TWENTY FIVE

227 19 0
                                    

Johnny tengah menidurkan tubuhnya di kasur. ia masih memikirkan beberapa hal. dan tentunya perkara Ten mendominasi kepalanya.

"apakah aku mencintainya?" ia membisik pelan, berbicara pada tembok di atasnya.

Johnny terdiam, teringat kembali banyak sekali memori mengenai lelaki mungil nan cantik itu. ia tiba tiba teringat saat pertama kali bertemu dengannya, ia sempat tertukar antar Ten dan Hendery. Johnny tertawa saat mengingat itu, aneh padahal sudah sangat jelas mereka berbeda.

ia teringat saat pertama kali mendapat dare dari teman temannya dan akhirnya saat itulah ia mulai menjalin pertemanan.

Lalu saat di air terjun, itu adalah sebuah saat dimana hati Johnny teramat tenang. Dan entah kenapa walaupun ia belum mengenal Ten sepenuhnya tapi jelas sekali Ten membawa banyak sekali pengaruh pada perasaannya kala itu.

Johnny terdiam saat mengingat itu, lalu ada apa lagi? Ah ya saat Ten masuk rumah sakit. padahal ia ingat beberapa hari sebelum itu ia telah membuat janji dengan "Chittaprrr_10". Ditambah saat itu juga rumor tentangnya mulai menyerebak.

Tetapi setelah semua kejadian itu, ia akhirnya dapat bertemu dengan belahan jiwanya. di cafe yang akan terus ia kenang.

Tunggu kenapa ia mengingat ini semua lagi?

Johnny menutup mukanya menggunakan bantal. Ia jelas sudah gila, tidak mungkin ia mencintai lelaku itu. iya kan?

gerakan Johnny terhenti sejenak, "apakah aku masih mencintainya?"

Johnny menggeser bantal itu dan melihat ke langit langit. mari kita lihat, ia tentunya masih memikirkan lelaki itu cukup sering. ia masih sering tiba tiba tersenyum sendiri karena mengingat senyuman lelaki itu. ia sering membayangkan kehidupannya dengan Ten. dan...

Johnny menghentikan otaknya berpikir di sana. Mungkin iya ia masih mencintainya. tetapi itu tak mungkin. ia tak bisa mencintai seorang penipu seperti Ten.

Johnny mengangkat kaki dari kasur dan mulai berjalan keluar kamar. ia menuju ke arah dapur yang berada tak jauh dari pintu depan.

Johnny tengah membuka toples yang berisi kopi dan mulai mengambilnya ke dalam cangkir. keheningan terasa amat familiar untuknya saat ini. sekarang ia tengah mengisi cangkir dengan air panas dan saat itu ia mulai mendengar bisikan.

ia menoleh dan melihat sekeliling. tak ada siapapun di sana, dan di dapurnya tak ada jendela. jadi kemungkinan besar itu berasal dari pintu depan.

Johnny berjalan perlahan, entah kenapa ia mencoba tak bersuara. ia mendekatkan kepalanya ke arah pintu dan menaruh telinganya tepat menempel pada pintu kayu itu.

"t- tidak mungkin Jae-"

suara itu, suata Ten! Suara halus dan sangat enak didengar bahkan dibatasi oleh pintu kayu itu.

"ayolah Ten kau bisa !" Jaehyun? 

Johnny sebenarnya ingin melihat melalui lubang pintu. tetapi entahlah ia merasa seperti tak memiliki kekuatan untuk melakukan itu.

"tidak jae, aku tahu walaupun aku mengatakannya Johnny tak mungkin menerimanya !" Ten meninggikan sedikit suaranya

Johnny dapat mendengar Jaehyun berdecih, "siapa peduli jika ia menerimanya, kau mencintainya Ten. Kau mencintai segalanya mengenainya iyakan?"

Johnny terdiam, apakah hal itu yang ia lewatkan?

Johnny tiba tiba teringat pada chat terakhirnya dengan Ten. 

"Mencintai adalah menerimanya apa adanya bahkan jika kau membenci salah satu sisinya, artinya itu bukan mencintai. Itu hanyalah kebohongan belaka"

iya... mungkin itulah yang belum bisa ia kuatkan. ia masih tak mencintai Ten keseluruhan. jika ia yakin ia memang telah mencintai Ten. itu berarti ia harus menerima Ten sebegai agen dispatch karena itu adalah bagian dari dirinya.

karena Johnny terlalu sibuk berpikir ia sampai tak mendengar suara ketukan pintu di balik sana.

saat ketukan kedua terdengar saat itulah Johnny berdiri dan memasang muka biasanya. "yaa?"

Johnny membuka pintu dan muncullah Ten yang menatap Johnny. Johnny terdiam sebentar, ia sudah lama tak melihat Ten. tetapi tunggu kenapa ada plester di mukanya?

"T- Ten mukamu kenapa?" Johnny menatap Ten

untuk Ten tatapan itu adalah sebuah tatapan yang amat menyentuh jiwanya. "a- ahh aku terjatuh, jadi... ya.." Ten menatap ke kakinya lagi.

entah refleks atau keinginan hatinya, Johnny tiba tiba menggerakkan tangannya dan menangkup wajah Ten. wajah mereka hanya berbeda beebrapa sentimeter saja. mata mereka berdua bertemu lagi. Ten dapat merasakan nafas Johnny. ia ingat dulu jika Johnny sudah seperti ini berarti ia akan menciumnya di bibir. tetapi ia tak akan membayangkan hal itu terjadi, karena itu mustahil.

Johnny menatap jauh ke dalam mata Ten yang bulat. terlihat ada rasa kagum, kaget dan... sayang. mungkinkah Ten masih mencintainya setelah ini semua?

"Ten?" Johnny berkata menggunakan suara yang amat dalam. membuat bulu kuduk Ten sedikit berdiri.

"y- ya?"

Johnny memiringkan sedikit mukanya, "apakah kau mencintaiku?"

Bola mata Ten membesar, pertanyaan yang benar benar muncul entah dari mana. tetapi untung saja Ten sudah mengetahui jawabannya. jadi Ten tersenyum, dan entah dari mana sebuah air mata turun dari ujung matanya. 

"aku akan selalu mencintaimu Seosuh, walaupun kau tak mencintaiku. aku akan selalu mencintaimu" kata Ten manis

Johnny terdiam, hatinya benar benar bergetar melihat Ten menangis. ia tahu Ten menangis bukan karena ia sedih atau terluka, Ten pasrah akan keputusannya. ya keputusan miliknya.

Johnny menatap kembali muka Ten, melihat mata bulat coklat yang terlihat bergetar. hidung lucu di bawahnya. wajah seputih susu yang amat enak dipandang. dan tentunya bagian yang paling Johnny sukai.

"Ten..." 

Johnny menarik muka Ten agar lebih dekat dengan mukanya. sampai akhirnya kata kata jarak sudah hilang di anatara mereka. Johnny mencium bibir Ten, sebuah rasa yang ia amat rindukan sejak beberapa hari itu. 

ciuman itu sangat hangat, ciuman yang mungkin akan mereka berdua ingat sampai akhir nanti. sebuah ciuman yang membuat mereka berdua merasa aman dan yakin dengan keputusan masing masing.

dan tentunya keputusan mereka adalah untuk bersama untuk selamanya.


***


sementara itu di atas langit terdapat sebuah drone yang terbang di atas sana.

sang pengendali alias Taeyong hanya terdiam melihat tayangan lewat monitor handphonenya itu.

ia memang tak bisa memisahkan mereka berdua ya...

"jadi bagaimana Taeyong?" 

Taeyong menoleh dan melihat seorang Jung Jaehyun tengah menyilangkan tangannya. 

"tidak ada..." Taeyong berkata sambil mulai mengendalikan dronenya kembali ke posisinya sekarang.

"tidak ada?" Jaehyun berjalan mendekati Taeyong. ia menatap lamat lamat lelaki berparas rupawan itu.

"ya.. untuk apa aku melawan takdir? tentunya aku akan kalah bukan?" Taeyong berkata pasrah. mungkin Ten memang memerlukan seseorang yang mengetahui segalanya mengenai dirinya. dan memang mungkin orang itu bukanlah dirinya.

Jaehyun menepuk pelan bahu Taeyong, sepertinya ia dan Taeyong memiliki banyak persamaan.

awal yang bagus untuk menulis bab baru dalam buku bukan?

𝕋𝕨𝕠 𝕊𝕚𝕕𝕖𝕤 || 𝒥𝑜𝒽𝓃𝓉𝑒𝓃 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang