Taeyong terdiam memandangi rekaman CCTV di sebuah cafe. ia sudah melihat semuanya, walaupun tak dapat mendengar suaranya. tetap saja ia dapat membayangkan bagaimana percakapan mereka.
"Johnny Seo"
pikiran Taeyong melambung tinggi, tentu saja ia cemburu. ia tak mau Ten bersama dengan Johnny. bagaimana cara agar mereka terpisah? itu adalah pertanyaannya. Taeyong bisa saja meminta agar ayahnya mengeluarkan Ten dari dispatch. tetapi mereka berdua masih bisa berkencan. bagaimana jika mengeluarkan rumor palsu? astaga itu begitu kejam.
Taeyong terdiam, ia tak bisa menahan ini semua. ia mau Ten menjadi miliknya, karena hanya dirinya yang mengerti Ten sepenuhnya. hanya ia yang tau cara Ten agar selalu bahagia. dan itu akan menjadi akhir bahagia baginya juga.
"Ten... cepat atau lambat kau akan menjadi milikku" Taeyong sudah dibakar oleh api cemburu. memang terdengar buruk tetapi bagi seseorang yang sedang depresi akan cinta itu terdengar seperti alunan musik merdu.
"Ten aku akan selalu mengejarmu walaupun itu akan membunuhku" ia menyeringai kejam. sepertinya Taeyong mendapat ide
***
Ten membuka matanya, ia mengerjap ngerjapkan matanya. ia masih amat mengantuk jikalau perutnya bisa diam mungkin ia masih tewas tertidur sekarang.
"akh..." ia mengerang pelan seketika ia merasa seperti ada yang menahannya agar tidak berdiri. "apa?" ia menoleh ke sebuah lengan yang memeluk erat pinggulnya.
"jangan pergi dulu" seorang lelaki menutup mukanya di punggung Ten. Ten mencoba melepas tangan lelaki itu.
"Johnny-ya, mau makan" Johnny mengeratkan pegangannya. ia masih mau memeluk Ten.
astaga baru sehari mereka bertemu, baru tadi malam mereka tertawa bersama, saling berbagi cerita. benar benar baru sehari, dan lihatlah mereka sudah seperti sepasang kekasih yang bersumpah tidak akan meninggalkan satu sama lain.
"Johnny...." Ten membalikkan kepalanya memasang muka memelas pada lelaki di belakangnya "mau makan~"
"akh ya udah, aku yang bikinin" Johnny langsung melepasnya dan langsung berjalan cepat keluar kamar Ten.
Ten tak terima, ia langsung berlari ke arah lelaki tinggi itu. "memangnya kau bisa memasak?" ledek Ten dari kejauhan
Johnny membalikkan tubuhnya tiba tiba, Ten mengenai dada bidang Johnny sempat terpental beberapa senti. Johnny tertawa kecil menatap sang calon kekasih sedang kesakitan.
"aku bisa masak tau, mungkin lebih baik dari masakanmu malah" Johnny balas meledek. Ten hanya bisa cemberut menatap sang lelaki jangkung tertawa lepas
"hei kalian berdua~~" Johnny dan Ten refleks menoleh ketika mendengar suara lain
Ten benar benar lupa akan kehadiran Hendery di apartemennya.
"Hendery? bukannya hari ini kau ada jadwal?" Johnny asal mengoceh
"ahahaha Johnny hyung, iya iya aku akan segera pergi" Hendery terkekeh, tentu saja ia tau Johnny ingin sendiri dengan Ten. lagipula ia dapat merasakan aura gelisah dari Ten.
"sudahlah Ten, aku belum akan memberitahu yang lain" Hendery tetawa kecil saat mengatakan 'belum'
"Hendery-" suara Ten mulai meninggi membuat Hendery bergidik ngeri
"iya iya aku akan pergi" Hendery berlari kecil menuju pintu keluar. saat terdengar suara pintu tertutup Johnny kembali menatap Ten.
"Ten?" Johnny perlahan memegang tangan Ten, Ten hanya mendongak agar menatap Johnny
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕋𝕨𝕠 𝕊𝕚𝕕𝕖𝕤 || 𝒥𝑜𝒽𝓃𝓉𝑒𝓃 ✔
RandomMencintai adalah menerimanya apa adanya bahkan jika kau membenci salah satu sisinya, artinya itu bukan mencintai. Itu hanyalah kebohongan belaka Itulah chat seorang agen dispatch kepada seorang artis. ♠COMPLETED♠ ↬Johnny + Ten ↬BXB