19

1.6K 262 45
                                    

Setelah menunggu sekitar lima menit, Winwin akhirnya mendapatkan mocaccino-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menunggu sekitar lima menit, Winwin akhirnya mendapatkan mocaccino-nya. "Terima kasih," ucapnya pelan pada barista, lalu berbalik, melangkahkan kaki menuju tempat semula, di mana Yuta seharusnya menunggunya. Namun, semakin dekat ia melangkah, semakin jelas terlihat pemandangan yang membuat hatinya mencelos.

Di depan sana, Yuta sedang memeluk seorang wanita cantik yang berlari kecil ke arahnya. Pelukan mereka erat, seakan memendam kerinduan yang dalam. Winwin terhenti, napasnya terasa sesak, dan mocaccino di tangannya tiba-tiba terasa lebih pahit daripada sebelumnya. Ia menatap bagaimana Yuta tersenyum bahagia saat memandang wanita itu—sorot mata yang tak pernah ia lihat ketika Yuta bersama dirinya.

Langit mendung sore itu seperti mengerti apa yang dirasakan Winwin. Ia mengepalkan tangannya, berusaha menahan air mata yang menggenang. Rasa sakit ini terlalu nyata, dan sayatan baru ini begitu dalam, seakan menguak luka-luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.

Namun, ia tidak ingin terlihat lemah. Dengan sekuat tenaga, Winwin mengangkat kepalanya dan memaksa kakinya untuk terus melangkah mendekati mereka. Ketika ia sampai, wanita itu, yang masih menggenggam tangan Yuta, menoleh dan menyapanya dengan senyum hangat. "Siapa ini?"

Yuta menoleh dan tersenyum. "Oh, dia temanku, Winwin!" serunya, terdengar sangat bersemangat.

Winwin balas tersenyum, meskipun hatinya berteriak sebaliknya. "Hai," ucapnya singkat.

"Win, perkenalkan," kata Yuta, merangkul wanita di sebelahnya. "Ini Sana, kekasihku."

Sana. Nama yang tak asing, nama yang sering disebut-sebut Yuta dalam obrolan mereka selama ini. Winwin merasa sesuatu dalam dirinya runtuh saat mendengar konfirmasi itu.

"Dan, sayang," lanjut Yuta, "ini Winwin, temanku."

Sana mengangguk dan tersenyum. "Oh, teman, ya," jawabnya, nada suaranya terdengar samar-samar meragukan. Yuta mengerutkan kening. "Kenapa?" tanyanya. Sana hanya terkekeh dan menggeleng. "Tidak apa-apa," balasnya sambil tersenyum lagi.

Setelah perkenalan yang canggung itu, mereka bertiga berjalan menuju mobil Yuta. Ketika mereka tiba, Sana hendak masuk ke kursi penumpang depan, namun Winwin segera mencegahnya. "Tidak, aku saja yang duduk di belakang," katanya cepat-cepat.

Sana menoleh, sedikit terkejut. "Aku mau di belakang, kok," jawabnya ringan.

Winwin tidak ingin terlihat mendesak, tapi ia merasa lebih nyaman jika Sana duduk di depan bersama Yuta. Bagaimanapun juga, Sana adalah kekasih Yuta, sementara dirinya hanya sebatas teman. Meski hatinya terasa sakit, ia tahu posisinya.

Akhirnya, setelah sedikit tarik-ulur, Sana tetap duduk di kursi belakang, dan Winwin terpaksa duduk di depan, di sebelah Yuta. Sepanjang perjalanan, Winwin hanya bisa memandangi jalanan yang mereka lewati, sementara obrolan antara Yuta dan Sana terdengar samar di telinganya.

"Dingin, ya?" tanya Yuta tiba-tiba, sambil membuka sweater birunya. Tanpa ragu, ia melemparkannya ke belakang, tepat ke pangkuan Sana. Sana menerimanya dengan senang hati, dan Yuta kini hanya mengenakan kaos hitam polos.
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

———
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

Ketika mereka tiba di rumah Yuta, Sana segera melangkah masuk dan mendapati kondisi rumah yang berantakan. Remote televisi tergeletak di lantai, sofa terkena noda saus, dan botol minuman berserakan di berbagai sudut. Sana hanya bisa menggelengkan kepala.

"Kau memang tak pernah berubah, Yuta," katanya sambil memunguti beberapa botol minuman dan meletakkannya di tempat sampah.

Yuta hanya mengangkat bahu, terlalu sibuk dengan game di konsolnya untuk memedulikan apa yang Sana lakukan.

Sana kemudian beranjak ke dapur, mencoba memasak beberapa masakan asing yang pernah ia coba sebelumnya. Meski mengaku baru pulang dari Jepang, kenyataannya Sana tidak benar-benar kembali dari sana. Ia hanya berpura-pura dan membawa satu koper di bandara untuk membuat kesan yang mendalam saat bertemu Yuta.

Karena saat itu...
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

a/n:

Outfit Sana yang lagi di airport, the reason yuta ngasih sweaternya :D (kedinginan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Outfit Sana yang lagi di airport, the reason yuta ngasih sweaternya :D (kedinginan)

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang