Jaemin mengerutkan kedua alisnya begitu melihat SUV hitam milik sang kakak memasuki pekarangan rumah. Biasanya setelah turun dari mobil Jaehyun akan menjahili Jaemin, tapi sepertinya cowok itu sedang dalam mood yang tidak baik karena terlihat dari wajahnya yang murung ditambah dua kantong mata yang terlihat sangat besar.
Kepalanya menoleh, menatap sang ibu yang juga menatapnya dengan heran. Kini sepasang ibu dan anak itu sama-sama bingung dengan raut wajah Jaehyun yang tidak seperti biasanya.
"Mungkin Jae hyung lelah", saat-saat seperti ini Jaemin hanya berpikir kalau kakaknya lelah karena bekerja dan belajar tiada henti.
Dan ibunya mengangguk setuju dengan perkataan si bungsu.
"Jangan diganggu ya, biarkan kakakmu tidur dengan tenang"
"Jadi maksud mama aku bisa membuat hyung tidur tidak tenang gitu?", Jaemin cemberut
Sang ibu hanya terkekeh dan kembali melanjutkan kegiatannya menyiram tanaman. Sedangkan Jaemin juga kembali memotong beberapa tangkai tanaman yang memanjang dan mengganggu pemandangan.
Ada pikiran yang cukup mengganggu isi kepalanya sih. Karena tadi di kelas Haechan bilang kalau hari ini Jaehyun sudah janji akan menjemputnya dan menemani Haechan berbelanja bahan makanan. Tapi sepertinya rencana itu tidak jadi mereka lakukan karena terlihat Jaehyun yang terbilang pulang lebih awal dengan wajah ngantuk dan murung.
"Tidak mungkin sih kalau mereka bertengkar, keduanya kan sama-sama tidak seru", Jaemin menggumam sendiri.
Bungsu di keluarga Jung itu sesekali bersenandung sambil memotong tangkai-tangkai kecil tak berguna. Dia sangat suka berkebun, biasanya setiap 3 hari sekali Jaemin dan sang ibu akan berkebun sambil berbincang kecil membicarakan kuliahnya atau Jeno.
Sampai suara langkah kaki terdengar dari dalam dan Jaemin menyipitkan matanya
"Ma, tidak ada makanan kah?"
Itu bukan Jaemin yang bertanya. Tapi Jaehyun yang datang dengan piyama panjang dan rambut basah khas habis mandi.
Sang ibu menggeleng,"Mama belum masak. Biasanya kamu sampai rumah sudah makan, Kak"
Jaehyun menghela nafas,"Aku lelah sekali, jadi tidak selera makan"
"Mau order saja? Kebetulan Nana barusan bilang mama ingin beli ayam", Tawar sang ibu sambil memberikan kode berupa tatapan kepada Jaemin.
Yang ditatap hanya bingung dan ingin melayangkan protes, tapi dia urungkan begitu dengar Jaehyun bilang oke tanda setuju untuk beli ayam. Dengan berat hati akhirnya Jaemin meletakkan gunting tanaman yang ia pegang dan berjalan menuju meja dimana ponselnya dia simpan.
Jaemin duduk di kursi dan membuka ponselnya,"Kok jam segini hyung sudah pulang? Biasanya pergi dulu bersama Haechan"
Jaemin melirikkan matanya ke arah Jaehyun yang juga sedang duduk di kursi. Bingung melihat kakaknya tiba-tiba jadi aneh begini. Seperti orang yang habis putus cinta.
Tapi tidak mungkin putus cinta sih, orang jadian saja belum.
"Hmm tidak dijawab, menyebalkan", Jaemin menggumam kesal ketika tidak ada tanda-tanda pertanyaannya dijawab oleh sang kakak.
"Sudah dipesan ya, aku menulis nomor ponsel hyung karena ingin mandi", Jaemin berdiri,"Jae hyung jangan lupa bayar", ujarnya lagi sebelum benar-benar pergi meninggalkan Jaehyun yang masih melamun dengan pandangan lurus ke depan.
**
Mark melipat kedua tangannya di meja sambil bertopang dagu. senyumnya tidak luntur sejak tadi melihat Renjun sibuk menggambar dan mengunyah makanan yang ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The sun and his happiness
FanfictionJaehyun yang sudah lama menyukai Haechan akhirnya memiliki kesempatan untuk mendekatinya. Tetapi tentu tidak mudah, dia bukan orang yang percaya diri dan saat ini sinar yang dimiliki Haechan sedang redup karena tertutupi oleh kesedihan dan kesepian...