"Bibi, aku titip Haechan selama aku tidak ada ya, bi", Johnny tersenyum sembari membungkukkan tubuh tingginya dihadapan wanita paruh baya yang menatapnya dengan senyum penuh kasih sayang.
Tadi begitu Johnny sudah sampai di rumah keluarga Jung, ia tidak langsung berangkat karena masih banyak waktu yang tersisa sebelum ia check in di bandara.
Sekarang Johnny sudah akan bersiap untuk pergi ke tempat dimana ia dilahirkan sekaligus tempat peristirahatan terakhir bagi sang ibu. Rencana awal Johnny yang ingin membawa Haechan untuk ikut serta bersamanya harus gagal karena aturan di kampus tempat Haechan berkuliah memiliki peraturan untuk tidak boleh absen lebih dari 2 kali jika masih ingin mengikuti ujian akhir semester.
Makanya dengan berat hati Johnny meninggalkan adiknya disini.
Haechan menatap Johnny dengan wajah yang sendu. Kalau bisa menangis mungkin pria manis itu sudah menangis meraung agar sang kakak tidak jadi berangkat. Tapi ia juga tidak boleh egois karena Johnny semertaa-merta pergi ke Amerika bukan untuk berlibur, melainkan bekerja untuk dirinya.
"Hanya 2 minggu. Setelah itu hyung janji akhir tahun kita ke Amerika, ya?"
Johnny mengulum senyum tipis begitu Haechan menganggukkan kepalanya pelan. Adiknya menjadi berkali lipat lebih menggemaskan jika sedang berada dalam mode seperti ini.
"Haechanie mau apa?"
Haechan menatap Johnny dengan manik bulatnya yang jernih,"Ingin hyung pulang dengan selamat"
Ah, Haechan. Anak itu bahkan tidak pernah meminta sesuatu yang mahal atau langka ketika Johnny sedang business trip ke berbagai negara. Karena setiap ditanya ingin apa, Haechan dan bibir tipisnya akan selalu menjawab hal yang sama setiap Johnny akan bepergian kemanapun.
Bahkan sang kakak sampai hafal bagaimana intonasi pengucapan Haechan yang tidak pernah berubah sejak dulu.
Johnny mengusap puncak kepala Haechan yang terasa begitu lembut,"Hyung janji akan pulang dengan sehat dan selamat. Jadi Haechanie juga harus berjanji untuk tidak menyusahkan bibi dan paman disini, mengerti?"
Haechan menganggukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata. Kalau dilihat dari luar, pria manis ini cukup keren dan gagah untuk anak seusianya, tapi isi hati siapa yang tahu? Haechan hanyalah Haechan. Anak manis yang malang karena harus menjadi yatim piatu bahkan ketika usianya masih belia.
Johnny hanya tersenyum dan memeluk adiknya sekali lagi. Tangan besarnya mengusap puncak kepala Haechan sebelum mengalihkan pandangannya ke arah wanita paruh baya yang berdiri tidak jauh dari tempat ia berada.
"Bibi, Jaemin, Haechan. Aku pergi dulu"
Johnny pamit, meninggalkan Haechan yang merasa begitu tidak rela sementara Jaemin dengan siap siaga langsung menghampiri sahabat gembulnya sambil mengusap bahu Haechan.
"Ayo masuk. Kau harus mandi"
Jaemin menarik paksa lengan Haechan yang seperti enggan berpindah sebelum melihat mobil yang dikendarai Johnny berbelok ke tikungan.
**
Setelah memarkirkan SUV hitamnya di garasi, Jaehyun bergegas masuk kedalam rumahnya dengan terburu-buru. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan karena pasien dengan status gawat sampai kritis datang silih berganti tanpa jeda ketika ia mendapat giliran jaga di UGD.
Dan Jaehyun ingin sekali merebahkan tubuhnya yang lelah diatas kasur.
"Hyung ingin aku ambilkan minum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The sun and his happiness
FanfictionJaehyun yang sudah lama menyukai Haechan akhirnya memiliki kesempatan untuk mendekatinya. Tetapi tentu tidak mudah, dia bukan orang yang percaya diri dan saat ini sinar yang dimiliki Haechan sedang redup karena tertutupi oleh kesedihan dan kesepian...