24

1.5K 282 36
                                    

Selesai membersihkan diri, Winwin melangkahkan kakinya menuju lemari yang sekarang telah terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selesai membersihkan diri, Winwin melangkahkan kakinya menuju lemari yang sekarang telah terbuka. menampakkan Hoodie abu yang tergantung di dalamnya. mengingatkan hari-hari kemarin yang tidak akan pernah bisa terulang.

Winwin ingat jelas saat Yuta dengan suka rela memberikan Hoodie-nya ketika tubuh kecilnya terasa kedinginan oleh air hujan. pun dengan Winwin yang dengan suka rela menerimanya kala itu membuat badannya terasa hangat.

Kalau saja waktu bisa di putar kembali, Winwin ingin menolak semuanya saat itu juga. menolak pulang berdua, menolak bermain basket hingga petang berdua, menolak bercerita tentang keluarga mereka berdua, dan— banyak lagi hal-hal yang biasa mereka lakukan berdua.

Tapi apa boleh buat, semesta punya skenarionya.

Tok! Tok! Tok!

Atensi Winwin yang sedang melamun pun tertuju pada suara pintu yang di ketuk keras dari balik kamar. "Masuk" Ucap Winwin yang dengan buru buru menutup kembali lemari yang sebelumnya terbuka.

Tidak lama, Seorang pria yang cukup berumur memasuki kamar Winwin dengan membawakan segelas susu hangat. membuat Winwin menaikkan sebelas alisnya; tidak biasanya Ayahnya se perhatian ini.

"Papa tidak perlu repot-repot begini, aku bisa melakukannya sendiri"

Ayahnya hanya tersenyum setelah menaruh segelas susu hangat itu di atas meja yang biasa di pakai untuk belajar. lalu melangkahkan kakinya— dan duduk di atas tempat tidur milik putranya.

"Nak, kemari"

Lalu Winwin duduk di atas tempat tidur juga, di samping Ayahnya. "Ada apa?"

Sebelum berbicara, Ayahnya menghela nafas sebentar— "Papa minta maaf karena jarang memperhatikan mu akhir akhir ini"

Tangan Sang Ayah mengelus rambut putranya yang masih basah. "Ikut papa kembali ke Cina, ya?"

"Tapi pa-"

"Papa janji tidak akan mengabaikan mu seperti dulu. Papa janji akan berusaha sekeras mungkin untuk membahagiakan mu, Win putra papa— Izinkan Papa memperbaiki semuanya."

Tiba-tiba Winwin memeluk sosok Ayahnya dengan erat, untuk kesekian kalinya ia kembali meneteskan air mata.

"Kenapa Papa baru sadar setelah semuanya sudah hancur, Kenapa papa baru mau memberiku perhatian setelah semua rasa sakit yang datang, kenapa papa baru mau menuntunku setelah aku sudah terbiasa sendiri, kenapa...."

Ayahnya pun ikut menangis, menepuk-nepuk punggung putranya seraya mengangguk "Maka dari itu beri Papa kesempatan"

Winwin melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang barusan sempat membasahi pipi putihnya. "Kapan aku harus ikut?"

"Tahun depan"

Ayahnya mengelus bahu putranya dan tersenyum bangga, "Ini baru anak Papa! sekali lagi.... Papa minta maaf, tidur nyenyak" Lalu pria tua itu beranjak dari duduknya meninggalkan Putranya yang kini sudah merebahkan diri di kasur.

Winwin menatap langit langit kamar dan tersenyum setelah mengingat apa yang baru saja terjadi. kejadian tadi sangat mengharukan baginya, Ayahnya yang biasanya sibuk dengan banyak pekerjaan sampingan kini meluangkan waktu untuk sekedar membuatkan putranya segelas susu. hal kecil yang membuat sedikit bebannya terasa hilang.

────────────────────

Selesai bermain basket dengan teman-temannya, Yuta istirahat sejenak di kursi kosong yang tidak jauh dari lapangan basket.

Tiba tiba seseorang duduk di sampingnya, membuat Yuta menoleh ke samping.

"W-win sedang apa?"

Winwin yang tadinya memandang ke depan segera menoleh ke arah Yuta yang memasang wajah penuh tanya.

"Oh... ini" Winwin memberikan sebotol minuman dingin kepada Yuta lalu pandangannya kembali menatap banyak pria yang masih bermain basket.

"Terimakasih" Ucap Yuta seraya membawa sebotol minuman dingin tersebut dari tangan Winwin. netra nya masih fokus pada pria di sampingnya yang sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

"WohOooo" sorak Winwin saat salah satu team dari mereka berhasil memasukan bola basket pada ring.

Merasa di perhatikan dari samping, Winwin akhirnya menoleh ke arah Yuta yang langsung memalingkan wajahnya ke depan.

"Hm?"

Yuta meneguk minumannya tanpa menoleh ke arah Winwin yang di buat aneh karena ulahnya.

"Yuta? Kenapa kau terlihat aneh?" Winwin mendekat lebih dekat ke arah Yuta dengan dahi yang di kerutkan.

Entah kenapa Yuta merasa canggung saat berdekatan dengan Winwin sekarang.

"hei" Winwin kembali mendekat—Lebih dekat dari sebelumnya, bahkan kaki mereka bergesekan sekarang. membuat Yuta membulatkan matanya, "Apa yang kau lakukan!"

"Aku yang harusnya bertanya. Kenapa kau terlihat sangat akward dengan ku?"

"Akward? aku tid-"

"Mari kita lupakan" Ucap Winwin santai seraya kembali menjauh dari Yuta.

Jangan percaya pada tingkah Winwin yang terlihat sangat tenang. sebenarnya jantungnya kali ini berdegup lebih kencang. Karena baru kali ini ia berbicara seberani ini di depan Yuta.

Yuta yang mendengarnya tentu bingung. apa yang di maksud Winwin, apanya yang harus di lupakan?

"Maksud mu?" Tanya Yuta seraya mengerutkan dahinya.

"Soal kemarin sore, lupakan" Lalu Winwin beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Yuta yang mengumpat di dalam hati.

bodoh bagaiman aku bisa lupa!

a/n:
Deja vu kan.

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang