Kedua alis beruang madu itu berkerut tak suka saat melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Apa-apaan, apakah Mark Lee sengaja membuatnya cemburu? Atau memang pria itu benar-benar tidak tahu dengan eksistensi Haechan di kantin.
Haechan segera mencoret kemungkinan nomor dua karena faktanya, ini adalah kantin untuk fakultas bisnis. Dan kehadiran Mark yang notabenenya anak hukum sangat tidak masuk akal, bahkan kekasih barunya pun anak design.
Untung saja lukanya sudah membaik seiring berjalannya waktu, jadi ia berusaha untuk tak mau ambil pusing walau tidak bisa dipungkiri masih ada bekas di hatinya yang terluka kembali. Tapi tak apa, setidaknya tidak sepayah kemarin-kemarin.
"Mari kita kembali saja ke kelas"
Jaemin sudah mengambil ancang-ancang untuk membawa sahabatnya kembali ke kelas dan meninggalkan Jeno beserta dua orang itu disana. Menurutnya, sekeras apapun Haechan berusaha untuk terlihat baik, ia tetap saja terluka.
"Kau lapar", Haechan menahan gerakan lengan Jaemin yang sedikit menariknya,"Tak apa. Makanlah bersama Jeno dan mereka"
Aneh. Jaemin heran sekali karena laki-laki manis yang sedang asik mengunyah pangsitnya justru memintanya untuk bergabung dengan dua orang yang sudah jelas membuat luka dihatinya?
Haechan menghela nafas,"Kau bilang aku harus move on. Aku tidak ingin melakukan itu dengan cara menghindari mereka, jadi aku tak apa"
"Aku benar-benar tak apa, Na", Haechan sekali lagi meyakinkan Jaemin yang tetap bergeming,"Kau bergabunglah dengan Jeno dan mereka. Aku akan menghabiskan makananku disini saja"
Dengan berat akhirnya pemuda Na itu menurut. Sebenarnya ia malas, benar-benar masih sangat marah dengan Mark Lee, tapi apa boleh buat karena Jeno merupakan sahabat dekat cowok itu dan semalam ia baru saja mendapat petuah dari Haechan agar jangan terlalu sering mengabaikan cowok dengan pemilik senyum paling indah dan eyes smilenya.
Haechan sendiri tak ambil pusing, ia tetap menikmati makan siangnya dengan tenang sambil sesekali melihat ponselnya—di keadaan seperti ini dia sangat berharap kalau Jaehyun akan mengirim pesan atau kalau bisa mungkin menelfon sekalian. Tapi ya dia harus memaklumi kesibukan cowok itu, apalagi selain bekerja, Jaehyun juga sibuk mempersiapkan berkas untuk pendidikan spesialisnya.
Tak apa, Haechan tidak masalah karena setiap hari Jaehyun akan selalu menyempatkan waktu setidaknya satu jam untuk mereka saling bertukar cerita lewat telfon sebelum kedua matanya terpejam untuk menutup hari yang melelahkan.
**
Haechan bosan. rumah besar ini terasa sangat sepi karena hanya ada dia seorang. Johnny masih ada rapat investor katanya, dan para maids sudah beristirahat karena pekerjaan mereka sudah selesai.
Haechan jadi bingung mau ngapain sampai tiba-tiba saja terbersit sebuah ide konyol yang entah bagaimana datangnya, Haechan tidak tahu. Tapi ia sangat suka ide itu.
Ya, mengunjungi Jaehyun. Jika Jaehyun sering mengunjunginya ke kampus, maka Haechan juga bisa mengunjungi rumah sakit dimana cowok itu bekerja. Ditambah sebentar lagi jam kerja Jaehyun akan selesai—sebelumnya Jaehyun bilang ia akan selesai bekerja pukul 4 sore.
"Paman, aku ingin ke rumah sakit"
Laki-laki yang dipanggil paman itu langsung menolehkan kepalanya terkejut, wajahnya yang semula masih tertawa langsung berubah menjadi khawatir,"Tuan muda sakit apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The sun and his happiness
FanfictionJaehyun yang sudah lama menyukai Haechan akhirnya memiliki kesempatan untuk mendekatinya. Tetapi tentu tidak mudah, dia bukan orang yang percaya diri dan saat ini sinar yang dimiliki Haechan sedang redup karena tertutupi oleh kesedihan dan kesepian...