15

1.9K 298 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Apakah harapan yang Winwin pinta malam itu akan didengar oleh semesta? Entahlah. Yang dia inginkan sebenarnya tidak banyak. Sungguh.

Di tengah hembusan angin sore, seorang pria berdiri sendirian, tenggelam dalam lamunannya. Tatapannya kosong, dan sesekali dia menarik napas panjang. Raut wajahnya menunjukkan kelelahan, dan tubuhnya seolah semakin rapuh.

Kepalanya terasa berat, dipenuhi pikiran-pikiran yang tak kunjung henti. Keluarganya, misalnya, sudah lama terpecah belah. Ia tak ingat kapan terakhir kali mereka duduk bersama di meja makan. Ekonomi keluarga pun semakin sulit. Ayahnya sering kali tidak ada di rumah, dan ibunya menuduh ayahnya selingkuh. Namun, ayahnya juga menuduh hal yang sama pada ibunya. Kebenaran itu kabur dan Winwin tak pernah benar-benar ingin tahu.

Jangan kira Winwin adalah sosok yang sabar. Pernah, dulu, ia merasa begitu frustrasi dan melampiaskan amarahnya pada orang tuanya. Tapi itu semua sudah berlalu. Sekarang, dia hanya ingin pasrah. Bukankah kita semua tunduk di bawah takdir semesta?

Meski begitu, ada sesuatu yang akhir-akhir ini membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Temannya sendiri—Yuta. Ia tidak meminta perasaan ini ada, dan sungguh, tak ada yang bisa dia lakukan selain menyimpannya dalam-dalam. Mungkin suatu saat, keadaan akan memaksanya untuk menghadapinya.

Winwin terbangun dari lamunannya dan berdiri. Ia menatap langit senja yang luar biasa indah. Pemandangan yang jarang ia saksikan akhir-akhir ini.

Senja datang tiba-tiba, lalu pergi begitu saja. Hanya tiga menit berlalu, namun cukup untuk memanjakan mata dan memberikan jeda bagi pikiran-pikiran yang mengganggunya.
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

———
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

Di hari berikutnya, seluruh siswa dan siswi berkumpul di lapangan untuk mendengar pengumuman dari kepala sekolah. Kabar baiknya, sekolah akan mengadakan berbagai perlombaan: piano, tari daerah, hingga kompetisi bernyanyi antar kelas.

Seketika, semua siswa berkerumun, sibuk mendiskusikan lomba-lomba yang akan mereka ikuti. Perlombaan itu sendiri akan berlangsung pada 18 Desember, sementara sekarang baru akhir November.

"Memangnya kau bisa bernyanyi, Win?" Yuta bertanya sambil terkekeh, membuat Winwin menatapnya dengan tajam. "Kau belum pernah mendengar suara asliku, ya?" jawabnya dengan nada tinggi. Melihat reaksi Winwin, Yuta merasa gemas dan dengan santai menggandeng lengan temannya, menariknya keluar dari kerumunan.

"Bagaimana kalau malam ini kau menginap di rumahku?" ajak Yuta sambil tersenyum.

Winwin menatap Yuta tanpa ekspresi. "Kakakku sedang sakit," jawabnya singkat, sebelum melangkah masuk ke dalam kelas lebih dulu.

Sialan. Yuta mengumpat dalam hati, sedikit kecewa karena ajakannya ditolak begitu saja.

⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang