haechanie, maafkan aku", ujar Jaemin begitu sudah berdiri dihadapan sahabatnya.
Sudah kepalang basah, dan Jaemin merutuki dirinya yang bodoh ini selama ia melangkahkan kaki untuk menghampiri tempat dimana Haechan dan Jaehyun berdiri. Sedangkan tidak jauh dari sana ada 3 orang lainnya yang sejak tadi bersama dengan Jaemin.
Haechan melepaskan rematannya pada jaket dan mengambil tangan Jaemin. Mau sebodoh apapun sahabatnya, Jaemin tetaplah orang yang selalu bersamanya ketika ia senang ataupun sedih. Dan Haechan tidak mungkin marah untuk hal seperti ini.
"Kenapa meminta maaf? Apa kau mencuri uangku?", ujarnya sembari memukul pelan kepala Jaemin.
Jaemin cemberut dan mengusap kepalanya,"Pantas saja aku bodoh. Setiap hari kau memukul kepalaku terus"
"Kau memang sudah bodoh dari sananya", sahut Haechan enteng yang mengundang tawa renyah dari Jaehyun.
Jaemin tersenyum tipis,"Aku serius, seharusnya aku tidak memanggilmu"
"Oh kau mau melupakan aku?", Haechan berdecak dan melipat tangannya di dada,"Kau tidak salah. Justru aku akan marah kalau kau melihatku tapi tidak menyapa"
"Sudahlah tidak perlu meminta maaf. Kau sendiri yang memintaku untuk move on"
Haechan menghela nafas, iris matanya tidak sengaja menangkap sosok Mark Lee yang sejak tadi terus menatapnya tanpa kedip. Bahkan cowok itu sama sekali tidak merubah gestur tubuhnya sejak pertama kali Haechan bersitatap dengannya.
Butuh waktu sekian detik untuk Jaemin mencerna kalimat Haechan dan kemudian mengangguk dengan semangat,"Ya betul. Kau harus move on. Aku sangat merestuimu dengan Jaehyun hyung asal kau tahu"
Sekali lagi tangan gempal Haechan melayang dengan bebas diatas kepala Jaemin,"YA! Omong kosongmu ini sekali-kali bisa dihilangkan tidak? Lagipula Jaehyun hyung tidak akan mau juga denganku", sungut Haechan karena sebal dengan ucapan Jaemin,"Sudahlah. Nikmati double date kalian. Aku ingin kembali mencari jajanan bersama Jaehyun hyung"
Jaemin tersenyum lebar. Matanya langsung melirik Jaehyun yang sedaritadi diam saja mendengarkan percakapan mereka. Dan sebelum Jaehyun ikut membalikkan tubuhnya, Jaemin terlebih dulu memberikan gestur 'semangat' agar kakaknya bisa percaya diri mendekati beruang hidupnya.
"Jangan pulang terlalu malam", pesan Jaehyun kepada adiknya sebelum menyusul Haechan yang sudah lebih dulu berjalan meninggalkan mereka berdua.
**
"Haechanie, kau mau coba?"
Haechan mengikuti arah pandang Jaehyun ke salah satu stand makanan yang berada di tengah-tengah stand yang lain. Kedua alis matanya tertaut karena bingung, namun kemudian bibirnya membulat begitu tahu jenis makanan apa yang dimaksud.
"Takoyaki. Kau mau coba?"
Haechan tersenyum simpul, ia pasrah begitu tangannya ditarik lembut oleh Jaehyun menuju stand makanan yang dimaksud. Untungnya lumayan sepi, jadi mereka tidak perlu mengantri untuk memesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The sun and his happiness
FanfictionJaehyun yang sudah lama menyukai Haechan akhirnya memiliki kesempatan untuk mendekatinya. Tetapi tentu tidak mudah, dia bukan orang yang percaya diri dan saat ini sinar yang dimiliki Haechan sedang redup karena tertutupi oleh kesedihan dan kesepian...