02

6K 614 8
                                    

"Mau mendengarkan musik?" tanya pria berambut blonde itu, seraya mengangkat salah satu earphone-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau mendengarkan musik?" tanya pria berambut blonde itu, seraya mengangkat salah satu earphone-nya.

"Alangkah baiknya jika berkenalan terlebih dahulu," jawab pria berkemeja kotak-kotak, tersenyum simpul.

Si rambut blonde terkekeh pelan, lalu mengulurkan tangannya dengan santai. "Yuta," ucapnya singkat.

"Winwin," balasnya sambil menjabat tangan Yuta.

Malam itu menjadi awal mula dari sebuah perkenalan sederhana yang kelak akan berubah menjadi pertemanan tak terduga.

Takdir rupanya sedang bermain-main dengan mereka, karena esoknya mereka menyadari bahwa mereka satu sekolah. Keduanya adalah siswa kelas sebelas di sebuah sekolah menengah atas yang cukup terkenal di kota itu.

Waktu berlalu, pertemanan mereka semakin erat. Yuta dan Winwin sering terlihat bersama di berbagai kesempatan—baik saat istirahat di kantin, berlatih olahraga, maupun mengerjakan tugas sekolah bersama.

 
                                  ---


Siang itu, matahari terik membuat seluruh lapangan basket terasa panas. Yuta yang sedang asyik bermain basket dengan timnya terlihat kelelahan. Keringat membasahi rambutnya yang berantakan, serta kaos yang sudah penuh bercak basah.

Di sela-sela permainan, Winwin datang menghampiri lapangan. Wajahnya sedikit memerah karena berlari dari arah gedung sekolah.

"Yuta, tidak mau ikut ke kantin?" tanya Winwin sambil berdiri di pinggir lapangan, menunggu jawaban.

Yuta berhenti sejenak, mengambil napas panjang sebelum tersenyum. "Sebentar, Win... Oke, yuk," jawabnya sambil meraih handuk kecil untuk menyeka keringat di wajahnya.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin, langkah kaki mereka diiringi canda tawa ringan. Di sepanjang jalan, Yuta sesekali meniru gaya bicara teman-teman sekelas mereka yang terkenal lucu, membuat Winwin terkekeh tak henti-henti.

Setibanya di kantin, Yuta langsung memesan seperti biasanya. "Bi, seperti biasa," panggilnya ke arah pelayan kantin yang sudah akrab dengan mereka.

Sambil menunggu pesanan datang, kedua remaja itu duduk di meja yang berada di dekat jendela, memungkinkan mereka untuk melihat pemandangan lapangan yang cukup ramai. Winwin duduk diam, matanya menerawang ke luar jendela. Namun, pandangannya segera teralihkan ketika Yuta menepuk bahunya.

Winwin menoleh, sedikit kebingungan. "Hm?" gumamnya, mengangkat alis.

"Besok... mari kita mengerjakan tugas bersama!" ajak Yuta dengan semangat. Ada nada ceria dalam suaranya yang membuat permintaannya terdengar seperti ajakan hangout biasa.

Winwin tersenyum kecil. "Oke, boleh," balasnya sambil mengangguk.

Ketika itu, seorang pelayan kantin—yang oleh semua siswa dipanggil Bibi—datang membawa nampan berisi makanan pesanan mereka. "Selamat menikmati," ucap Bibi sambil menyunggingkan senyum ramah.

"Terima kasih, Bi," sahut Yuta dan Winwin serempak, senyuman mereka tak kalah cerah dari Bibi kantin itu.

Mereka kemudian mulai menyantap makanan yang tersaji di meja. Percakapan ringan kembali mengalir di antara suapan, membicarakan berbagai hal mulai dari pertandingan basket, tugas sekolah yang menumpuk, hingga cerita tentang guru favorit mereka yang sering memberikan kuis mendadak.

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang