21

1.6K 297 11
                                    

Dengan seragam lusuhnya, Yuta memasuki rumahnya dengan raut muka yang tidak bisa di artikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan seragam lusuhnya, Yuta memasuki rumahnya dengan raut muka yang tidak bisa di artikan. berjalan menuju kamar yang pintunya sudah terbuka sedari tadi. Menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

Lalu Sana datang dengan membawakan salad buah di tangannya, berjalan menghampiri Yuta yang merebahkan dirinya di atas kasur. menyimpan salad tersebut di nakas.

"Kenapa?" Tanya Sana dengan wajah bertanya tanya. Yuta hanya menghela nafas sejenak sebelum beranjak dan mengambil salad dari dekat nakas— lalu memakannya.

Sekali lagi, Sana melontarkan pertanyaan.
"Kau pulang sendiri? tidak di temani teman mu?."

"Jangan bahas teman ku, dia mungkin sedang bersama temannya yang lain sekarang"

Sana yang mendengar jawaban kekasihnya itu hanya terkekeh, lalu mendekat ke arah Yuta.

"Kau tidak senang dia bersama temannya yang lain?"

Yuta merotasikan netra nya saat wanita di dekatnya ini tiba tiba memberi beberapa pertanyaan.

"Dia biasanya pulang bersama ku, lalu tiba tiba bersama orang lain" Yuta menghela nafas lalu berdiri dari duduknya.

"Yuta. Dengar,

Sana ikut berdiri dari duduknya, memeluk Yuta dari belakang.

—dia bersama temannya. dan kau juga hanya temannya"

Benar yang di katakan Sana. Xiaojun hanya teman Winwin, begitu juga dengan Yuta. Kenapa harus marah? Kita tidak memiliki hak untuk marah!

Tiba tiba yuta bergeming, masih dengan Sana yang setia memeluknya dari belang.

————————————

Baru saja memasuki rumahnya. Winwin di kejutkan dengan barang barang rumah yang sangat berantakan. Meskipun rumahnya memang tidak rapih, tetapi rumahnya tidak pernah se-berantakan ini.

Foto keluarga yang awalnya terpajang rapih tiba tiba tergeletak di lantai dengan keadaan pecah. lalu banyak lagi piring dan gelas yang berserakan.

Rasanya hatinya seperti berada di ambang akhir dari kehidupan. Semuanya terasa menyakitkan, Rumah tangga ayah dan ibunya yang entah bisa di pertahankan lagi atau tidak membuatnya ingin menangis.

Awalnya Winwin tidak pernah peduli dengan keluarganya, tetapi setelah semua hal yang ia rasakan. Ia butuh keluarga, setidaknya satu dari antara mereka. Setelah hatinya di patahkan dan di hujam kenyataan bahwa yang membuatnya bertahan suatu saat akan pergi.

Masa depan itu menyeramkan, harus menyiapkan mental dan hati sekuat baja. Harus terbiasa dengan sayatan luka. Harus patuh kepada takdir semesta. Sebenarnya siapa yang egois, kita atau semesta?

Kita meminta agar bisa bahagia, Semesta bilang kau harus melalui banyak rintangan terlebih dahulu. Kita mengeluh, Semesta bilang kau baru saja mengeluarkan sedikit peluh, tegakkan kepalamu dan jadilah tangguh.

Iya, kita tidak bisa menyalahkan siapa siapa untuk semua ini. Manusia hanya sebisa mungkin banyak berdoa.

Winwin memasuki kamarnya yang sepi, melihat sekeliling kamar yang biasanya ia tempati untuk tidur. Melihat potret dirinya yang di pajang di meja belajar dengan senyuman yang cerah.

Semesta, kembalikan Winwin yang dulu beserta senyumnya. Berikan ia sedikit jeda untuk bernafas. Semuanya terlalu tiba tiba.

Winwin merebahkan dirinya setelah berganti baju ke atas kasur. Menutup wajahnya dengan bantal, tiba tiba tangisnya terisak. Selama ini ia selalu berusaha untuk tegar tetapi hati yang rapuh tidak bisa membohonginya.

Winwin membutuhkan kasih sayang. Sekalinya ia menebar kasih sayang, ternyata ia tebar pada orang yang salah.

Tidak apa, Win. Beri dirimu sendiri kasih sayang saja. Hiduplah untuk dirimu sendiri. Karena seorang seperti Winwin layak mendapatkan semua itu, termasuk dari dirinya sendiri.

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang