SEVENTEEN

221 29 0
                                    

"Ten dengarkan aku dahulu!" Johnny berteriak kepada lelaki yang telah memalingkan wajahnya dan berjalan menjauh

Johnny berlari kencang, "Ten!"

"aku minta maaf" Ten bergumam sendiri, mempercepat langkahnya menuju parkiran di dekat taman.

entah dari mana sebuah mobil datang tepat di depan Ten di perempatan itu. tanpa pikir panjang Ten memasuki mobil itu dan menutup pintunya.

Johnny mendekati mobil itu, dan melihat lewat kaca-percuma ia hanya dapat melihat keburaman dari sana. ia mengetuk ngetuk jendela itu.

"Ten... tolong..." entah dari mana setetes air mata turun dari matanya

"a- aku tahu kau mungkin mengetahui apapun tentangku... tetapi aku belum mengenalmu sepenuhnya... tolong... beri aku waktu untuk menjelaskan... tolong"

Ten terdiam di dalam mobil, menahan air matanya. ia menatap Taeyong di kursi pengemudi. Taeyong menunduk tak memperlihatkan emosi apapun, tetapi Ten melihat tangan Taeyong mengepal dengan kuat jelas Taeyong sebenarnya marah.

perlahan Ten memegang tangan Taeyong, Taeyong yang kaget akhirnya menaikkan kepalanya. melihat Ten yang tersenyum walaupun kedua air matanya masih mengalir.

"kau benar tae... aku salah"

Ten menarik tangan Taeyong kuat kuat tak sempat mengelak, tubuh mereka akhirnya hanya berpaut beberapa senti dari Ten. 

Taeyong berpikir ini adalah kesempatannya, perlahan ia mendekatkan tubuhnya lagi dengan Ten. ia memajukan bibirnya perlahan, dan menutup matanya.

tetapi selama beberapa detik ia tak mendapatkan balasan apa apa. perlahan ia membuka mata, ia melihat Ten kembali duduk di posisi semula, dan seakan tidak peduli pada aksinya.

dengan rasa kecewa, ia mulai menginjak pedal gas. padahal Johnny masih ada di sebelah mobilnya masih bergelimang air mata sambil berkata ribuan kata maaf.


***


Ten mengunci dirinya di kamar seharian. sudah berkali kali Hendery mengetuk pintu menyuruh Ten untuk makan atau hanya sekedar menyapa tetapi tak ada balasan. Hendery khawatir saudaranya itu akan berbuat hal yang tidak tidak. dan itu kembali menjadi alasan untuk meminta teman temannya kembali ke apartemennya.

"Hendery, kenapa kau begitu tegang?" suara YangYang menggema di lorong.

mereka sedang berjalan di lorong apartemennya, yang gelap. waktu sudah menunjukkan jam 3 malam jadi tak heran susananya begitu sunyi.

Hendery tak menjawab, ia membuka pintu apartemennya dengan kunci dan membiarkan yang lainnya masuk terlebih dahulu.

"kenapa lampu di sini mati?" Lucas melihat di sekeliling.

Xiao Jun meraba dinding dan mencari saklar lampu, setelah ia temukan ia pun menyalakannya. suasana apartemen itu kosong, seperti tak ada penghuninya. semua mata tertuju pada Hendery yang berjalan mendekati pintu kamar Ten, sekarang yang lainnya pun paham kenapa Hendery khawatir.

Kun mengetuk pintu kamar Ten perlahan, "Ten... kau baik baik saja?"

tak ada respon dari dalam sana

"mungkin ia sedang tertidur" Winwin berkata sambil mencoba membuka dengan knob pintu

"kau tak punya kunci cadangan dery?" Xiao Jun menatap Hendery yang terlihat ketakutan

"ti.. tidak" 

Kun mencoba sekali lagi dengan nada yang lebih tinggi, Yangyang mencoba mendorong pintu di depannya. Winwin menendang dinding yang langsung bersebelahan dengan kamar Ten. sementara Xiao Jun berusaha agar menenangkan Hendery.

dalam keributan itu, tak terdengar nada dering handphone lucas. Lucas yang mengenalinya, langsung mengambil handphonenya dan tersenyum tipis ketika melihat penelponnya.

"halo sayang"

wajah Lucas yang ceria sekarang luntur ketika baru mendengar satu kalimat yang dikatakan dari ujung sana kepadanya.

"ba- baiklah sayang, aku akan pulang" hanya itu yang ia katakan ia langsung mematikan handphonenya. Lucas menunduk, tangannya mengepal dengan keras bisa bisa handphone miliknya retak karena itu.

Lucas tiba tiba berjalan ke depan pintu Ten, ia tak segan segan mendorong tubuh Xiao Jun yang bertanya kepadanya ada apa. Kun dan Yangyang berjalan menjauh sambil menatap horor wajah Lucas.

Lucas tiba tiba memukul pintu di depannya, menyebabkan pintu itu sedikit penyok. semua orang bergidik ngeri melihat itu.

"Ten... keluar kau sialan!" Lucas yang ini bukan Lucas yang sering mereka temui

"aku tau apa yang kau perbuat! kau mendekati kami dengan sengaja bukan? kau ingin mendapatkan uang yang banyak bukan?" nada suara Lucas terdengar marah

"kau rela memfoto kehidupan kami dengan iming iming teman, padahal kau menjualnya untuk publik, dasar sinting"

tiba tiba pintu kamar Ten terbuka, memperlihatkan sang pemilik kamar dengan muka sembab sehabis menangis. Ten mendongak dan melihat muka Lucas yang marah sekaligus kaget.

"aku agen dispatch"


***

malam...

lupa apdet soalnya mager

yah sudah Ten udh ketawan ya ged

hanya mengingatkan cerita ini fiksi jadi sama sekali gak sama kayak di kehidupan nyata

oke ingetin updet atoga bakal lama kek gini lg huehue

oke dadah~

𝕋𝕨𝕠 𝕊𝕚𝕕𝕖𝕤 || 𝒥𝑜𝒽𝓃𝓉𝑒𝓃 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang