09

2.3K 363 12
                                    

Sudah larut malam, namun Winwin masih sibuk menulis di buku diarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah larut malam, namun Winwin masih sibuk menulis di buku diarinya. Sedetik kemudian, ia tersenyum. Entahlah, sedari tadi ia terus tersenyum sendiri, mengingat momen sore tadi yang benar-benar membuatnya gila.

“Tidak akan melupakan malam itu, katanya?!”

Ia melirik hoodie berwarna abu-abu yang basah, tergantung di dekat lemari. Winwin mendekat ke arah hoodie tersebut, mencium aroma parfum yang tercampur dengan bau hujan.

“Aku tidak akan memberikannya pada pemilikmu lagi.” Winwin kembali ke meja belajar dan menutup halaman diari, kemudian membaringkan tubuhnya di tempat tidur dengan posisi terlentang.

“Sepertinya, aku benar-benar jatuh cinta.”

Hal itu terbukti dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang saat berada di dekat Yuta, dengan rona merah di pipinya saat temannya mengeluarkan frasa yang membuat jiwanya dipenuhi oleh kupu-kupu.

Di sisi lain, Yuta sedang berdiam diri di balkon, secangkir kopi di tangan kirinya. Ia memandangi langit malam yang kelam, tanpa rembulan ataupun bintang.

Menghela napas, ia menyeruput kopinya. “Sore tadi, kenapa dia terlihat manis dengan rambut basah dan badan kedinginan?”

Ah, Yuta menggelengkan kepalanya, berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak ia pikirkan. Namun, bayangan sahabat manisnya selalu terlintas. Meskipun ia tahu ia memiliki kekasih.




                                      ....



Tok! Tok! Tok!

“Win, bangun bodoh!”

Merasa terpanggil, Winwin bangkit dari tidurnya dan membuka pintu kamar yang sedari tadi terkunci.

“Ada apa, Kak?” tanya Winwin.

“Buatkan aku sarapan, cepat!”

Tanpa mengeluh, ia langsung pergi menuju dapur. Rasanya sudah tidak aneh saat saudara perempuannya tiba-tiba menyuruhnya seperti itu. Winwin membuatkan sayur, lalu bergegas untuk mandi.

Beberapa menit kemudian, ia sudah memakai seragam sekolah dan melangkahkan kakinya ke meja makan.

“Sialan, kau bodoh atau apa?! Makanan yang kau buat ini terlalu asin!”

Dengan penasaran, Winwin mencicipi sayur buatannya, dan benar saja.

“Maaf.”

“Maafmu tidak membuatku kenyang.”

Pagi ini diawali dengan ocehan sang kakak. Tidak apa-apa, mungkin hari ini tidak seberuntung kemarin. Kali ini Winwin berangkat ke sekolah lebih pagi. Biasanya, ia berangkat bersama Yuta, tetapi ia tidak sanggup berpapasan kembali dengan pria itu; takut jantungnya loncat.

Meskipun akhirnya akan bertemu juga di sekolah.

Winwin tengah duduk dengan buku di tangannya, memakai kacamata. Tanpa disadari, seseorang bertubuh kekar sedang memperhatikan pria yang sedang membaca buku di ambang pintu.

Matanya menyipit. “Ekhem—tumben berangkat sepagi ini?” tanya Yuta, menatap heran pria kecil yang tengah membaca buku.

Kepala Winwin mendongak, melihat ke arah sumber suara, dan memutuskan untuk berhenti dari kegiatan membacanya.

“Eh?” Winwin sedikit panik.

“O-oh, a-aku datang pagi untuk belajar dan lupa memberitahumu. Terlalu semangat,” ucapnya gugup, diiringi tawa canggung untuk menutupi kebohongannya.

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang