How does it feel?

2.4K 270 2
                                    

Jaehyun menghela nafas karena merasa diperhatikan sejak tadi. Pulpen yang ia genggam diletakkan begitu saja dan membalikkan tubuhnya menghadap kasur, dimana terdapat seseorang yang sejak tadi duduk manis sambil memperhatikannya sambil mengunyah cookies.

"Berhenti menatapku seperti itu, nana"

Jaemin nyengir. Akhirnya sang kakak menyerah belajar dan mulai memperhatikan dirinya.

"Hyung, Haechan dan Mark hyung putus", katanya.

"Sudah tahu"

"Dekatilah", Jaemin menaik turunkan kedua alisnya sambil memasang raut wajah super menggoda,"Aku tau Jaehyun hyung sangat menyukai Haechan"

"Kau ini bicara apa?"

"Dekatilah", Jaemin mengulang kalimatnya,"Aku tahu hyung sangat menyukai Haechan"

"Sok tahu"

Jaemin tertawa terbahak melihat sang kakak. Bagaimana ya, kakaknya ini sangat tidak bisa bohong, jadi lihatlah sekarang. Di bibir memang mengucap penolakan, tapi telinga merahnya berkata dengan jujur kalau well, Jaehyun benar-benar menyukai Haechan

Jaemin mengusap sudut matanya yang sedikit berair karena tertawa,"Coba katakan itu sekali lagi tanpa memperlihatkan telingamu yang memerah"

Kalau saja bukan adik, mungkin Jaehyun akan menenggelamkan Jaemin kedalam bath up atau menggulingkan tubuh anak itu dari atas jendela kamarnya. Tapi yang terjadi justru Jaemin adalah adik yang sialnya sangat ia sayangi lebih dari apapun, jadi tidak mungkin dia akan melakukannya.

"Hyung, tapi aku serius. Coba dekati Haechan", Jaemin memeluk bantal dan menggulingkan tubuhnya diatas kasur,"Siapa tahu kau bisa jadi pengganti si brengsek itu"

"Language", peringat Jaehyun yang hanya dibalas cengiran konyol dari Jaemin.

Jaehyun menghela nafas,"Akan aneh rasanya kalau aku mendekati Haechan"

"Tidak juga. Yang aneh justru kalau kau mendekati aku"

Satu sentilan mendarat tepat diatas dahi mulus Jaemin. Sang pemilik dahi reflek mengaduh sambil mengusap dahinya dengan tangan yang bebas tidak menggenggam apapun.

"Hyung cobalah", Jaemin mengganti posisinya menjadi duduk menatap sang kakak yang sekarang sudah berada dihadapannya,"Buat si gembul itu jadi periang seperti dulu"

Jaehyun tampak menimang perkataan Jaemin. Sejujurnya ia sangat merasa tidak percaya diri. Ditambah perbedaan umurnya dengan Haechan yang lumayan kontras membuat Jaehyun jadi mengurungkan niatnya untuk mendekati Haechan sebagai laki-laki sejati, bukan sebagai teman kakaknya.

Dan Jaehyun juga takut kalau ia bukan kriteria yang diinginkan Haechan.

"Aku tidak percaya seorang Jaehyun bisa insecure", sekali lagi Jaemin mencibir kakaknya.

"Aku tidak", elak Jaehyun.

"Oh ya?", Jaemin mengangkat sebelah alisnya,"Kalau begitu buktikanlah"

"Kau itu tampan, pintar dan pekerja keras. Gunakan kelebihan hyung untuk mendekati Haechan"

Jaehyun tetap diam karena ia tidak tahu harus bereaksi apa.

"Ah sudahlah, aku malas berbicara dengan hyung"

Setelah meletakkan toples cookies milik Jaehyun yang tinggal setengah diatas meja, Jaemin melangkahkan kakinya keluar karena kesal dengan respon sang kakak ditambah ponselnya yang masih terus saja bergetar karena kekasih bodohnya sejak tadi sibuk menelfon atau mengirimkan pesan permintaan maafnya atas apa yang telah ia lakukan tadi siang.

The sun and his happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang