Haechan memutar kedua matanya begitu menangkap sosok Mark datang dan berjalan menghampiri dia yang saat ini sedang berdiri di sela-sela rak buku. Haechan tidak mengerti dengan sikap cowok itu beberapa hari belakangan ini.
Baru saja kemarin Haechan terkejut ketika mendapat pesan masuk dari Mark yang berisi betapa cowok itu sangat merindukannaya, sekarang malah dia sudah berdiri di hadapan Haechan dengan jarak kurang dari 1 meter.
"Kau mau apa sih? Aku tidak mengerti", Haechan sewot, masa bodo kalau dia akan diusir dari perpustakaan kampus.
Mark menghela nafas, setelah indera pendengarannya cukup terkejut mendengar suara ketus yang keluar dari bibir Haechan,"Aku... aku merindukanmu Haechan"
Haechan tidak menyahut. Netranya fokus menatap Mark yang menunjukkan tatapan iba.
"Aku sangat sadar aku salah. Aku bodoh telah menyia-nyiakan perasaanmu yang begitu tulus padaku. Aku sangat jumawa karena berpikir kau akan kembali padaku setelah semua yang aku lakukan untukmu", Mark menghela nafas,"Aku menyesal dan ingin kembali padamu, Haechan"
Yang disebut namanya mengernyitkan dahi. Maksudnya apa? Merindukan Haechan setelah 5 bulan yang lalu dia mengatakan kalau Haechan harus melupakan dan merelakan kenangan mereka?
"Kau gila"
"Aku memang gila"
"Kau jahat", Haechan menjeda kalimatnya sebentar,"Kau anggap aku apa? Sebodoh itukah aku di matamu, Mark hyung?"
Mark diam. Bukan karena dia menyetujui perkataan Haechan, hanya saja ia bingung untuk menjawabnya.
"Sejujurnya aku sangat tidak mengerti isi kepalamu. Tapi aku cukup terkejut karena Mark Lee yang selama ini aku kenal ternyata sejahat ini", Haechan tidak tahu mengapa sekarang hatinya sangat sakit,"Kau tidak hanya menyakitiku, sekarang kau juga menyakiti Renjun. Memang sudah sehebat apa dirimu sampai bisa melakukan ini, huh?"
"Haechan, dengar aku. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaan kalian, aku hanya", Mark menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya,"Aku merasa hampa ketika tidak ada kau disisiku. Aku bodoh karena kalah dengan rasa bosanku saat bersamamu, Haechan"
Sungguh. Mark juga merutuki kebodohannya sendiri. Andai waktu bisa diputar, mungkin ia tidak akan membuka pintu lain di hatinya untuk dimasuki oleh orang ketiga. Apalagi orang ketiganya adalah sahabat Haechan sendiri.
Sungguh bodoh.
"Kau hanya egois"
Mark diam
"Kau egois, Mark Lee. Kau hanya mementingkan perasaanmu sendiri, kau mementingkan kebahagiaanmu sendiri tanpa mau tahu apa yang terjadi dengan perasaanku maupun Renjun", Hati Haechan sesak luar biasa. Membayangkan Renjun, anak laki-laki polos dan baik hati itu ikut dipermainkan oleh Mark,"Apakah menyakiti orang lain merupakan passion yang kau miliki?"
Mark tidak bisa menjawab. Ia mengakui semua pernyataan dan pertanyaan yang Haechan katakan. Kebodohannya, keegoisannya, semua itu memang salahnya sendiri.
Mark tahu dia tidak pantas untuk dimaafkan, tetapi dia sendiri masih ingin memperbaiki ini semua dengan Haechan.
"Apakah kau mendekati aku lagi karena tahu aku sedang dekat dengan Jaehyun hyung? Sebegitu tidak mau kalahnya dirimu?"
Mark menjawab dengan cepat,"Tidak Haechan. Ini semua tidak ada hubungannya dengan Jaehyun sunbae", Mark membasahkan bibirnya yang terasa kering,"Aku tidak peduli dengan Jaehyun sunbae. Aku hanya terus memikirkan kau beberapa minggu belakangan ini. Aku rindu kau, Haechan. Aku rindu bagaimana rasanya diberikan semangat olehmu, bermain bersamamu, atau melakukan hal lain yang menyenangkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
The sun and his happiness
FanfictionJaehyun yang sudah lama menyukai Haechan akhirnya memiliki kesempatan untuk mendekatinya. Tetapi tentu tidak mudah, dia bukan orang yang percaya diri dan saat ini sinar yang dimiliki Haechan sedang redup karena tertutupi oleh kesedihan dan kesepian...