13

1.9K 315 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul tujuh malam, suasana di rumah itu dipenuhi dengan canda tawa. Xiaojun asyik memainkan gitar, sementara Jaehyun, Taeyong, Ten, dan Johnny tengah serius tapi santai bermain monopoli.

Di rooftop, Yuta, Doyoung, dan Kun sedang sibuk mengatur teleskop. Beberapa kali mencoba, mereka terus memperbaiki pengaturannya.

Doyoung menghela napas, menatap teleskop dengan penuh harapan. “Kali ini pasti berhasil, tolonglah…” gumamnya. Lalu—

“Wah! Sudah bisa dipakai!” seru Kun penuh semangat. Ketiganya bersorak bahagia.

"Cepat beri tahu yang lain, bodoh!" titah Kun, pria paling tinggi di antara mereka.

Yuta menuruni tangga dengan santai sambil berteriak, "Teleskopnya sudah berfungsi! HEI!" Keenam pria yang berada di ruang tengah refleks menoleh ke arahnya.

Mata Yuta hanya tertuju pada satu orang kali ini, tatapannya seolah bertanya-tanya. "Kukira kau tidak akan datang, Win," katanya dengan nada sedikit mengejek.

"Memangnya aku tidak boleh ikut bergabung?" jawab Winwin, berusaha menahan debaran jantungnya agar tidak kentara. Ia berharap Yuta tidak bertingkah aneh di depan teman-temannya.

"Tentu saja, kawan."

Yang lain sudah berkumpul di rooftop, menyisakan Yuta dan Winwin di ruang tengah.

"Kau tertarik dengan fenomena alam seperti ini, ya?" tanya Yuta tiba-tiba, seolah ingin berbicara berdua saja.

Winwin terdiam sesaat. Apa Yuta tidak tahu bagaimana jantungnya berdebar sekarang? "Tentu saja, aku ingin mengajukan harapan," jawabnya, berusaha tetap tenang.

Yuta terkekeh kecil, agak bingung. "Kau percaya harapan itu bisa terkabul? Zaman sekarang orang bilang itu hanya mitos."

"Terkabul atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting, aku punya harapan," Winwin tersenyum tipis sebelum melangkah pergi, meninggalkan Yuta yang terdiam dengan pikiran bercampur aduk.

Di rooftop, mereka berkumpul dengan tumpukan makanan ringan. Obrolan khas pemuda SMA mengalir, sambil menunggu momen bintang jatuh yang dinantikan.

Winwin memeriksa ponselnya. Lock screen menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh dua menit. Ia menatap langit. "Satu menit lagi," katanya pelan.

Semua orang mengangguk paham.

Pria berambut pirang menyesap wine di tangannya, matanya memandang langit dengan penuh antisipasi.

Waktu berlalu, dan cahaya yang mereka tunggu akhirnya muncul, meluncur dengan keindahan yang luar biasa. Beberapa dari mereka berebut teleskop, terpesona oleh pemandangan langka itu.

Winwin tersenyum kagum, matanya terpaku pada keajaiban alam di hadapannya. Lebih indah daripada yang ia bayangkan. Ia memejamkan mata, mengaitkan jari-jarinya, lalu mulai menyampaikan harapannya dalam hati.

Yuta, yang tadinya menganggap fenomena ini biasa saja, tiba-tiba teralihkan oleh pemandangan Winwin yang sedang khusyuk. Ia terkekeh kecil, dan akhirnya, ikut membuat harapan juga.

Tentu saja, Yuta tidak benar-benar berharap semesta akan mengabulkan permohonannya. Tetapi, siapa tahu?

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang