pagi ini langkah ten terhenti di depan kantor dispatch. dengan kekuatan yang ia dapatkan entah dari mana, ia berjalan ke dalam dengan tenang. dan menaiki elevator sambil memikirkan beberapa hal yang akhir akhir ini berlalu lalang di pikirannya. ia memikirkan apa yang ia katakan ketika ia akan bertemu dengan Taeyong. baiklah mungkin kata 'akan' bukan kata yang tepat karena ia PASTI bertemu dengan lelaki itu.
"aku akan menyapanya, seperti biasa" ia bergumam menatap refleksi dirinya di pintu lift. tidak ini bukan situasi biasanya baginya, sama sekali tidak.
pintu terbuka, mirisnya sesosok yang ia pikirkan langsung muncul di hadapannya sambil menyilang kaki dan senyum manis miliknya.
"Tae- taeyong-" Ten langsung merasa lemas, mau tak mau ia berjalan ke luar dari elevator dengan eye contact yang bisa dibilang cukup intense.
Ten tersenyum canggung, Ten mengumpat dirinya sendiri dalam hati karena keputusan bodohnya. ia tahu, ia sama sekali tak siap mental untuk bertemu dengan lelaki bermarga lee itu.
"Ten" Ten menghentikan pergolakan batinnya dan menatap Taeyong yang mulai berjalan mendekati dirinya
"a- aku minta maaf, seharusnya aku tak perlu sampai begitu-" Taeyong menunduk "maafkan aku Ten" ia membungkuk sopan kepada Ten. Ten yang sama sekali tak menyangka ini hanya bisa tersenyum lega.
"Taeyong ini bukan salahmu, tetapi aku meminta maaf karena aku tak mencin-" mata Ten membulat ketika Taeyong memegang tangannya "tidak apa apa Ten, itu keputusanmu. aku dapat menerimanya" Taeyong tersenyum, Ten hanya bisa diam menatap Taeyong. tentunya ia merasa bersalah dalam segala skenario cinta ini. "maaf" Ten bergumam
seorang pegawai datang tergesa gesa ke arah mereka berdua "Ten Hyungg! Taeyong hyungg!" Taeyong melepas pegangannya dan memperhatikan lelaki itu yang terlihat cukup was-was. "ada apa?" Ten menatap lelaki itu mengatur nafas sampai akhirnya memberikan tablet yang ia pegang kepada Ten.
"Johnny sepertinya ia akan pergi berkencan"
***
Johnny duduk berhadapan dengan Cathrine, mereka sedang makan. sejak pagi tadi mereka sudah mengelilingi kota, melihat banyak hal menarik, bercanda ria. iyaa bisa dibilang hari ini hanya mereka berdua. jangan salah, walaupun Johnny memang menyembunyikan mukanya, ia tetap dapat dikenali oleh para fans maupun orang lain. itu yang ia khawatirkan.
"Johnny ada apa?" Cathrine menatap lurus Johnny
tentunya ia menyadari Johnny merasa tak nyaman, walaupun ia tau Johnny bisa saja meminta perlindungan tambahan dari agensinya. tetapi cathrine sendiri tahu, sahabatnya tak ingin membebankan pihak lain, terutama agensinya.
"ah- bukan apa apa" Johnny tersenyum manis dan melanjutkan makanan di depannya. Cathrine hanya bisa diam dan menlanjutkan makanannya juga
setelah mereka selesai, dengan cepat mereka berjalan keluar. kebetulan restoran mereka dekat dengan sebuah sungai. mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggiran sungai itu.
"kau tahu? ini mengingatkanku saat kita masih kecil, kau ingat ketika ulang tahunmu ke sepuluh aku mendorongmu ke sebuah sungai. sepatumu nyaris terhanyut, aku ingat kau menangis karena itu" Cathrine tertawa pelan mengingat kejadian itu
Johnny ikut tertawa, "hei itu adalah sepatu yang aku dapatkan dengan susah payah tau"
"yaaa, susah payah meminta kepada ayahmu" Cathrine meledek, Johnny memukul pelan bahu Cathrine sambil tertawa.
"hei, kau sendiri ingat saat kau dihukum karena salah seragam?" Johnny refleks tertawa terbahak bahak. sekarang gantian Cathrine yang memukul Johnny, ia menutup mulutnya yang tertawa mengingat kejadian itu.
"aku mengira itu hari rabu tau" Cathrine membela dirinya
"saat itu hari senin, Cathrine sayang" Johnny tertawa lebih keras
Cathrine tersenyum manis, ia menatap Johnny yang akhirnya berhenti tertawa.
"sore yang indah" Johnny menghentikan langkahnya, ia menatap langit yang berwarna merah.
Cathrine juga menghentikan langkahnya. ia berdiri di depan Johnny. lelaki tinggi itu akhirnya menatap balik ke arah Cathrine.
"kau tahu? di novel yang kubaca, ini adalah saat yang ditunggu tunggu pada sebuah kisah cinta. jadi...."
Cathrine berjinjit, menutup kelopak matanya. tangannya membuka masker yang Johnny pakai, sedangkan tangan satu lagi mendorong kasar tubuh Johnny untuk mendekati ke tubuhnya.
bibir mereka menyatu, tetapi baru satu detik itu terjadi. Johnny langsung mendorong tubuh Cathrine. ia menarik nafas berat, menatap Cathrine yang kaget.
"untuk apa itu tadi?" suara Johnny seketika naik, Cathrine tahu ini akan terjadi.
"kau tak mengerti Johnny Seo?"
dengan cepat Cathrine melakukan apa yang ia lakukan tadi. bedanya kali ini, ia memegang erat kedua tangan Johnny, serta menginjak keduanya kakinya.
Johnny masih mencoba melawan, ia tak ingin ada yang macam macam. ia tak ingin-
"Johnny?"
***
selamat pagi/siang/malam
saya kembali, ini cerita bener bener baru dibikin dan langsung up-
jadi kl typo maap-anyways ini apa 3K lebih
makasih ges, gak nyangka ampe kayak gini
oke dadah
***
edit: hiks baru sempet bikin intro

KAMU SEDANG MEMBACA
𝕋𝕨𝕠 𝕊𝕚𝕕𝕖𝕤 || 𝒥𝑜𝒽𝓃𝓉𝑒𝓃 ✔
RandomMencintai adalah menerimanya apa adanya bahkan jika kau membenci salah satu sisinya, artinya itu bukan mencintai. Itu hanyalah kebohongan belaka Itulah chat seorang agen dispatch kepada seorang artis. ♠COMPLETED♠ ↬Johnny + Ten ↬BXB