Spend Time

2.1K 244 11
                                    

Hari ini kediaman keluarga Jung terlihat lebih lenggang dari biasanya. Wajar sih, mengingat kedua orang tua mereka sedang keluar dan Jaemin yang hendak bersiap-siap untuk pergi dengan Jeno.

Padahal Jaemin sudah menolak karena ingin bermain dengan Haechan, tapi sahabatnya justru malah marah dan mengatakan kalau Jeno juga butuh perhatian. Dan Jaemin yang dimarahi seperti itu bukannya tersinggung malah tersenyum lebar dan bersyukur karena sahabatnya sangat perhatian.

Seandainya Mark Lee tidak bermain dibelakang Haechan, pasti mereka sekarang sedang double date.

"kau benar-benar tidak apa kalau ditinggal sendiri? Atau kutunda sampai Jaehyun hyung selesai bekerja?"

Haechan menghela nafas. Ini sudah kesekian kalinya Jaemin bertanya, dan Haechan jadi merasa tidak enak karena Jeno didepan sudah menunggu.

Ia tidak tahu kenapa Jeno seperti menghindarinya, tapi ya Haechan juga tidak mau ambil pusing sih.

"Atau aku batalkan saja ya?"

Haechan memukul kepala Jaemin dengan wajah kesalnya,"YA! Apa kau tidak kasihan dengan Jeno? Lagipula aku tidak apa-apa ditinggal, ada para maids yang akan menemaniku juga"

"Tapi Johnny hyung menitipkanmu disini kan agar kau tidak kesepian"

"Dan itu bukan berarti kau bisa mengabaikan Jeno. Dia itu rindu pdamu", Haechan mengambil mantel bulu yang tergantung di lemari Jaemin,"Nah, bawa ini juga. Nanti malam cuaca akan sangat dingin"

"Kenapa kau baik sekali sih? Huh pasti si brengsek itu akan menyesal telah meninggalkanmu"

"Jangan bicara omong kosong", Haechan mulai jengah dengan bibir Jaemin yang terus berbicara tanpa berpikir,"Sudah sana. Kasihan Jeno sudah menunggu terlalu lama"

"Aku pergi dulu. Kalau kau bosan telfon aku saja ya? Aku akan segera pulang", Jaemin tersenyum lebar menatap Haechan. Ia sangat bersungguh-sungguh saat mengatakannya dan bohong kalau Haechan tidak tersentuh.

Haechan menganggukkan kepala,"Kalau aku tidak menelfon, tandanya kau tidak boleh khawatir. Oke?"

Jaemin mengangguk cepat. Kemudian berlari kecil meninggalkan Haechan yang tetap duduk manis diatas kasur. Entah, rasanya cowok manis itu ngantuk sekali karena ia bangun terlalu pagi.

**

Tadinya Jaehyun ingin memutuskan untuk berkumpul bersama teman-teman dokternya dan menghabiskan malam akhir pekan bersama mereka. Tetapi tiba-tiba saja ponselnya berdering karena Jaemin yang menelfon dan bilang kalau Haechan sendiri di rumah.

Jaehyun rasanya ingin menutup lubang telinganya ketika sang adik menelfon dan berbicara sangat cepat. Ia tidak tahu berapa kata yang diucapkan Jaemin per detiknya karena selama pembicaraan itu berlangsung yang bisa ia dengar hanya ketika adiknya berkata kalau Haechan sendiri dan meminta Jaehyun untuk segera pulang jika pekerjaannya sudah selesai.

Dan Jaehyun melakukan itu. Ia segera membereskan meja dan melepas snelinya* begitu shiftnya berakhir. Janji untuk berkumpul dan menghabiskan akhir pekan bersama teman sejawatnya dibatalkan begitu saja, dan jelas itu menimbulkan kekecewaan bagi beberapa temannya.

"Hyung, jadi pulang?"

Jaehyun menghela nafas,"Ya, sekarang hyung sedang berjalan ke parkiran mobil"

Jaemin nyengir senang. Dan Jaehyun tahu itu walaupun ia tidak bisa melihatnya.

"Yasudah kalau begitu aku tutup. Jangan lupa ajak Haechanie jalan. bye bye"

Begitu saja telfon tertutup. Jaehyun memandang layar ponselnya yang sudah mati sebelum dimasukkan kembali kedalam kantong.

**

The sun and his happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang