It happened in a day

1.9K 227 8
                                    

Seharusnya lusa adalah kepulangan Johnny, tapi jadi tertunda sampai beberapa hari kedepan karena masih ada beberapa berkas tak terduga yang harus ia urus. Dan pada akhirnya membuat Haechan harus menginap lebih lama di kediaman keluarga Jung.

Berbanding terbalik dengan Haechan yang menekuk wajahnya, Jaemin langsung bersorak saat papa Jung menyampaikan pesan Johnny yang dikirimkan untuknya ketika mereka sedang melahap sarapan. Haechan takut merepotkan keluarga ini, padahal mereka justru sangat senang dan begitu menerima kehadirannya.

Apalagi cowok tampan yang duduk bersebrangan dengannya. Sejak tadi pemilik pupil mata coklat itu tidak lelah menatap Haechan. Dari mulai anak itu menarik kursi sampai memasukkan suapan nasi gorengnya ke dalam mulut, senyum Jaehyun tak pernah berkurang walau cuma 1 mili.

Andai saja Haechan tahu dengan pemikiran aneh Jaehyun yang justru malah ingin berterima kasih pada Johnny karena pulang terlambat, mungkin anak itu akan dengan senang hati memasukkan Jaehyun kedalam daftar hitam sebagai orang yang harus dijauhi.

"Hyung, ayo habiskan makanannya. Haechanie tidak akan kemana-mana kok"

Jaehyun terbatuk akibat ucapan iseng adiknya. Serius, menurut Jaehyun adiknya itu sangat pandai membuatnya merasa kikuk dihadapan Haechan.

Padahal memang kau sendiri yang payah, Jung.

"Haechanie kenapa melamun? Tidak suka ya tinggal disini?"

Haechan menolehkan kepalanya ke arah bibi Jung dengan sekejap mata,"Uh? tidak bibi. Aku justru sangat senang tinggal disini"

"Kalau begitu kenapa melamun?"

"Hanya rindu dengan Johnny hyung", sahut Haechan dengan senyum simpul yang menghiasi wajahnya.

"Johnny sedang mengurus berkas kematian ibunya yang hilang dan beberapa tender perusahaan yang sempat tertunda. Jadi tidak apa kan kalau tinggal disini lebih lama?"

Haechan menganggukkan kepalanya dengan ragu,"Tidak apa paman. Aku senang memasak dengan bibi dan tidur dengan Jaemin"

Haechan jadi tidak enak hati karena rasanya ia terlalu banyak merepotkan saat tinggal disini. Selain itu juga ia sudah rindu sekali dengan rumahnya, kamarnya, dan juga satu-satunya harta berharga yang Haechan miliki, Johnny.

Setelahnya tinggal bunyi denting sendok yang beradu dengan piring. Setelah papa Jung pamit untuk pergi ke kantor, satu persatu dari yang tersisa pun terlihat sudah menghabiskan sarapan mereka dan lekas merapikan apa yang seharusnya dirapikan.

Kemudian netra coklat Haechan melihat gerak gerik Jaemin yang seperti terburu-buru naik ke atas—mungkin ke kamarnya. Tidak lama kemudian cowok manis itu kembali dengan tas punggung yang sudah tersampir di bahu kanannya.

Kedua alis Haechan tertaut. Sekarang masih pukul 7 pagi dan biasanya mereka akan mulai berangkat pukul 7.20, tetapi kenapa sahabatnya sudah bersiap seperti ini.

"Ah, Haechanie maaf. Aku harus membantu Jeno membawa peralatan apalah aku tidak tahu namanya. Jadi aku berangkat duluan ya? Kau bisa bareng Jaehyun hyung"

Kali ini Jaemin tidak berpura-pura. Tadi pukul 5 pagi tiba-tiba Jeno mengiriminya pesan untuk berangkat bersama karena cowok dengan eye smile indah itu harus membawa beberapa peralatan yang merepotkan. Dan Jaemin sebagai kekasih yang baik tentu menerima permohonan bantuan itu.

Saat Haechan belum sempat membuka bibirnya, Jaemin sudah lebih dulu menghilang dari peradaban. Sekarang Haechan pun bingung, ingin berangkat bersama Jaehyun seperti apa yang dibilang Jaemin tetapi ia terlalu malu untuk mengatakannya.

Tapi berangkat naik bus sendiri juga bukan ide yang baik karena ini sudah cukup siang, belum lagi waktu ketika ia harus berjalan kaki sekitar 15 menit untuk sampai halte.

The sun and his happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang