Langit sudah mulai gelap, sedangkan Winwin baru saja pulang dari taman. Setelah banyak berbincang dengan Yuta tadi sore lalu menghabiskan satu cup eskrim vanilla. ia berjalan memasuki ruang tengah yang memperlihatkan ayahnya yang sedang membaca koran dengan kopi hitam panas di atas meja."Papa...."
Atensi pria tua dengan surai hitam yang sudah beruban kini teralihkan pada seonggok pria dengan seragam sekolah yang terlihat kusut. menaruh lembaran kertas abu-abu nya di atas meja— di samping segelas kopi.
"Ada apa, nak?"
Winwin mendudukkan dirinya di samping sang Ayah. "Soal rencana kita untuk pergi ke Cina, aku tidak bisa janji akan ikut"
Ayahnya menghela nafas lalu mulai menghembuskan-nya pelan sebelum meneguk segelas kopi yang ada di depannya. ia masih tidak bisa mencerna frasa yang di lontarkan putranya barusan.
"Kenapa? adakah yang lebih penting dari sosok pria tua di samping mu ini"
Winwin tiba-tiba mengatupkan mulutnya setelah mendengar jawaban ayahnya yang membuat ia sedikit berfikir. dan benar saja, apa yang ia dapatkan dari tetap tinggal di kota ini? tidak ada. Tapi entah kenapa egonya berkata untuk tetap tinggal sebentar lagi. Sebentar yang di maksud egonya, adalah sebentar untuk menunggu jawaban dari Yuta yang sudah jelas menolaknya? konyol.
"Aku hanya ingin tinggal lebih lama di sini. tapi jika papa tidak memberi ku izin, aku tidak akan membantah."
Sosok yang di panggil Papa tersenyum lebar, senyumannya amat sangat tulus. Setulus kasih sayang orang tua pada Anaknya.
"Jika kau ingin ikut Papa, papa akan dengan senang hati membawamu. Dan jika kau akan tetap disini bersama mama mu, papa tidak akan memaksa"
Frasa yang keluar dari mulut Ayahnya membuat hati Winwin tersentuh. lalu Winwin menganggukkan kepalanya diiringi dengan senyuman manisnya. "Terimakasih Papa, aku menyayangimu"
Selesai berbincang dengan Ayahnya, Winwin melangkahkan kakinya untuk menuju kamar dan segera membersihkan diri. Lalu menutup tirai jendela yang tadinya terbuka setelah dirasa badannya sudah bersih.
Dengan mengenakan piyama putih tulang yang pas untuk postur tubuhnya. Winwin mendudukkan dirinya di atas kursi meja belajar, tangannya membuka laci dan meraba isi laci untuk membawa buku diary yang sudah beberapa hari ini tidak ia buka. sebab, biasanya ia akan membuka bukunya di saat ada suatu kejadian yang ingin ia kenang dalam tulisannya.
Dan untuk beberapa hari kebelakang, tidak ada kejadian istimewa. yang ada hanya hari harinya dengan fakta menyedihkan. dan yaa, bagi Winwin hari hari menyedihkan itu tidak perlu di kenang dalam tulisannya. akan terdengar puitis jika isi buku itu mengenang hal-hal pilu.
Membuka lembaran buku yang di penuhi tinta hitam— Winwin tersenyum tipis melihatnya. Buku ini memang sesuatu.
Hari pertama ku tinggal di kota Seoul, semesta memberikan aku banyak teman di sekolah. terutama teman sebangku ku, Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER | YUWIN
Fanfiction「 SELESAI 」 Pada masanya, kau akan sepenuhnya terelakan pada kisah yang sudah semestinya terselesaikan. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Boy x Boy Yuta x Winwin Short part (( FYI typing masih acak acakan)) ©thelicate 2020 - 2021...