Oh to be loved

1.9K 236 8
                                    

Pukul 10 malam seharusnya Haechan sudah ikut menyusul Jaemin ke alam mimpi. Tapi yang ia lakukan sekarang justru malah kebalikannya. Dengan balutan piyama yang panjang, Haechan berdiri didepan balkon kamar Jaemin. Haechan sangat suka melihat langit, apalagi malam ini banyak sekali bintang yang nampak diatas sana.

Dulu ketika ia baru saja ditinggal ayah kandungnya, sang ibu selalu mengatakan kalau ayah Haechan sudah berubah menjadi bintang dan setiap malam akan selalu menemuinya dalam bentuk bintang yang hanya bisa ia lihat dari kejauhan.

Dan perkataan ibunya sampai saat ini masih terpatri didalam benaknya. Ia tetap menganggap salah satu dari bintang di langit adalah sang ayah, mama, dan juga papa tirinya. Dengan begitu rasanya ia jadi tidak terlalu merasa sendiri.

Posisi balkon kamar Jaemin yang tepat berhadapan dengan taman membuat udara terasa lebih sejuk ketika dihirup. Segala pemandangan yang tertangkap oleh mata sangat indah, bahkan ketika malam hari sekalipun. Haechan mengedarkan pandangannya, menikmati indahnya pemandangan malam hari yang begitu menenangkan sampai netra madunya menangkap sosok yang begitu ia kenal dekat selama beberapa hari ini.

"Itu seperti Jaehyun hyung"

Haechan menajamkan penglihatannya untuk memastikan seseorang yang kini sedang menyandarkan tubuhnya di bangku taman dengan pandangan yang seperti terlihat kosong. Sekali lihat saja Haechan sudah paham kalau Jaehyun sedang tidak baik-baik saja.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Haechan memutuskan untuk turun dan menghampiri Jaehyun. Setidaknya ia harus memastikan kalau pemikirannya salah dan lelaki itu sebenarnya cuma tidak bisa tidur makanya duduk disana.

Jarak dari pintu ke taman tidak begitu jauh. Haechan sengaja melangkah sampai menghasilkan bunyi pada kakinya, tetapi tidak membuahkan hasil karena Jaehyun bahkan tidak menyadari kedatangannya bahkan sampai ia duduk disebelah pria tinggi itu.

"Hyung"

Jaehyun menoleh dan terlihat sangat terkejut karena melihat Haechan yang tiba-tiba saja duduk disebelahnya,"Haechanie kenapa belum tidur?"

Suara yang terdengar jauh lebih lembut dari biasanya, dan tatapan yang Jaehyun berikan entah kenapa terasa begitu sendu. Haechan masih bertanya-tanya dalam hati sampai pada akhirnya ia memberanikan diri untuk menanyakannya langsung.

"Hyung baik-baik saja?"

Jaehyun menggeleng,"Hyung tidak baik-baik saja"

"Kenapa?", kali ini Haechan memberanikan diri untuk menggeser tubuhnya supaya lebih dekat dengan Jaehyun. Entah rasanya seperti naluri yang begitu alamiah.

"Hyung merasa gagal sebagai dokter", ujarnya dengan lirih,"Hyung tidak bisa memenuhi harapan pasien yang ingin sekali menghadiri pernikahan putrinya"

Biasanya Jaehyun tidak pernah menceritakan kesedihan atau keluh kesahnya kepada siapapun, termasuk keluarganya sendiri. Tapi untuk kali ini biarlah pengecualian.

"Rasanya sia-sia ketika hyung bisa menyembuhkan ratusan orang tetapi justru malah membuat satu orang yang sangat menggantungkan harapannya pada hyung menghembuskan nafas terakhirnya"

Jaehyun menundukkan kepalanya dan menangis. Haechan baru kali ini mendengar isakan dari pria tinggi itu. Biasanya yang ada didepan mata bulatnya adalah Jaehyun dengan tatapan yang hangat dan senyum menawan.

Haechan menggerakan tangannya dengan ragu sampai pada akhirnya ia bisa memeluk tubuh besar Jaehyun dari samping. Tangan kecil Haechan beberapa kali mengusap bahu pria itu, mencoba menyalurkan rasa nyaman untuknya tanpa mempedulikan apakah tindakan seperti ini adalah keputusan terbaik atau tidak.

"Hyung, menangis saja. Keluarkan segala kekesalan yang ada didalam hati hyung", Haechan masih dalam posisi yang sama sedangkan Jaehyun justru malah semakin menundukkan kepalanya,"Aku tidak tahu apa yang dirasakan oleh Jae hyung sebagai dokter, tetapi aku pernah merasakannya sebagai keluarga pasien yang ditinggalkan"

The sun and his happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang