28

1.6K 260 29
                                    

"Dingin?" Tanya pria bersurai blonde saat melihat temannya hanya diam saat angin beserta deburan ombak menerpa sebagian kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dingin?" Tanya pria bersurai blonde saat melihat temannya hanya diam saat angin beserta deburan ombak menerpa sebagian kakinya.

Winwin mengalihkan atensi nya kepada Yuta yang ada di sampingnya, "Iya, kurasa salju akan segera turun."

Yuta melihat sekitaran pantai yang tidak menyediakan villa atau sebuah ruangan Sama sekali. hanya ada mobil miliknya dan pepohonan rindang di sebrang sana.

"Kalau begitu ayo masuk ke dalam mobil" Ajak Yuta seraya menarik tangan kecil pria di sampingnya yang sedang menikmati air pantai yang cukup dingin namun jernih.

Kret

"Aw!" Teriak Winwin terdengar jelas di telinga Yuta saat pria bertubuh langsing itu dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berjongkok seraya meringis kesakitan.

Membuat Yuta yang melihatnya kebingungan, "Ada apa?" Tanya nya yang ikutan berjongkok.

Winwin menggeleng cepat dengan wajah yang masih meringis kesakitan dan tangannya memegang kaki kirinya. "T-tidak tahu, sak-kit sek-kali"

Kemudian Yuta ikutan mengecek kaki temannya dengan menepis tangan Winwin yang sedang menutupi telapak kakinya.

Yuta membulatkan netra nya, "Astaga, ada duri di kaki mu." Winwin yang tidak kalah terkejut ikut membulatkan netra nya dan melihat telapak kaki miliknya— dan yaa, benar saja ada duri dari tulang hewan yang menancap di bawahnya.

"Tenang Win, aku akan mencabutnya"

Dengan cepat, tangan Winwin menahan tangan Yuta yang akan mencabut duri tersebut. Wajah Winwin terlihat sangat ketakutan, "jangan! itu akan sakit."

Seketika Yuta men-jeda rencananya dan menghela nafas sebelum menoleh ke arah temannya yang sedang kesakitan.

"sakitnya tidak akan lama, jika masih terus menancap di kakimu akan terjadi infeksi yang mungkin lebih parah"

Yuta mendekat ke arah temannya, mengarahkan tangannya ke pinggang sang pria berparas manis dan menggendongnya. membawanya lebih jauh dari permukaan pantai dan mendudukkannya kembali di bawah pepohonan yang daunnya rindang.

Netra Yuta meyakinkan Winwin yang masih ragu untuk mencabut duri yang masih menancap di telapak kakinya. Sebelum berkata; "Untuk melampiaskan rasa sakitnya, kau bisa melampiaskannya padaku. mengerti?"  dan sebagai ucapan setuju, Winwin menganggukkan kepalanya meskipun ada sedikit ragu.

Tangan pria bongsor berkebangsaan jepang itu mulai mengarahkan tangannya ke arah telapak kaki temannya.

Winwin memejamkan netra nya dengan tangan yang tiba-tiba meremas kemeja hitam milik Yuta dan kepala kecilnya yang di taruh di bahu pria yang masih berusaha mencabut sesuatu di bawah sana.

"Mhm!"  Remasan Winwin terhadap kemeja Yuta lebih kuat bahkan hampir memeluknya tetapi tiba-tiba Yuta menjauhkan badannya— memberi jarak antara Winwin dan dirinya.

Yuta memperlihatkan apa yang baru saja ia dapat pada pria di sampingnya, "ini penyebabnya."

Winwin menghela nafas lega setelah dirasa sesuatu yang menancap di telapak kakinya kini sudah tercabut. meskipun rasa nyeri masih belum hilang. "Terimakasih" Ucap Winwin yang hanya di tanggapi senyuman saja oleh Yuta.

Atensi Yuta beralih pada langit yang mulai menurunkan beberapa butiran salju putih. ia beranjak dan meletakkan telapak tangannya guna untuk memastikan benar atau tidaknya salju turun— dan ya, beberapa butir salju juga singgah di telapak tangannya.

"Sudah hampir sore, ayo pulang" ajak Yuta yang membalikkan badannya dan memberikan telapak tangannya pada Winwin yang masih duduk di atas pasir.

Winwin menatap telapak tangan Yuta bingung lalu berdiri tanpa bantuan siapapun. "Aku bisa sendiri"

Yuta terkekeh melihat temannya yang menolak pertolongannya, entah gengsi atau apa tapi itu konyol untuk dia yang masih belum bisa berjalan dengan benar.

Demi Yuta dan segala kuasanya, ia dengan tiba-tiba menggendong Winwin yang masih mencoba berjalan dengan pelan. membuat si empunya terkejut dengan apa yang di lakukan temannya.

"Aku bilang bisa sendiri"

"Bodoh, lalu aku membiarkan kakimu kembali menginjak duri lainnya? tidak akan."

Ya mau tidak mau Winwin meletakkan kedua tangannya di leher Yuta. Netra nya menyipit sebab Salju yang mulai turun sejak beberapa menit lalu. dan Yuta yang berjalan melangkah lurus ke arah dimana mobilnya terparkir.

Sesampainya di depan mobil, Yuta membukakan pintu mobil dan mendudukkan temannya di samping kursi pengemudi.

"Tunggu sebentar, aku harus membawa sepatu kita dulu di sana."

────────────────────

Di perjalanan menuju pulang, netra mereka hanya menatap lurus jalanan yang mulai di penuhi oleh salju. sebab Salju yang semakin turun deras.

"Musim sudah berganti, dan kau masih sama" Sebuah kata-kata yang keluar dari mulut Winwin secara tiba-tiba. Yuta yang tadinya fokus pada jalanan kini netra nya sekilas melirik ke arahnya dengan bingung; "siapa “kau” yang kau maksud?"

Kenapa Yuta jadi banyak tanya. Seharusnya ia bungkam saja ketimbang harus mendengar jawaban yang tidak-tidak.

"Kau, Yuta."  jawab Winwin begitu datar, kelewat datar sehingga membuat Yuta merasa kesal.

"Aku?"

Winwin membenarkan duduknya seraya menatap jendela di sampingnya yang tertutup rapat dan muram akibat salju yang menempel."Sebenarnya ada yang ingin aku katakan"

Yuta mengangkat sebelah alisnya, "katakan."

"Kekasih mu... sebenarnya tidak mencintai mu" beberapa frasa yang keluar dari mulut Winwin beberapa detik lalu berhasil membuat Yuta menghentikan aksi mengemudinya.

Yuta menoleh ke arah pria yang sedang memperhatikan jalanan dari balik jendela.

"Kau bercanda?" Tanya Yuta di sertai kekehan ringan.

"Terserah"

"Win, untuk membuatku mencintaimu tidak seperti ini caranya."

"Aku tidak melakukan berbagai cara untuk membuatmu mencintaiku."

Yuta tidak tahu. Seberapa banyak yang semesta bercanda kan di hidupnya. Tapi Winwin tahu semuanya. Bahkan terlalu ingin tahu, membuat hatinya selalu berakhir di rundung pilu.

Dan pada beberapa malam lalu, ada sesuatu yang ia sembunyikan yang tidak di ketahui siapapun, bahkan semesta hanya mampu menguping dua insan yang sedang berbincang di bawah pekatnya langit malam.

a/n:
udah berapa malam ya, saya ga update

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang